Mastel dan Bappenas Desak Realisasikan Palapa Ring
A
A
A
JAKARTA - Pihak Mastel dan Bappenas dalam kegiatan Connect Expo Comm Indonesia 2014(CECI) dan National Broadband Symposium 2014 (NBS), rencananya akan membawa dokumen perencanaan pembangunan proyek pembangunan optik Palapa Ring data ke Kementerian Perekonomian, besok.
Menurut Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Setyanto P Santosa, dokumen tersebut harus segera dibawa ke meja Kemenko agar segera direalisasikan. "Kita akan rapat di sana oleh menteri-menteri terkait, untuk persetujuan proyek ini," ucapnya di Kantor Bappenas, Jakarta, Rabu (18/6/2014).
Menurut Setyanto lagi, proyek pembangunan National Broadband ini harus segera dilaksanakan dan direalisasikan mengingat Indonesia sudah tertinggal dari segi pembangunan jaringan broadband oleh negara di Asia Tenggara.
"Ini sangat mendesak dan sudah terlambat sebenarnya. Bayangkan saja, untuk di negara Asia Tenggara, Indonesia mungkin peringkat ke-6 atau ke-7 untuk masalah pembangunan broadband. Untuk internasional, kita urutan ke-64," ujarnya.
Pembangunan broadband sendiri, menurut Setyanto, harusnya masuk ke dalam infrastruktur. Namun nyatanya, tidak masuk sama sekali dalam agenda infrastruktur. "Sekarang kita tidak bisa menyerahkan begitu saja ke swasta untuk pembangunannya. Harus mulai digawangi pemerintah. Tidak bisa dipegang swasta karena mereka hanya bangun seluler dan seluler. Maka serahkanlah pemerintah. Karena pemerintah lebih bisa membangun ini," paparnya.
Kendala belum terbangunnya National Broadband ini, menurut Setyanto, adalah karena di Indonesia tidak ada e-leadership. "Maksudnya begini, di negara ini, dari presidennya, menterinya, bupatinya, gubernurnya, kepala desanya harus memiliki keinginan untuk memajukan Indonesia di bidang IT. Nah, itu di negara kita tidak ada," lanjutnya.
Dia berharap, jika besok disetujui, pemerintah harus segera membangun broadband ini agar tidak ketinggalan dengan negara lain. Bahkan kerja sama dengan pihak-pihak terkait mulai dari tingkat daerah hingga nasional, agar proyek tersebut berjalan maksimal.
"Kita tidak mau kan, kalau di luarnya saja kita pakai mobil Ferrari, tapi di dalamnya pakai kawat tembaga. Begitu juga dengan Indonesia. Bangunan-bangunannya bagus, tapi untuk masalah jaringan broadband-nya tidak terpenuhi dengan baik," tutup Setyanyo.
Sebelumnya, infrastruktur dan teknologi broadband di Indonesia salah satunya dilakukan melalui pembangunan optik Palapa Ring data. Proyek ini merupakan pembangunan serat optik sepanjang 8.395 km melintasi 51 kabupaten.
Menurut Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Setyanto P Santosa, dokumen tersebut harus segera dibawa ke meja Kemenko agar segera direalisasikan. "Kita akan rapat di sana oleh menteri-menteri terkait, untuk persetujuan proyek ini," ucapnya di Kantor Bappenas, Jakarta, Rabu (18/6/2014).
Menurut Setyanto lagi, proyek pembangunan National Broadband ini harus segera dilaksanakan dan direalisasikan mengingat Indonesia sudah tertinggal dari segi pembangunan jaringan broadband oleh negara di Asia Tenggara.
"Ini sangat mendesak dan sudah terlambat sebenarnya. Bayangkan saja, untuk di negara Asia Tenggara, Indonesia mungkin peringkat ke-6 atau ke-7 untuk masalah pembangunan broadband. Untuk internasional, kita urutan ke-64," ujarnya.
Pembangunan broadband sendiri, menurut Setyanto, harusnya masuk ke dalam infrastruktur. Namun nyatanya, tidak masuk sama sekali dalam agenda infrastruktur. "Sekarang kita tidak bisa menyerahkan begitu saja ke swasta untuk pembangunannya. Harus mulai digawangi pemerintah. Tidak bisa dipegang swasta karena mereka hanya bangun seluler dan seluler. Maka serahkanlah pemerintah. Karena pemerintah lebih bisa membangun ini," paparnya.
Kendala belum terbangunnya National Broadband ini, menurut Setyanto, adalah karena di Indonesia tidak ada e-leadership. "Maksudnya begini, di negara ini, dari presidennya, menterinya, bupatinya, gubernurnya, kepala desanya harus memiliki keinginan untuk memajukan Indonesia di bidang IT. Nah, itu di negara kita tidak ada," lanjutnya.
Dia berharap, jika besok disetujui, pemerintah harus segera membangun broadband ini agar tidak ketinggalan dengan negara lain. Bahkan kerja sama dengan pihak-pihak terkait mulai dari tingkat daerah hingga nasional, agar proyek tersebut berjalan maksimal.
"Kita tidak mau kan, kalau di luarnya saja kita pakai mobil Ferrari, tapi di dalamnya pakai kawat tembaga. Begitu juga dengan Indonesia. Bangunan-bangunannya bagus, tapi untuk masalah jaringan broadband-nya tidak terpenuhi dengan baik," tutup Setyanyo.
Sebelumnya, infrastruktur dan teknologi broadband di Indonesia salah satunya dilakukan melalui pembangunan optik Palapa Ring data. Proyek ini merupakan pembangunan serat optik sepanjang 8.395 km melintasi 51 kabupaten.
(dyt)