Badai Pasir Terjang Jeddah Tujuh Jam

Kamis, 10 September 2015 - 12:41 WIB
Badai Pasir Terjang Jeddah Tujuh Jam
Badai Pasir Terjang Jeddah Tujuh Jam
A A A
JEDDAH - Badai pasir menerjang kawasan Jeddah, Arab Saudi selama tujuh jam, sejak Selasa (8/9) petang hingga kemarin pagi. Debu pasir pun menyelimuti sejumlah kawasan, di antaranya Bandara King Abdul Aziz yang menjadi tempat pendaratan jamaah haji Indonesia.

Otoritas bandara langsung membersihkan debu di sekitar bandara, termasuk miqat di Plasa Indonesia. ”Saat ini badai pasir sudah berakhir,” ujar Pelaksana Perlindungan Jamaah Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah- Madinah AKP Jajang Sukendar kemarin. Fenomena alam ini sempat mengganggu penerbangan di Bandara King Abdul Aziz.

Berdasar pantauan KORAN SINDO, debu menghampar di seluruh areal bandara, termasuk halaman Plasa Indonesia. Jarak pandang pun terbatas. Lantaran berisiko dengan kesehatan, semua petugas memakai masker. Setelah terjangan badai mulai menurun dan kondisi cuaca membaik, beberapa pesawat berani mendarat.

Sekitar pukul 23.00 pesawat yang membawa rombongan jamaah haji Kelompok Terbang (Kloter) 43 dari Embarkasi Surabaya, Jawa Timur, mendarat. Saat keluar dari pemeriksaan imigrasi, semua penumpang memakai masker. ”Saat masih di atas (pesawat) sempat ada pengumuman cuaca buruk dan penumpang diminta pakai sabuk pengaman,” kata Farida, jamaah haji asal Malang, Jawa Timur, yang ikut kloter 43.

Dikutip dari Arabnews.com, pejabat senior di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Abdul Hameed Abal-Ari mengungkapkan, sebanyak tujuh pesawat yang seharusnya mendarat pada Selasa (8/9) malam terpaksa dialihkan ke bandara terdekat, yakni Madinah, Yanbu, dan Taif. Ada pula beberapa pesawat yang mengalami penundaan saat akan take off. Sadiya Haneef, warga distrik Al-Sulaimaniya menuturkan, badai terjadi begitu cepat.

”Saya melihat dari balkon rumah ada seperti jamur di langit, seperti kepulan asap. Namun, ternyata badai pasir,” katanya. Badai besar dengan membawa pasir yang berlangsung selama 40 menit itu menurut informasi juga melanda beberapa negara di kawasan Timur Tengah, yakniLebanon, Suriah, Israel, Siprus, dan Palestina.

Kepala Daker Bandara Jeddah- Madinah Nurul Badruttamam mengatakan, berdasar informasi diterimanya, badai pasir ini adalah yang terbesar dalam tujuh tahun terakhir. ”Belum pernah terjadi badai debu pasir yang cukup besar seperti ini. Petugas langsung bertindak cepat dengan membagikan masker,” katanya.

Dokter jaga Klinik Kesehatan Daker Bandara Jeddah Agung Dewantoro mengatakan, debu dari badai pasir ini mengakibatkan tiga jamaah mengalami sesak napas dan harus dirawat di klinik. ”Pada saat di pesawat tak terjadi apa-apa, namun begitu ke luar dari pesawat langsung sesak napas. Ada dua pasien memiliki riwayat penyakit pernapasan kronik sehingga begitu kena debu langsung bereaksi.

Seorang pasien lagi tak memiliki penyakit pernapasan,” ujar dokter spesialis paru-paru dari RS Moewardi, Solo, Jawa Tengah ini. Sementara, saat badai debu berlangsung ada seorang jamaah haji asal Medan, Sumatera Utara, mengalami musibah. Jamaah haji perempuan bernama Ichairiah Main, 65, terpeleset di kamar mandi Plasa Indonesia saat sedang mengenakan baju putih ihram. Adapun untuk mengantisipasi efek dari badai debu, jamaah disarankan menjaga kesehatan dengan selalu cuci tangan dan mengonsumsi vitamin C, B, dan antioksidan.

Enam Orang Tewas

Badai pasir parah melanda hampir seluruh kawasan Timur Tengah. Di Suriah dan Lebanon, badai pasir menyebabkan sedikitnya 6 orang tewas kemarin. Jutaan penduduk di 2 negara itujugadilaporkanmenderita gangguan pernapasan. Kantor berita resmi Suriah, SANA, menyatakan badai pasir parah menghantam negara itu sejak Minggu (6/9) dan menewaskan 3 orang di Provinsi Hama.

Badai pasir sebagian disebabkan oleh sistem tekanan rendah yang menutupi seluruh wilayah itu. Direktorat Meteorologi Suriah menyebut badai pasir merupakan ”fenomena langka” dalam satu tahun terakhir. Badai secara bertahap mulai berkurang pada Selasa malam waktu setempat, tetapi diperkirakan berlangsung terus hingga akhir pekan ini akibat tidak adanya hujan.

Sementara itu di Lebanon 3 orang meninggal dan lebih dari 750 orang dirawat di sejumlah rumah sakit akibat mengalami gangguan pernafasan. ”Kami mendesak orang-orang yang menderita gangguan pernafasan dan jantung agar tetap berada di dalam rumah,” bunyi pernyataan Kementerian Kesehatan Lebanon.

Instruksi serupa kemarin juga diberlakukan Pemerintah Israel. Kementerian Perlindungan Lingkungan Hidup menyerukan agar warga yang menderita gangguan pernapasan tetap berada di dalam rumah karena tingginya polusi.

Ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.8118 seconds (0.1#10.140)