Indonesia Ikut Rasakan Aksi Seporadis Produsen China
A
A
A
JAKARTA - Produsen ponsel China kini semakin merajalela, bahkan enam dari sepuluh merek ponsel terlaris di dunia berasal dari negeri asal Tirai Bambu tersebut. Tidak heran jika kemudian aksi ekspansi besar-besaran (seporadis) mereka terasa sampai ke Indonesia.
Ponsel asal Tiongkok saat ini tidak lagi terbatas pada model low end, murahan, dan tidak bergengsi. Tapi kini semua vendor China juga menyasar kelas premium.
Bahkan, juga sangat cepat dalam mengadopsi teknologi baru seperti smartwatch. Dalam hal teknologi, kemampuan R&D vendor China sama inovatifnya dengan Korea Selatan, Amerika, Jepang, juga Taiwan.
Salah satunya strategi Xiaomi dalam menghadirkan ponsel terjangkau, dengan fitur yang mendekati atau bahkan setara dengan model di atasnya. Belakangan, vendor-vendor asal Tiongkok itu semakin agresif menggempur pasar lokal. Misalnya, Lenovo Indonesia meluncurkan ponsel baru, hampir setiap minggu.
Tahun lalu Xiaomi membuktikan bahwa ponsel mereka diserap sangat baik lewat ritel online, ketika Redmi 1S terjual 85 ribu unit dalam 2 bulan di Lazada Indonesia. Direktur PT Erajaya Swasembada Djohan Sutanto menilai, ponsel Tiongkok cepat diserap karena harganya terjangkau dan sesuai tingkat ekonomi masyarakat.
”Bermain di pasar Rp5 juta ke bawah, masyarakat melihat harga ponsel Tiongkok kompetitif tapi memiliki fitur yang tidak kalah dengan model lain yang lebih mahal,” katanya. Selain itu, Djohan melihat bahwa vendor Tiongkok melakukan strategi marketing yang agresif dan efektif.
Misalnya aktif memasang iklan, serta giat menjalin kerja sama dengan distributor dan operator untuk melakukan penetrasi pasar.
Djohan menilai kehadiran ponsel Tiongkok berkontribusi terhadap pertumbuhan produk ponsel pintar di Indonesia yang relatif stabil. ”Sisanya diisi oleh brand nasional yang juga tumbuh. Bedanya, brand lokal lebih bayak bermain di segmen Rp1 jutaan,” pungkasnya.
Ponsel asal Tiongkok saat ini tidak lagi terbatas pada model low end, murahan, dan tidak bergengsi. Tapi kini semua vendor China juga menyasar kelas premium.
Bahkan, juga sangat cepat dalam mengadopsi teknologi baru seperti smartwatch. Dalam hal teknologi, kemampuan R&D vendor China sama inovatifnya dengan Korea Selatan, Amerika, Jepang, juga Taiwan.
Salah satunya strategi Xiaomi dalam menghadirkan ponsel terjangkau, dengan fitur yang mendekati atau bahkan setara dengan model di atasnya. Belakangan, vendor-vendor asal Tiongkok itu semakin agresif menggempur pasar lokal. Misalnya, Lenovo Indonesia meluncurkan ponsel baru, hampir setiap minggu.
Tahun lalu Xiaomi membuktikan bahwa ponsel mereka diserap sangat baik lewat ritel online, ketika Redmi 1S terjual 85 ribu unit dalam 2 bulan di Lazada Indonesia. Direktur PT Erajaya Swasembada Djohan Sutanto menilai, ponsel Tiongkok cepat diserap karena harganya terjangkau dan sesuai tingkat ekonomi masyarakat.
”Bermain di pasar Rp5 juta ke bawah, masyarakat melihat harga ponsel Tiongkok kompetitif tapi memiliki fitur yang tidak kalah dengan model lain yang lebih mahal,” katanya. Selain itu, Djohan melihat bahwa vendor Tiongkok melakukan strategi marketing yang agresif dan efektif.
Misalnya aktif memasang iklan, serta giat menjalin kerja sama dengan distributor dan operator untuk melakukan penetrasi pasar.
Djohan menilai kehadiran ponsel Tiongkok berkontribusi terhadap pertumbuhan produk ponsel pintar di Indonesia yang relatif stabil. ”Sisanya diisi oleh brand nasional yang juga tumbuh. Bedanya, brand lokal lebih bayak bermain di segmen Rp1 jutaan,” pungkasnya.
()