Ini Usaha TaniHub Group Bikin Regenerasi Petani Hidup Kembali
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2050 ada ramalan bahwa tak ada lagi profesi petani di Indonesia. Hal itu disebabkan minimnya regenerasi pada pekerjaan ini.
Tak ingin ramalan itu terwujud, TaniHub Group, perusahaan rintisan (startup) di bidang pertanian, dan perusahaan agriculture berbasis teknologi lainnya turun tangan mencoba melakukan terobosan-terobosan kreatif guna menghidupkan kembali daya tarik profesi petani kepada generasi muda.
Salah satu terobosan yang digagas oleh TaniHub adalah dengan menggelar TaniHack Vol.1. Yakni sebuah kompetisi tingkat nasional yang bertujuan mencari karya visual terbaik untuk Packing and Processing Center (PPC).
Lomba ide atau gagasan desain layout untuk PPC atau yang lebih populer disebut packing house ini mulai dibuka untuk kalangan mahasiswa dan umum sejak Januari 2020. Lalu karya peserta mulai dikumpulkan dan disaring sejak awal Maret 2020.
Lomba ini bertujuan untuk mendapatkan desain yang terbaik dan efisien, serta menyosialisasikan packing house TaniSupply ke semua kalangan, terutama petani.
“Namun yang lebih penting, kami di TaniHub Group membuka peluang bagi masyarakat, bahkan di luar bidang pertanian, untuk memberikan ide atau gagasan layout packing house. Ini sesuai dengan visi TaniHub Group, yaitu Agriculture for Everyone (Pertanian untuk Semua),” ujar Sariyo, Direktur TaniSupply.
Agriculture for Everyone adalah visi TaniHub Group yang mengandung semangat agar lapisan masyarakat dapat berperan bagi pertanian Indonesia melalui berbagai bentuk upaya. Walaupun mereka tidak terjun secara langsung ke lahan pertanian.
Dengan adanya kompetisi TaniHack Vol. 1 ini, sambung dia, masyarakat yang memiliki keahlian dalam bidang desain visual dan arsitektur secara tidak langsung telah membantu pertanian Indonesia. Sebab proses pascapanen yang dilalui petani dapat lebih efisien.
Panitia TaniHack Vol.1 telah bekerja keras untuk memilih lima finalis dari 167 pendaftar. Ide desain terbaik akan dipilih dari kelima finalis tersebut dengan mempresentasikan gagasan mereka di hadapan dewan juri yang terdiri dari Sariyo (Direktur TaniSupply), perwakilan dari Kementerian Pertanian, Sukma Semadi (arsitek dan praktisi), Taufik(praktisi), Moehamad Deni Desvianto (arsitek dan praktisi), dan Ar Yuli Kalson Sagala (arstiek dan praktisi).
Di sela-sela presentasi para finalis, TaniHub juga menggelar TaniTalks yang merupakan forum edukatif berbentuk talk show atau workshop. Kegiatan ini membahas isu-isu seputar dunia pertanian yang selalu berhubungan dengan bidang lainnya.
"Kami ingin pertanian menjadi menarik lagi bagi generasi muda. Tentunya dengan sentuhan teknologi kekinian, karena melalui teknologi bisa meningkatkan nilai jual hasil panen," ungkap Production Manager TaniSupply dan Co-Founder TaniHub Michael Jovan Sugianto saat menjadi pembicara TaniTalks bertema “Menjaga Produk Pertanian Hingga ke Meja Makan”.
TaniHub Group berharap masyarakat dapat memahami peran teknologi dalam menjaga kualitas hasil panen, memahami hubungan antara pengelolaan pascapanen dengan harga pasar pada produk pertanian. Dan tentunya membuka ruang kolaborasi berbagai pegiat untuk memajukan bidang pertanian.
Melalui Packing and Processing Center yang efisien dan dikelola dengan mutu yang baik oleh TaniSupply, TaniHub Group berharap semakin komprehensif dalam membangun ekosistemnya untuk pertanian Indonesia.
“Penanganan pascapanen yang tepat dapat meningkatkan mutu, daya tahan, dan daya simpan produk hortikultura, dari proses pengangkutan hingga produk tersebut terjual. Sederhananya, dengan penanganan pascapanen yang tepat, value chain akan meningkat,” paparnya.
Dia mencontohkan, buah semakin banyak kontak fisik dengan tangan manusia akan membuat nilai jualnya turun. Nah melalui teknologi, hasil panen diupayakan bisa minim kontak "fisik".
Hal itu dibenarkan oleh Tomy Perdana, Dosen Agribisnis Unpad Bandung. "Itu memang benar, tapi sebaiknya TaniHub tak hanya memerhatikan masalah pengemasan. Mereka juga wajib menyentuh persoalan di areal pertanian atau perkebunannya sehingga menaikkan nilai jual hasil panen," saran Tomy.Kembali ke inti kegiatan, kompetisi TaniHack Vol. 1 pada tahap final diikuti oleh Ronald Julion Suryadi dari Bandung, Jawa Barat; Priyatna Dwinanda Pribadi, Bali; Dwi Aji Setiawab, Gresik, Jawa Timur; Hulu Hilir, Adi Jafar dari Purwakarta, Jawa Barat; dan Kharunisa Widya Kusuma dari Sidoarjo, Jawa Timur.
"Juara satu diraih tim Priyatna Dwinanda Pribadi, Atika Salma Irhamy, Tessaldi Ilmi dari Denpasar, Bali. Sedangkan juara dua, Dwi Aji Setiawan, Adam Khamid Asrori, Supriyandi, Prananingsti Ayudya M, Yutika Luqyana asal Gresik, Jawa Timur," pungkas Sariyo.
