TV Beresolusi 8K, Untuk Apa Kegunaannya?
A
A
A
Televisi dengan resolusi 8K menjadi salah satu panggung utama perhelatan Consumer Electronics Show (CES) 2020, dan akan ramai menyapa pasar tahun ini. Seperti apa trennya? Apakah teknologi ini penting bagi konsumen?
Sejak lama CES memang sudah jadi perang bagi banyak standarisasi teknologi TV. Blu-Ray vs HD-DVD, LCD vs Plasma, LCD vs OLED, hingga OLED vs MicroLED. Tahun ini pun tak berbeda. Pabrikan seperti Samsung dan LG masing-masing sudah pamer TV 8K mereka sendiri.
LG Electronics (LG), misalnya, memamerkan dua kategori premium OLED dan NanoCell. Ada delapan TV 8K diboyong dengan bentang layar 77 inci dan 65 inci serta 88 inci dan 75 inci. ”Selain resolusi 8K, TV tersebut memiliki memanfaatkan teknologi pembelajaran mendalam (deep learning) dan AI-based 8K upscaling,” ujar Park Hyoung-sei, Presiden LG Home Entertainment Company.
Teknologi upscaling berbasis AI menganalisis konten, sambil mengaplikasikan QuadStep Noise Reduction untuk mengurangi distorsi gambar dan Sharpness Enhancer sehingga meningkatkan konten dengan resolusi di bawah menjadi mendekati 8K.
Sementara itu, prosesor α (Alpha) 9 Gen 3 dirancang untuk lebih baik memutar konten 8K. Ada fitur AI Picture Pro yang mampu mengenali wajah dan teks pada layar. Lalu melakukan penajaman visual dengan tetap memperhatikan tampilan warna kulit dan teks agar lebih mudah dibaca.
Adapun fitur Auto Genre Selection mengenali tipe dari masing-masing konten yang dinikmati untuk kemudian secara otomatis mengatur tampilan gambar paling ideal dari berbagai genre tayangan berbeda. Terdapat empat genre yang dikenali yaitu film, olahraga, standar dan animasi. Untuk sistem operasinya, LG menggunakan webOS. Tapi tetap mendukung Apple AirPlay 2 berikut HomeKit, Google Assistant dan Amazon Alexa.
Sementara itu, Samsung tampil dengan TV 8K yang nyaris tanpa bezel. TV QLED 8K yang belum ada banderol harganya itu bisa dibilang 99 persen layar. Ukuran bezelnya hanya 2,3 mm. Sementara ketebalannya hanya 15 mm. Secara bentuk, TV ini sangat indah.
Sama seperti LG, Samsung juga menggunakan AI agar konten yang ditampilkan bisa mendekati resolusi native 8K. AI juga mampu menyesuaikan kecerahan dan kontras di TV berdasarkan lingkungan sekitar TV.
Dengan ukuran yang sangat tipis ini, bagaimana dengan suaranya? Bagaimana cara meletakkan speaker di TV tersebut? Menurut Samsung, mereka memiliki teknologi OTS+ (object tracking sound plus) yang akan mengenali obyek bergerak di layar dan membuat suara bisa bergerak di speaker, sehingga sangat realitis. Suara itu, akan mendekati kualitas 5.1 surround sound. TV samsung tersebut juga mendukung Bixby, Amazon Alexa, dan Google Assistant.
Adopsi Rendah
Paolo Pescatore, analis dari PP Foresight, menyebut tampilan dari TV 8K memang memanjakan mata. Tapi, harganya hingga beberapa tahun kedepan akan tetap sangat mahal. Bahkan, mereka yang berkantong tebal dan membeli TV 8K masih sulit untuk mengoptimalkan perangkat mereka karena ekosistem 8K yang belum siap. Misalnya kontennya. ”Bahkan sekarang pun konten 4K masih terbatas, mengingat mayoritas channel TV masih dalam resolusi HD,” ungkapnya.
