SIRCLO Beberkan Data Terbaru Pertumbuhan E-Commerce Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan teknologi e-commerce lokal, SIRCLO, baru-baru ini meluncurkan laporan e-commerce mereka berjudul “Navigating Market Opportunities in Indonesia’s E-Commerce”.
Laporan ini memaparkan informasi-informasi penting tentang tren pertumbuhan pasar e-commerce Indonesia dari berbagai sumber dan hasil studi internal SIRCLO. Laporan lengkapnya telah resmi diluncurkan pada tanggal 25 November 2019 di laman situs SIRCLO.
Founder dan Chief Executive Officer SIRCLO, Brian Marshal, mengatakan bahwa laporan ini bertujuan memberikan ‘amunisi’ informasi kepada semua stakeholder dalam berkolaborasi mendorong pertumbuhan dan inovasi e-commerce Indonesia.
“Sekarang, pertumbuhan industri e-commerce dalam negeri sedang dalam masa pesatnya. Kami melihat masih banyak pemain lokal yang sangat berpotensi. Bila kita bisa dukung dengan teknologi dan kolaborasi informasi seperti ini, mereka bisa memaksimalkan pertumbuhan bisnis mereka,” jelas Brian.
Menurut laporan E-Commerce Report SIRCLO, rata-rata satu orang konsumen Indonesia dapat berbelanja di marketplace sebanyak 3-5 kali dalam satu bulan, dan menghabiskan hingga 15% dari pendapatan bulanan mereka. Menariknya, data SIRCLO juga mengungkapkan bahwa konsumen online di Jakarta rata-rata berbelanja 2 kali lipat lebih banyak daripada kota-kota lain.
Hingga saat ini, metode pembayaran paling populer dalam berbelanja online adalah melalui bank transfer (48%) dan kartu debit/kredit (21%). Melalui hasil riset yang sama, SIRCLO juga menemukan bahwa 20% menggunakan metode e-wallet untuk melakukan pembayaran. Ini menunjukkan pesatnya adopsi metode ini di Indonesia sejak awal kemunculannya di tahun 2017.
Menurut data yang terkumpul dalam laporan SIRCLO, penjualan ritel e-commerce Indonesia diperkirakan mencapai US$15 miliar (Rp 210 triliun) pada 2018 dan akan meningkat lebih dari empat kali lipat pada tahun 2022, menyentuh angka US$65 miliar (Rp 910 triliun). “Berdasarkan beberapa sumber laporan, hal ini membuat ritel online yang tadinya hanya menyumbang 8% penjualan total pada tahun 2018, diprediksi akan menembus 24% di tahun 2022,” tambah Brian.
Industri e-commerce Indonesia juga berkontribusi lebih dari setengah nilai ekonomi digital di tahun 2019 dan diprediksi akan mendominasi sektor digital hingga 60% di tahun 2025. Nilai kapitalisasi pasar e-commerce pada tahun 2019 mencapai US$21 miliar (Rp 294 triliun), mengalahkan sektor ekonomi digital lain, seperti pariwisata online (US$10 miliar atau Rp 140 triliun) dan industri ride-hailing atau jasa transportasi online (US$6 miliar atau Rp 84 triliun). Nilai ini pun diprediksi akan meningkat hingga US$82 miliar (Rp 1.148 triliun) pada tahun 2025.
Namun, laporan dari SIRCLO juga menggarisbawahi beberapa tantangan dalam sektor e-commerce di tanah air. Tantangan-tantangan tersebut diantaranya adalah: 1) industri e-commerce yang kompetitif dan rawan ‘membakar uang’ demi menggaet konsumen, 2) masih banyaknya populasi yang belum memiliki rekening bank formal dan saat ini mulai terfasilitasi dengan adanya e-wallet, 3) layanan logistik yang mahal dan kurang kompeten, serta 4) kurangnya SDM yang relevan, terutama dari di bidang sains, teknik, dan matematika; yang sangat diperlukan dalam pengembangan perusahaan teknologi.