Tak ingin ramalan itu terwujud, TaniHub Group, perusahaan rintisan (startup) di bidang pertanian, dan perusahaan agriculture berbasis teknologi lainnya turun tangan mencoba melakukan terobosan-terobosan kreatif guna menghidupkan kembali daya tarik profesi petani kepada generasi muda.
Salah satu terobosan yang digagas oleh TaniHub adalah dengan menggelar TaniHack Vol.1. Yakni sebuah kompetisi tingkat nasional yang bertujuan mencari karya visual terbaik untuk Packing and Processing Center (PPC).
Lomba ide atau gagasan desain layout untuk PPC atau yang lebih populer disebut packing house ini mulai dibuka untuk kalangan mahasiswa dan umum sejak Januari 2020. Lalu karya peserta mulai dikumpulkan dan disaring sejak awal Maret 2020.
Lomba ini bertujuan untuk mendapatkan desain yang terbaik dan efisien, serta menyosialisasikan packing house TaniSupply ke semua kalangan, terutama petani.
“Namun yang lebih penting, kami di TaniHub Group membuka peluang bagi masyarakat, bahkan di luar bidang pertanian, untuk memberikan ide atau gagasan layout packing house. Ini sesuai dengan visi TaniHub Group, yaitu Agriculture for Everyone (Pertanian untuk Semua),” ujar Sariyo, Direktur TaniSupply.
Agriculture for Everyone adalah visi TaniHub Group yang mengandung semangat agar lapisan masyarakat dapat berperan bagi pertanian Indonesia melalui berbagai bentuk upaya. Walaupun mereka tidak terjun secara langsung ke lahan pertanian.
Dengan adanya kompetisi TaniHack Vol. 1 ini, sambung dia, masyarakat yang memiliki keahlian dalam bidang desain visual dan arsitektur secara tidak langsung telah membantu pertanian Indonesia. Sebab proses pascapanen yang dilalui petani dapat lebih efisien.
Panitia TaniHack Vol.1 telah bekerja keras untuk memilih lima finalis dari 167 pendaftar. Ide desain terbaik akan dipilih dari kelima finalis tersebut dengan mempresentasikan gagasan mereka di hadapan dewan juri yang terdiri dari Sariyo (Direktur TaniSupply), perwakilan dari Kementerian Pertanian, Sukma Semadi (arsitek dan praktisi), Taufik(praktisi), Moehamad Deni Desvianto (arsitek dan praktisi), dan Ar Yuli Kalson Sagala (arstiek dan praktisi).
Di sela-sela presentasi para finalis, TaniHub juga menggelar TaniTalks yang merupakan forum edukatif berbentuk talk show atau workshop. Kegiatan ini membahas isu-isu seputar dunia pertanian yang selalu berhubungan dengan bidang lainnya.
"Kami ingin pertanian menjadi menarik lagi bagi generasi muda. Tentunya dengan sentuhan teknologi kekinian, karena melalui teknologi bisa meningkatkan nilai jual hasil panen," ungkap Production Manager TaniSupply dan Co-Founder TaniHub Michael Jovan Sugianto saat menjadi pembicara TaniTalks bertema “Menjaga Produk Pertanian Hingga ke Meja Makan”.
TaniHub Group berharap masyarakat dapat memahami peran teknologi dalam menjaga kualitas hasil panen, memahami hubungan antara pengelolaan pascapanen dengan harga pasar pada produk pertanian. Dan tentunya membuka ruang kolaborasi berbagai pegiat untuk memajukan bidang pertanian.
Melalui Packing and Processing Center yang efisien dan dikelola dengan mutu yang baik oleh TaniSupply, TaniHub Group berharap semakin komprehensif dalam membangun ekosistemnya untuk pertanian Indonesia.
“Penanganan pascapanen yang tepat dapat meningkatkan mutu, daya tahan, dan daya simpan produk hortikultura, dari proses pengangkutan hingga produk tersebut terjual. Sederhananya, dengan penanganan pascapanen yang tepat, value chain akan meningkat,” paparnya.
Dia mencontohkan, buah semakin banyak kontak fisik dengan tangan manusia akan membuat nilai jualnya turun. Nah melalui teknologi, hasil panen diupayakan bisa minim kontak "fisik".
Hal itu dibenarkan oleh Tomy Perdana, Dosen Agribisnis Unpad Bandung. "Itu memang benar, tapi sebaiknya TaniHub tak hanya memerhatikan masalah pengemasan. Mereka juga wajib menyentuh persoalan di areal pertanian atau perkebunannya sehingga menaikkan nilai jual hasil panen," saran Tomy.Kembali ke inti kegiatan, kompetisi TaniHack Vol. 1 pada tahap final diikuti oleh Ronald Julion Suryadi dari Bandung, Jawa Barat; Priyatna Dwinanda Pribadi, Bali; Dwi Aji Setiawab, Gresik, Jawa Timur; Hulu Hilir, Adi Jafar dari Purwakarta, Jawa Barat; dan Kharunisa Widya Kusuma dari Sidoarjo, Jawa Timur.
"Juara satu diraih tim Priyatna Dwinanda Pribadi, Atika Salma Irhamy, Tessaldi Ilmi dari Denpasar, Bali. Sedangkan juara dua, Dwi Aji Setiawan, Adam Khamid Asrori, Supriyandi, Prananingsti Ayudya M, Yutika Luqyana asal Gresik, Jawa Timur," pungkas Sariyo.
(mim)