Sebenarnya TV 8K sudah banyak dibahas dan sudah mulai dijual pada 2019. Tapi, baru di tahun ini nanti akan lebih banyak manufaktur yang akan mengenalkan TV 8K. Dan di CES 2020, teknologi terbaru TV 8K dipamerkan.
Stephen Baker, VP Industry Analysis di NPD Group mengatakan bahwa saat ini TV 8K masih jauh sekali untuk di adopsi konsumen umum. Terlepas dari harganya yang supermahal dan setiap tahun akan terus menurun. Prediksi NPD, penjualan TV 8K tidak akan mencapai 1 persen dari total penjualan TV global bahkan sampai 2022.
”Harga TV 8K akan terus menurun. Tapi tetap tantangannya jauh lebih berat dibandingkan TV 4K. Apalagi sekarang pasar TV berlayar sangat besar sudah terbentuk, dan harganya sudah sangat kompetitif,” ungkapnya.
Menurut Strategy Analytics, TV 8K hanya akan mengambil 3 persen pasar di 2023. Pada saat itu, penjualan global TV 8K adalah 11 juta unit setahun dari 400 ribu unit di 2019.
Apakah Butuh Resolusi 8K?
Jawabnya adalah tidak. Mata manusia hanya bisa melihat begitu banyak detail, dan piksel ekstra di luar apa yang bisa dilihat pada dasarnya sia-sia. Untuk mendapat pengalaman optimal, konsumen harus duduk lebih dekat, melihat TV berukuran sangat besar, atau keduanya. Untuk kebutuhan konsumen, 8K bisa disebut mubazir. Kecuali, jika dipajang dalam ukuran masif layaknya layar bioskop seperti Wall milik Samsung atau Cledis milik Sony. Disitulah 8K akan terasa. Dalam jarak dekat, bisa merasakan beda 4K dan 8K akan sulit.
Tiga Rumus Optimalisasi 8K
Ada tiga aspek penunjang TV 8K. Pertama konten, kedua transmisi, dan ketiga perangkatnya. Ketika perangkat sudah ada, konten yang paling menantang. Tanpa dukungan konten 8K, TV 8K hanya menjadi TV 4K yang lebih mahal.Bahkan kamera film profesional pun tidak semuanya bisa merekam konten 8K. Satu-satunya gimmick konten 8K adalah stasiun NHK Jepang akan menayangkan sebagian kecil dari Tokyo Olympics 2020 di format 8K. Di YouTube, ada beberapa konten yang menampilkan 8K. Tapi, kebanyakan adalah dokumenter. Belum ada film Hollywood yang bisa diakses dalam 8K.
Untuk menyiasati ini, vendor seperti Samsung menggunakan teknologi upscaling dengan kecerdasan buatan di TV mereka Q900. Tujuannya untuk membuat sumber video beresolusi 1080p bisa tampil baik di layar 8K.
Butuh Internet Cepat
Menampilkan konten 8K ke TV 8K juga menantang. Jika streaming video 4K di YouTube butuh kecepatan internet setidaknya 20 Mbps, maka untuk bisa streaming 8K butuh stidaknya 40-50 mbps. Lalu, kabel untuk menayangkan konten 8K juga khusus, yakni HDMI 2.1 yang mampu mengalirkan bandwith sebesar 48 mbps.
Selain melalui HDMI dan USB, LG, misalnya juga sudah menyiapkan codec HEVC, VP9 dan AV1. Sementara untuk opsi streaming, TV mereka akan didukung berbagai penyedia layanan streaming termasuk YouTube. Pada saat streaming, TV 8K LG ini akan menggunakan 60FPS yang pula tersertifikasi untuk mengalirkan 8K 60Pover HDMI.
Smartphone 8K
Tahun ini kemampuan smartphone merekam video sudah bisa mencapai resolusi 8K dengan bantuan chip Qualcomm Snapdragon 865 serta Spectra 480. Sebuah ponsel, kini bisa merekam video 8K/30 fps video (tanpa HDR) atau video 4K di 120 frame per detik. Hanya saja, resolusi yang besar berakibat pada file yang luar biasa besar. Merekam video 8K beberapa detik saja menghasilkan file beberapa ratus MB. Bahkan saat ini pun konsumen masih enggan merekam dalam kualitas 4K karena selain filenya besar, juga tidak praktis.
