Keamanan WhatsApp Versi Terbaru Mudah Diretas
A
A
A
MENLO PARK - Keamanan WhatsApp disebut memungkinkan peretas menempatkan spyware di handset para pengguna.
Kelemahannya ini dilaporkan Financial Times (FT) dengan pembaruan WhatsApp terbaru yang memungkinkan malware di ponsel dengan menelpon target menggunakan aplikasi yang digunakan oleh 1,5 miliar orang di seluruh dunia.
FT mengutip sebuah dealer perangkat lunak intuitif yang mengatakan perangkat itu dikembangkan oleh perusahaan bayangan yang berbasis di Israel bernama NSO Group yang diduga membantu pemerintah dari Asia Barat ke Meksiko untuk memata-matai aktivis dan jurnalis.
Peneliti keamanan mengatakan kode buruk memiliki kesamaan dengan pengembangan teknologi lainnya oleh perusahaan yang sama, menurut The New York Times.
Perlu diketahui meski telah dilengkapi oleh beragam keamanan, sebuah aplikasi tampaknya masih bisa menjadi sasaran peretasan untuk mencuri data pengguna. Menariknya, aplikasi tersebut ternyata cukup banyak digunakan.
Check Point Software Technologies mengungkap bahwa Telegram dan WhatsApp menjadi aplikasi yang paling rentang untuk diretas.
Perusahaan mengatakan menyembunyikan informasi sampai keamanan tersebut bisa dipastikan. Terdapat ratusan juta pengguna yang bisa saja dikompromikan.
Kerentanan tersebut juga bisa terjadi pada gambar digital dengan kode-kode. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Check Point.
“Kerentanan ini telah menempatkan sekira ratusan juta pengguna WhatsApp dan Telegram yang berisiko pada akun mereka,” ujar Oded Vanunu
Pengguna WhatsApp sendiri diklaim memiliki lebih dari 1 miliar. Sementara itu, pengguna Telegram sendiri mencapai 100 juta.
Kelemahannya ini dilaporkan Financial Times (FT) dengan pembaruan WhatsApp terbaru yang memungkinkan malware di ponsel dengan menelpon target menggunakan aplikasi yang digunakan oleh 1,5 miliar orang di seluruh dunia.
FT mengutip sebuah dealer perangkat lunak intuitif yang mengatakan perangkat itu dikembangkan oleh perusahaan bayangan yang berbasis di Israel bernama NSO Group yang diduga membantu pemerintah dari Asia Barat ke Meksiko untuk memata-matai aktivis dan jurnalis.
Peneliti keamanan mengatakan kode buruk memiliki kesamaan dengan pengembangan teknologi lainnya oleh perusahaan yang sama, menurut The New York Times.
Perlu diketahui meski telah dilengkapi oleh beragam keamanan, sebuah aplikasi tampaknya masih bisa menjadi sasaran peretasan untuk mencuri data pengguna. Menariknya, aplikasi tersebut ternyata cukup banyak digunakan.
Check Point Software Technologies mengungkap bahwa Telegram dan WhatsApp menjadi aplikasi yang paling rentang untuk diretas.
Perusahaan mengatakan menyembunyikan informasi sampai keamanan tersebut bisa dipastikan. Terdapat ratusan juta pengguna yang bisa saja dikompromikan.
Kerentanan tersebut juga bisa terjadi pada gambar digital dengan kode-kode. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Check Point.
“Kerentanan ini telah menempatkan sekira ratusan juta pengguna WhatsApp dan Telegram yang berisiko pada akun mereka,” ujar Oded Vanunu
Pengguna WhatsApp sendiri diklaim memiliki lebih dari 1 miliar. Sementara itu, pengguna Telegram sendiri mencapai 100 juta.
(wbs)