Gali Ide Bisnis Digital, UMB Selenggarakan Entrepreneur Festival 2019
A
A
A
JAKARTA - Pusat Pengembangan Kewirausahaan Universitas Mercu Buana (UMB) kembali menggelar Entrepreneur Festival 2019. Ini adalah ajang rutin tahunan yang digelar UMB untuk memamerkan ide-ide bisnis fresh dari para mahasiswanya. Menariknya, 20% dari ide yang muncul berbasiskan teknologi atau aplikasi.
"Ada 80 poster yang dipameran di acara kali ini. Dari tiap kelas, kami pilih dua ide bisnis yang terbaik dan sekarang masyarakat bisa melihat, sementara investor bisa menimbang-nimbang idenya. Biasanya diadakan dua kali setahun," kata Wachyu Hari Aji, Kepala Pusat Pemgembangan Kewirausahaan UMB.
Dia menjelaskan, UMB mendorong para lulusannya untuk menjadi entrepreneur. Tujuannya, mereka tidak tergantung dengan lapangan pekerjaan yang ada. Namun para alumni bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya dan orang lain. "Kami mengundang calon investor, umumnya mereka tidak mau dipublikasi," imbuhnya.
Festival merupakan agenda rutin Pusat Pemgembangan Kewirausahaan UMB untuk mengasah naluri kewirausahaan mahasiswa agar setelah mereka lulus dapat menjalankan ide-ide bisnis yang pernah dikembangkan selama kuliah.
Wachyu Hari Aji mengutarakan, di Kampus UMB, mata kuliah kewirausahaan merupakan mata kuliah dengan pembobotan tinggi di antara mata kuliah lain. Bahkan tercatat lebih tinggi dari nilai satuan kredit semester (SKS) skripsi.
Sebab, jelas dia, mata kuliah ini diberikan kepada mahasiswa di semester 3 , 5 dan 7. Di festival ini tidak ada pameran produk, tapi pameran bisnis. "Jadi yang ada hanya leaflet dan contoh produk," imbuhnya.
Dijelaskannya, Mata Kuliah Kewirausahaan 1 keluarannya berupa ide bisnis yang tervalidasi. Kemudian mahasiswa membuat poster dan dosen pembimbing akan memilih poster-poster yang dianggap terbaik.
Dalam satu kelas dipilih dua ide bisnis terbaik untuk dipamerkan. "Ada beragam gagasan kewirausahaan, seperti bisnis kuliner sampai bisnis clothing," sebutnya seraya menambahkan, di Mata Kuliah Kewirausahaan 2 dan 3, mahasiswa diajak mengimplementasikan ide bisnisnya sekaligus mengembangkannya.
Wakil Rektor UMB, Hadri Mulya mengatakan, UMB saat serius membina dan mengembangkan wirausaha baru di kalangan mahasiswanya yang kini mencapai 35.000 yang tersebar di empat kampus. Untuk meningkatkan iklim kewirausahaan mahasiswa, pihaknya menggelar lomba-lomba kewirausahaan yang tidak hanya bersifat lokal, tapi juga regional dan nasional, bahkan level ASEAN. UMB juga tercatat mendapat hibah pengembangan kewirausahaan mahasiswa dari sejumlah lembaga.
Dorongan Rektorat UMB agar mahasiswanya berhasil menciptakan lapangan pekerjaan memberikan dampak yang nyata. Salah satu output yang dianggap berhasil, khususnya di bidang teknologi, adalah kemunculan produk Lena.id, yaitu aplikasi customer service berbasis kecerdasan buatan (AI).
Aplikasi ini sanggup mengubah suara menjadi text dan text menjadi suara. Salah satu penggunanya adalah BUMN yang dimanfaatkan sebagai salah satu customer care-nya. Misalnya ada komplain nasabah dengan suara langsung dijadiken teks dan masuk ke sistem untuk diproses lebih lanjut.
"Ada 80 poster yang dipameran di acara kali ini. Dari tiap kelas, kami pilih dua ide bisnis yang terbaik dan sekarang masyarakat bisa melihat, sementara investor bisa menimbang-nimbang idenya. Biasanya diadakan dua kali setahun," kata Wachyu Hari Aji, Kepala Pusat Pemgembangan Kewirausahaan UMB.
Dia menjelaskan, UMB mendorong para lulusannya untuk menjadi entrepreneur. Tujuannya, mereka tidak tergantung dengan lapangan pekerjaan yang ada. Namun para alumni bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya dan orang lain. "Kami mengundang calon investor, umumnya mereka tidak mau dipublikasi," imbuhnya.
Festival merupakan agenda rutin Pusat Pemgembangan Kewirausahaan UMB untuk mengasah naluri kewirausahaan mahasiswa agar setelah mereka lulus dapat menjalankan ide-ide bisnis yang pernah dikembangkan selama kuliah.
Wachyu Hari Aji mengutarakan, di Kampus UMB, mata kuliah kewirausahaan merupakan mata kuliah dengan pembobotan tinggi di antara mata kuliah lain. Bahkan tercatat lebih tinggi dari nilai satuan kredit semester (SKS) skripsi.
Sebab, jelas dia, mata kuliah ini diberikan kepada mahasiswa di semester 3 , 5 dan 7. Di festival ini tidak ada pameran produk, tapi pameran bisnis. "Jadi yang ada hanya leaflet dan contoh produk," imbuhnya.
Dijelaskannya, Mata Kuliah Kewirausahaan 1 keluarannya berupa ide bisnis yang tervalidasi. Kemudian mahasiswa membuat poster dan dosen pembimbing akan memilih poster-poster yang dianggap terbaik.
Dalam satu kelas dipilih dua ide bisnis terbaik untuk dipamerkan. "Ada beragam gagasan kewirausahaan, seperti bisnis kuliner sampai bisnis clothing," sebutnya seraya menambahkan, di Mata Kuliah Kewirausahaan 2 dan 3, mahasiswa diajak mengimplementasikan ide bisnisnya sekaligus mengembangkannya.
Wakil Rektor UMB, Hadri Mulya mengatakan, UMB saat serius membina dan mengembangkan wirausaha baru di kalangan mahasiswanya yang kini mencapai 35.000 yang tersebar di empat kampus. Untuk meningkatkan iklim kewirausahaan mahasiswa, pihaknya menggelar lomba-lomba kewirausahaan yang tidak hanya bersifat lokal, tapi juga regional dan nasional, bahkan level ASEAN. UMB juga tercatat mendapat hibah pengembangan kewirausahaan mahasiswa dari sejumlah lembaga.
Dorongan Rektorat UMB agar mahasiswanya berhasil menciptakan lapangan pekerjaan memberikan dampak yang nyata. Salah satu output yang dianggap berhasil, khususnya di bidang teknologi, adalah kemunculan produk Lena.id, yaitu aplikasi customer service berbasis kecerdasan buatan (AI).
Aplikasi ini sanggup mengubah suara menjadi text dan text menjadi suara. Salah satu penggunanya adalah BUMN yang dimanfaatkan sebagai salah satu customer care-nya. Misalnya ada komplain nasabah dengan suara langsung dijadiken teks dan masuk ke sistem untuk diproses lebih lanjut.
(mim)