Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Suhu Lautan Dunia Sentuh 20,96 Derajat Celcius
Jum'at, 04 Agustus 2023 - 20:50 WIB
WASHINGTON - Suhu lautan di dunia memecahkan rekor tertinggi yaitu mencapai 20,96 derajat celcius, melewati temperatur terpanas yang pernah terjadi pada 2016 yaitu 20,95 derajat celcius. Suhu permukaan udara global untuk Juli 2023 juga diperkirakan akan menjadikan bulan terpanas dalam sejarah.
Data dari program Copernicus UE menunjukkan bahwa suhu laut rata-rata minggu ini mencapai 20,96 derajat Celcius mengalahkan rekor sebelumnya 20,95 derajat Celcius pada Maret 2016. Suhu rata-rata laut terus meningkat sejak tahun 1970-an, karena efek gas rumah kaca.
Staf di program pemantauan perubahan iklim Copernicus menyalahkan emisi gas rumah kaca antropogenik atau buatan manusia sebagai penyebab kenaikan suhu. Data baru ini menyusul rekor terpanas Juni dan peristiwa cuaca ekstrem, termasuk gelombang panas di Eropa, Amerika Utara, dan Asia serta kebakaran hutan di Kanada dan Yunani.
“Suhu tinggi yang ini bagian dari tren peningkatan drastis suhu global,” kata Carlo Buontempo, direktur layanan perubahan iklim Copernicus dikutip SINDOnews dari laman Daily Mail, Jumat (4/8/2023).
Suhu permukaan udara biasanya menjadi metrik utama yang dilihat saat mempertimbangkan kenaikan suhu, tetapi suhu laut juga merupakan indikator utama. Lautan di bumi dianggap sebagai penyerap karbon, yang berarti juga menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer.
Tetapi semakin hangat lautan, semakin kurang kemampuan menyerap CO2, yang menyebabkan lebih banyak gas di atmosfer. Kondisi ini menambah efek rumah kaca dan pada gilirannya memicu perubahan iklim.
Lautan yang lebih hangat juga memiliki implikasi serius lainnya, di antaranya menghasilkan lebih banyak penguapan. Akibatnya, menciptakan kelembapan tambahan di atmosfer yang menyebabkan hujan lebat dan banjir.
Data dari program Copernicus UE menunjukkan bahwa suhu laut rata-rata minggu ini mencapai 20,96 derajat Celcius mengalahkan rekor sebelumnya 20,95 derajat Celcius pada Maret 2016. Suhu rata-rata laut terus meningkat sejak tahun 1970-an, karena efek gas rumah kaca.
Staf di program pemantauan perubahan iklim Copernicus menyalahkan emisi gas rumah kaca antropogenik atau buatan manusia sebagai penyebab kenaikan suhu. Data baru ini menyusul rekor terpanas Juni dan peristiwa cuaca ekstrem, termasuk gelombang panas di Eropa, Amerika Utara, dan Asia serta kebakaran hutan di Kanada dan Yunani.
“Suhu tinggi yang ini bagian dari tren peningkatan drastis suhu global,” kata Carlo Buontempo, direktur layanan perubahan iklim Copernicus dikutip SINDOnews dari laman Daily Mail, Jumat (4/8/2023).
Suhu permukaan udara biasanya menjadi metrik utama yang dilihat saat mempertimbangkan kenaikan suhu, tetapi suhu laut juga merupakan indikator utama. Lautan di bumi dianggap sebagai penyerap karbon, yang berarti juga menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer.
Tetapi semakin hangat lautan, semakin kurang kemampuan menyerap CO2, yang menyebabkan lebih banyak gas di atmosfer. Kondisi ini menambah efek rumah kaca dan pada gilirannya memicu perubahan iklim.
Lautan yang lebih hangat juga memiliki implikasi serius lainnya, di antaranya menghasilkan lebih banyak penguapan. Akibatnya, menciptakan kelembapan tambahan di atmosfer yang menyebabkan hujan lebat dan banjir.
Lihat Juga :
tulis komentar anda