Peneliti Sebut Ada Indikasi Obat Kucing Sembuhkan Pasien COVID-19
Sabtu, 15 Agustus 2020 - 23:27 WIB
Kedua obat tersebut memiliki struktur kimia yang mirip yang menyerupai segmen RNA virus -molekul yang dikenal sebagai nukleotida yang terhubung untuk membentuk RNA dan DNA. Saat terpapar salah satu obat tersebut, enzim virus Corona menjejalkan molekul tersebut ke dalam RNA virus menggantikan nukleotida sebenarnya, yang membuat replikasi virus terhenti.
Perhatikan bahwa obat-obatan tersebut hanya bekerja dengan enzim virus RNA, bukan enzim manusia, sehingga obat tersebut tidak mengacaukan replikasi DNA manusia, menurut Scope Blog, yang diterbitkan oleh Stanford Medicine.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Cell Reports menunjukkan bahwa, selain menghentikan virus corona pada kucing, GS-441524 juga dapat mencegah SARS-CoV-2 berkembang biak di sel monyet dan manusia yang tumbuh di laboratorium. Namun, GS-441524 paling efektif pada sel monyet, sementara remdesivir bekerja lebih baik daripada GS-441524 pada sel paru-paru manusia.
"Perusahaan biofarmasi Gilead Sciences merancang remdesivir dan GS-441524. Mereka juga telah memulai penelitian awal untuk membandingkan efek kedua obat tersebut terhadap SARS-CoV-2," ungkap juru bicara perusahaan Chris Ridley.
Sebelumnya, perusahaan menyatakan mereka memilih untuk fokus pada remdesivir daripada GS-441524 pada awal pandemik. Sebab remdesivir telah diuji dalam uji keselamatan manusia sebagai pengobatan antivirus untuk Ebola, di mana obat tersebut tidak mengobati secara efektif.
Saat menguji remdesivir untuk Ebola, Gilead memutuskan untuk tidak meminta persetujuan penggunaan GS-441524 pada hewan karena obat tersebut sangat mirip dengan remdesivir dan mungkin entah bagaimana memengaruhi proses persetujuan FDA, menurut The Atlantic. Bahkan sekarang, GS-441524 belum disetujui untuk digunakan pada kucing dan biasanya dibeli sebagai formulasi di pasar gelap yang mahal.
Pada titik ini, baik GS-441524 maupun GC376 belum pernah diuji sama sekali pada manusia. Jadi bagaimana menurut pendapat Anda? (Baca juga: Obat COVID-19 Temuan Unair Belum Diberi Nama, Bentuknya Tablet )
Perhatikan bahwa obat-obatan tersebut hanya bekerja dengan enzim virus RNA, bukan enzim manusia, sehingga obat tersebut tidak mengacaukan replikasi DNA manusia, menurut Scope Blog, yang diterbitkan oleh Stanford Medicine.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Cell Reports menunjukkan bahwa, selain menghentikan virus corona pada kucing, GS-441524 juga dapat mencegah SARS-CoV-2 berkembang biak di sel monyet dan manusia yang tumbuh di laboratorium. Namun, GS-441524 paling efektif pada sel monyet, sementara remdesivir bekerja lebih baik daripada GS-441524 pada sel paru-paru manusia.
"Perusahaan biofarmasi Gilead Sciences merancang remdesivir dan GS-441524. Mereka juga telah memulai penelitian awal untuk membandingkan efek kedua obat tersebut terhadap SARS-CoV-2," ungkap juru bicara perusahaan Chris Ridley.
Sebelumnya, perusahaan menyatakan mereka memilih untuk fokus pada remdesivir daripada GS-441524 pada awal pandemik. Sebab remdesivir telah diuji dalam uji keselamatan manusia sebagai pengobatan antivirus untuk Ebola, di mana obat tersebut tidak mengobati secara efektif.
Saat menguji remdesivir untuk Ebola, Gilead memutuskan untuk tidak meminta persetujuan penggunaan GS-441524 pada hewan karena obat tersebut sangat mirip dengan remdesivir dan mungkin entah bagaimana memengaruhi proses persetujuan FDA, menurut The Atlantic. Bahkan sekarang, GS-441524 belum disetujui untuk digunakan pada kucing dan biasanya dibeli sebagai formulasi di pasar gelap yang mahal.
Pada titik ini, baik GS-441524 maupun GC376 belum pernah diuji sama sekali pada manusia. Jadi bagaimana menurut pendapat Anda? (Baca juga: Obat COVID-19 Temuan Unair Belum Diberi Nama, Bentuknya Tablet )
(iqb)
Lihat Juga :