Harga TV 8K Hingga Rp1,5 Miliar
Sejak 2019 pun TV 8K pun sudah bisa dibeli di pasaran. Samsung, misalnya, pada 2019 sudah memasarkan TV 8K Samsung Q900R dengan banderol Rp80,5 juta (65 inci), Rp120 juta (75 inci), Rp 167 juta (82 inci), dan Rp 1,5 miliar (98 inci).
Jangan Tunggu 8K
Kesimpulannya, jangan berharap terlalu cepat dengan resolusi 8K. Teknologi yang masih baru ini akan sangat mahal. Juga, tidak bisa dioptimalkan karena ekosistem yang belum mendukung. Bahkan 4K pun setelah bertahun-tahun belum bisa mendongkrak ataupun menyaingin popularitas Full HD.
Apa Keuntungkan Resolusi 8K?
Sebenarnya ada banyak benefit yang bisa di dapat dengan resolusi yang begitu besar. Misalnya di industri medis, doktor bisa menggunakan endoskop beresolusi 8K untuk menangkap gambar yang lebih jernih di area yang terinfeksi dan melakukan diagnosa lebih akurat terhadap pasien. Dengan adanya 5G, maka TV 8K akan bisa menjadi platform untuk melakukan live surgeries atau operasi langsung bagi siswa kedokteran dengan gambar yang sangat jernih. Penggunaannya sangat banyak dan menjanjikan di masa depan.Yang jelas, konten adalah hal terpenting agar TV 8K bisa meroket. Karena itu, dukungan layanan streaming yang menyediakan video 8K akan jadi faktor kunci dan alasan utama mengapa konsumen mau atau akan membeli TV 8K. Selain streaming, sumber konten lain seperti smartphone dan konsol gaming, serta jaringan 5G juga menjadi penting. 8K akan jadi fondasi konten di masa depan. (Danang Arradian)
Sejak lama CES memang sudah jadi perang bagi banyak standarisasi teknologi TV. Blu-Ray vs HD-DVD, LCD vs Plasma, LCD vs OLED, hingga OLED vs MicroLED. Tahun ini pun tak berbeda. Pabrikan seperti Samsung dan LG masing-masing sudah pamer TV 8K mereka sendiri.
LG Electronics (LG), misalnya, memamerkan dua kategori premium OLED dan NanoCell. Ada delapan TV 8K diboyong dengan bentang layar 77 inci dan 65 inci serta 88 inci dan 75 inci. ”Selain resolusi 8K, TV tersebut memiliki memanfaatkan teknologi pembelajaran mendalam (deep learning) dan AI-based 8K upscaling,” ujar Park Hyoung-sei, Presiden LG Home Entertainment Company.
Teknologi upscaling berbasis AI menganalisis konten, sambil mengaplikasikan QuadStep Noise Reduction untuk mengurangi distorsi gambar dan Sharpness Enhancer sehingga meningkatkan konten dengan resolusi di bawah menjadi mendekati 8K.
Sementara itu, prosesor α (Alpha) 9 Gen 3 dirancang untuk lebih baik memutar konten 8K. Ada fitur AI Picture Pro yang mampu mengenali wajah dan teks pada layar. Lalu melakukan penajaman visual dengan tetap memperhatikan tampilan warna kulit dan teks agar lebih mudah dibaca.
Adapun fitur Auto Genre Selection mengenali tipe dari masing-masing konten yang dinikmati untuk kemudian secara otomatis mengatur tampilan gambar paling ideal dari berbagai genre tayangan berbeda. Terdapat empat genre yang dikenali yaitu film, olahraga, standar dan animasi. Untuk sistem operasinya, LG menggunakan webOS. Tapi tetap mendukung Apple AirPlay 2 berikut HomeKit, Google Assistant dan Amazon Alexa.