Sebagai e-commerce enabler terdepan di Indonesia, SIRCLO telah membantu brand dan pemilik usaha meningkatkan penjualan di berbagai marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, Bukalapak, dan Blibli.com. Melalui SIRCLO Commerce, perusahaan teknologi ini memiliki misi membantu brand lokal dan multinasional, menangani proses penjualan end-to-end di marketplace.
“Produk teknologi terbaru kami, Connexi, merupakan teknologi di balik operasional SIRCLO Commerce. Melalui tools ini, kami telah membantu lebih dari 40 principals ternama yang memayungi lebih dari 200 brand besar. Beberapa diantaranya adalah Reckitt Benckiser, Arnotts, Arla, L'Oréal (Group), Eiger, Levi's dan yang terbaru saat ini, Unilever,” ungkap Brian. Kini tools Connexi tidak lagi hanya digunakan secara internal SIRCLO, namun juga telah tersedia bagi brand lokal yang ingin mengembangkan bisnis di kanal marketplace.
Eiger, sebagai salah satu klien SIRCLO Commerce, mengalami transformasi yang cukup signifikan setelah memasuki ranah e-commerce. Pasalnya, pada tahun 2017 lalu total penjualan Eiger selama satu tahun dari kanal online hanya berkontribusi sebesar 0,25%. Sementara pada tahun 2019, kontribusi tersebut telah meningkat menjadi 3%, dan diperkirakan akan mencapai 10% (naik 40 kali lipat) pada tahun 2022 mendatang.
"SIRCLO sebagai e-commerce enabler sadar akan pentingnya peran kami dalam melayani kebutuhan brand dan marketplace. Itulah sebabnya kami tidak berhenti mengajak lebih banyak brand untuk berkolaborasi dan kerap meluncurkan teknologi untuk memudahkan bisnis menjangkau pasar yang lebih luas," jelas Brian. SIRCLO melaporkan bahwa perusahaan berikut telah memfasilitasi lebih dari US$4 juta (sekitar Rp56 miliar) transaksi ritel online setiap bulannya.
Laporan ini memaparkan informasi-informasi penting tentang tren pertumbuhan pasar e-commerce Indonesia dari berbagai sumber dan hasil studi internal SIRCLO. Laporan lengkapnya telah resmi diluncurkan pada tanggal 25 November 2019 di laman situs SIRCLO.
Founder dan Chief Executive Officer SIRCLO, Brian Marshal, mengatakan bahwa laporan ini bertujuan memberikan ‘amunisi’ informasi kepada semua stakeholder dalam berkolaborasi mendorong pertumbuhan dan inovasi e-commerce Indonesia.
“Sekarang, pertumbuhan industri e-commerce dalam negeri sedang dalam masa pesatnya. Kami melihat masih banyak pemain lokal yang sangat berpotensi. Bila kita bisa dukung dengan teknologi dan kolaborasi informasi seperti ini, mereka bisa memaksimalkan pertumbuhan bisnis mereka,” jelas Brian.
Menurut laporan E-Commerce Report SIRCLO, rata-rata satu orang konsumen Indonesia dapat berbelanja di marketplace sebanyak 3-5 kali dalam satu bulan, dan menghabiskan hingga 15% dari pendapatan bulanan mereka. Menariknya, data SIRCLO juga mengungkapkan bahwa konsumen online di Jakarta rata-rata berbelanja 2 kali lipat lebih banyak daripada kota-kota lain.
Hingga saat ini, metode pembayaran paling populer dalam berbelanja online adalah melalui bank transfer (48%) dan kartu debit/kredit (21%). Melalui hasil riset yang sama, SIRCLO juga menemukan bahwa 20% menggunakan metode e-wallet untuk melakukan pembayaran. Ini menunjukkan pesatnya adopsi metode ini di Indonesia sejak awal kemunculannya di tahun 2017.
