Facebook Hapus Ribuan Akun di 4 Negara Ini Karena Propaganda Politik
A
A
A
MENLO PARK - Facebook terus menggelar operasi pembersihan terhadap platform-nya. Tercatat mereka sudah menghapus lebih dari 1.800 akun dan halaman.
Akun-akun tersebut berasal dari empat negara. Masing-masing negara itu adalah Thailand, Rusia, Ukraina, dan Honduras.
Langkah penghapusan ini dilakukan untuk melawan propaganda politik di masing-masing negara. Di samping penyalahgunaan layanan media sosial tersebut.
Facebook mengaku menutup sejumlah halaman, grup, dan akun berdasarkan tingkah laku. Kebijakan itu bukan berdasarkan konten yang mereka unggah.
Di empat negara ini, total ada 294 akun, 1.509 halaman, dan 32 grup dihapus. Alasannya, sebagai perilaku tidak otentik yang terkoordinasi.
Perusahaan telah menindak akun-akun semacam itu secara global setelah mendapat kecaman dari pemerintah dan kelompok-kelompok hak asasi manusia di seluruh dunia. Sebab Facebook dinilai tidak mengembangkan alat dengan cukup cepat untuk memerangi konten ekstremis dan operasi propaganda.
"Kami tidak melihat hubungan di antara mereka, tapi mereka semua menggunakan jaringan akun palsu untuk menyesatkan orang tentang siapa mereka dan apa yang mereka lakukan," kata Nathaniel Gleicher, Kepala Kebijakan Keamanan Siber seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (26/7/2019).
Akun-akun tersebut berasal dari empat negara. Masing-masing negara itu adalah Thailand, Rusia, Ukraina, dan Honduras.
Langkah penghapusan ini dilakukan untuk melawan propaganda politik di masing-masing negara. Di samping penyalahgunaan layanan media sosial tersebut.
Facebook mengaku menutup sejumlah halaman, grup, dan akun berdasarkan tingkah laku. Kebijakan itu bukan berdasarkan konten yang mereka unggah.
Di empat negara ini, total ada 294 akun, 1.509 halaman, dan 32 grup dihapus. Alasannya, sebagai perilaku tidak otentik yang terkoordinasi.
Perusahaan telah menindak akun-akun semacam itu secara global setelah mendapat kecaman dari pemerintah dan kelompok-kelompok hak asasi manusia di seluruh dunia. Sebab Facebook dinilai tidak mengembangkan alat dengan cukup cepat untuk memerangi konten ekstremis dan operasi propaganda.
"Kami tidak melihat hubungan di antara mereka, tapi mereka semua menggunakan jaringan akun palsu untuk menyesatkan orang tentang siapa mereka dan apa yang mereka lakukan," kata Nathaniel Gleicher, Kepala Kebijakan Keamanan Siber seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (26/7/2019).
(mim)