Sementara itu, Samsung tampil dengan TV 8K yang nyaris tanpa bezel. TV QLED 8K yang belum ada banderol harganya itu bisa dibilang 99 persen layar. Ukuran bezelnya hanya 2,3 mm. Sementara ketebalannya hanya 15 mm. Secara bentuk, TV ini sangat indah.
Sama seperti LG, Samsung juga menggunakan AI agar konten yang ditampilkan bisa mendekati resolusi native 8K. AI juga mampu menyesuaikan kecerahan dan kontras di TV berdasarkan lingkungan sekitar TV.
Dengan ukuran yang sangat tipis ini, bagaimana dengan suaranya? Bagaimana cara meletakkan speaker di TV tersebut? Menurut Samsung, mereka memiliki teknologi OTS+ (object tracking sound plus) yang akan mengenali obyek bergerak di layar dan membuat suara bisa bergerak di speaker, sehingga sangat realitis. Suara itu, akan mendekati kualitas 5.1 surround sound. TV samsung tersebut juga mendukung Bixby, Amazon Alexa, dan Google Assistant.
Adopsi Rendah
Paolo Pescatore, analis dari PP Foresight, menyebut tampilan dari TV 8K memang memanjakan mata. Tapi, harganya hingga beberapa tahun kedepan akan tetap sangat mahal. Bahkan, mereka yang berkantong tebal dan membeli TV 8K masih sulit untuk mengoptimalkan perangkat mereka karena ekosistem 8K yang belum siap. Misalnya kontennya. ”Bahkan sekarang pun konten 4K masih terbatas, mengingat mayoritas channel TV masih dalam resolusi HD,” ungkapnya.
Sebenarnya TV 8K sudah banyak dibahas dan sudah mulai dijual pada 2019. Tapi, baru di tahun ini nanti akan lebih banyak manufaktur yang akan mengenalkan TV 8K. Dan di CES 2020, teknologi terbaru TV 8K dipamerkan.
Stephen Baker, VP Industry Analysis di NPD Group mengatakan bahwa saat ini TV 8K masih jauh sekali untuk di adopsi konsumen umum. Terlepas dari harganya yang supermahal dan setiap tahun akan terus menurun. Prediksi NPD, penjualan TV 8K tidak akan mencapai 1 persen dari total penjualan TV global bahkan sampai 2022.
”Harga TV 8K akan terus menurun. Tapi tetap tantangannya jauh lebih berat dibandingkan TV 4K. Apalagi sekarang pasar TV berlayar sangat besar sudah terbentuk, dan harganya sudah sangat kompetitif,” ungkapnya.
Menurut Strategy Analytics, TV 8K hanya akan mengambil 3 persen pasar di 2023. Pada saat itu, penjualan global TV 8K adalah 11 juta unit setahun dari 400 ribu unit di 2019.
Apakah Butuh Resolusi 8K?
Jawabnya adalah tidak. Mata manusia hanya bisa melihat begitu banyak detail, dan piksel ekstra di luar apa yang bisa dilihat pada dasarnya sia-sia. Untuk mendapat pengalaman optimal, konsumen harus duduk lebih dekat, melihat TV berukuran sangat besar, atau keduanya. Untuk kebutuhan konsumen, 8K bisa disebut mubazir. Kecuali, jika dipajang dalam ukuran masif layaknya layar bioskop seperti Wall milik Samsung atau Cledis milik Sony. Disitulah 8K akan terasa. Dalam jarak dekat, bisa merasakan beda 4K dan 8K akan sulit.