Menurut data yang terkumpul dalam laporan SIRCLO, penjualan ritel e-commerce Indonesia diperkirakan mencapai US$15 miliar (Rp 210 triliun) pada 2018 dan akan meningkat lebih dari empat kali lipat pada tahun 2022, menyentuh angka US$65 miliar (Rp 910 triliun). “Berdasarkan beberapa sumber laporan, hal ini membuat ritel online yang tadinya hanya menyumbang 8% penjualan total pada tahun 2018, diprediksi akan menembus 24% di tahun 2022,” tambah Brian.
Industri e-commerce Indonesia juga berkontribusi lebih dari setengah nilai ekonomi digital di tahun 2019 dan diprediksi akan mendominasi sektor digital hingga 60% di tahun 2025. Nilai kapitalisasi pasar e-commerce pada tahun 2019 mencapai US$21 miliar (Rp 294 triliun), mengalahkan sektor ekonomi digital lain, seperti pariwisata online (US$10 miliar atau Rp 140 triliun) dan industri ride-hailing atau jasa transportasi online (US$6 miliar atau Rp 84 triliun). Nilai ini pun diprediksi akan meningkat hingga US$82 miliar (Rp 1.148 triliun) pada tahun 2025.
Namun, laporan dari SIRCLO juga menggarisbawahi beberapa tantangan dalam sektor e-commerce di tanah air. Tantangan-tantangan tersebut diantaranya adalah: 1) industri e-commerce yang kompetitif dan rawan ‘membakar uang’ demi menggaet konsumen, 2) masih banyaknya populasi yang belum memiliki rekening bank formal dan saat ini mulai terfasilitasi dengan adanya e-wallet, 3) layanan logistik yang mahal dan kurang kompeten, serta 4) kurangnya SDM yang relevan, terutama dari di bidang sains, teknik, dan matematika; yang sangat diperlukan dalam pengembangan perusahaan teknologi.
Sebagai e-commerce enabler terdepan di Indonesia, SIRCLO telah membantu brand dan pemilik usaha meningkatkan penjualan di berbagai marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, Bukalapak, dan Blibli.com. Melalui SIRCLO Commerce, perusahaan teknologi ini memiliki misi membantu brand lokal dan multinasional, menangani proses penjualan end-to-end di marketplace.
“Produk teknologi terbaru kami, Connexi, merupakan teknologi di balik operasional SIRCLO Commerce. Melalui tools ini, kami telah membantu lebih dari 40 principals ternama yang memayungi lebih dari 200 brand besar. Beberapa diantaranya adalah Reckitt Benckiser, Arnotts, Arla, L'Oréal (Group), Eiger, Levi's dan yang terbaru saat ini, Unilever,” ungkap Brian. Kini tools Connexi tidak lagi hanya digunakan secara internal SIRCLO, namun juga telah tersedia bagi brand lokal yang ingin mengembangkan bisnis di kanal marketplace.
Eiger, sebagai salah satu klien SIRCLO Commerce, mengalami transformasi yang cukup signifikan setelah memasuki ranah e-commerce. Pasalnya, pada tahun 2017 lalu total penjualan Eiger selama satu tahun dari kanal online hanya berkontribusi sebesar 0,25%. Sementara pada tahun 2019, kontribusi tersebut telah meningkat menjadi 3%, dan diperkirakan akan mencapai 10% (naik 40 kali lipat) pada tahun 2022 mendatang.
"SIRCLO sebagai e-commerce enabler sadar akan pentingnya peran kami dalam melayani kebutuhan brand dan marketplace. Itulah sebabnya kami tidak berhenti mengajak lebih banyak brand untuk berkolaborasi dan kerap meluncurkan teknologi untuk memudahkan bisnis menjangkau pasar yang lebih luas," jelas Brian. SIRCLO melaporkan bahwa perusahaan berikut telah memfasilitasi lebih dari US$4 juta (sekitar Rp56 miliar) transaksi ritel online setiap bulannya.
(wbs)