Tiga Rumus Optimalisasi 8K
Ada tiga aspek penunjang TV 8K. Pertama konten, kedua transmisi, dan ketiga perangkatnya. Ketika perangkat sudah ada, konten yang paling menantang. Tanpa dukungan konten 8K, TV 8K hanya menjadi TV 4K yang lebih mahal.Bahkan kamera film profesional pun tidak semuanya bisa merekam konten 8K. Satu-satunya gimmick konten 8K adalah stasiun NHK Jepang akan menayangkan sebagian kecil dari Tokyo Olympics 2020 di format 8K. Di YouTube, ada beberapa konten yang menampilkan 8K. Tapi, kebanyakan adalah dokumenter. Belum ada film Hollywood yang bisa diakses dalam 8K.
Untuk menyiasati ini, vendor seperti Samsung menggunakan teknologi upscaling dengan kecerdasan buatan di TV mereka Q900. Tujuannya untuk membuat sumber video beresolusi 1080p bisa tampil baik di layar 8K.
Butuh Internet Cepat
Menampilkan konten 8K ke TV 8K juga menantang. Jika streaming video 4K di YouTube butuh kecepatan internet setidaknya 20 Mbps, maka untuk bisa streaming 8K butuh stidaknya 40-50 mbps. Lalu, kabel untuk menayangkan konten 8K juga khusus, yakni HDMI 2.1 yang mampu mengalirkan bandwith sebesar 48 mbps.
Selain melalui HDMI dan USB, LG, misalnya juga sudah menyiapkan codec HEVC, VP9 dan AV1. Sementara untuk opsi streaming, TV mereka akan didukung berbagai penyedia layanan streaming termasuk YouTube. Pada saat streaming, TV 8K LG ini akan menggunakan 60FPS yang pula tersertifikasi untuk mengalirkan 8K 60Pover HDMI.
Smartphone 8K
Tahun ini kemampuan smartphone merekam video sudah bisa mencapai resolusi 8K dengan bantuan chip Qualcomm Snapdragon 865 serta Spectra 480. Sebuah ponsel, kini bisa merekam video 8K/30 fps video (tanpa HDR) atau video 4K di 120 frame per detik. Hanya saja, resolusi yang besar berakibat pada file yang luar biasa besar. Merekam video 8K beberapa detik saja menghasilkan file beberapa ratus MB. Bahkan saat ini pun konsumen masih enggan merekam dalam kualitas 4K karena selain filenya besar, juga tidak praktis.
Harga TV 8K Hingga Rp1,5 Miliar
Sejak 2019 pun TV 8K pun sudah bisa dibeli di pasaran. Samsung, misalnya, pada 2019 sudah memasarkan TV 8K Samsung Q900R dengan banderol Rp80,5 juta (65 inci), Rp120 juta (75 inci), Rp 167 juta (82 inci), dan Rp 1,5 miliar (98 inci).
Jangan Tunggu 8K
Kesimpulannya, jangan berharap terlalu cepat dengan resolusi 8K. Teknologi yang masih baru ini akan sangat mahal. Juga, tidak bisa dioptimalkan karena ekosistem yang belum mendukung. Bahkan 4K pun setelah bertahun-tahun belum bisa mendongkrak ataupun menyaingin popularitas Full HD.
Apa Keuntungkan Resolusi 8K?
Sebenarnya ada banyak benefit yang bisa di dapat dengan resolusi yang begitu besar. Misalnya di industri medis, doktor bisa menggunakan endoskop beresolusi 8K untuk menangkap gambar yang lebih jernih di area yang terinfeksi dan melakukan diagnosa lebih akurat terhadap pasien. Dengan adanya 5G, maka TV 8K akan bisa menjadi platform untuk melakukan live surgeries atau operasi langsung bagi siswa kedokteran dengan gambar yang sangat jernih. Penggunaannya sangat banyak dan menjanjikan di masa depan.Yang jelas, konten adalah hal terpenting agar TV 8K bisa meroket. Karena itu, dukungan layanan streaming yang menyediakan video 8K akan jadi faktor kunci dan alasan utama mengapa konsumen mau atau akan membeli TV 8K. Selain streaming, sumber konten lain seperti smartphone dan konsol gaming, serta jaringan 5G juga menjadi penting. 8K akan jadi fondasi konten di masa depan. (Danang Arradian)
(nfl)