Didesak untuk Diharamkan, Ini Pendapat Para Ahli Soal PUBG
A
A
A
JAKARTA - Pro dan kontra larangan bermain game Player Unknown's Battleground masih mengundang polemik. Namun menurut para ahli PUBG memiliki dapat negatif dibandingkan positifnya.
Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta meneilai game PUBG memiliki dampak negatif bagi kesehatan dan kejiwaan. Hal ini di antaranya terjadi karena PUBG mengandung unsur kekerasan yang sangat tinggi. Game ini menuntut pemain lebih banyak mengalahkan lawan dengan cara membunuh dengan cara menembak, melempar pisau, mengebom, dan sebagainya.
"Meskipun membutuhkan strategi, tujuan dari strategi itu hanya satu, yaitu menghabisi sebanyak mungkin lawan agar bisa menang. Jika hal seperti ini dilakukan terus-menerus, sepanjang hari, sangat mungkin akan memengaruhi cara berpikir pemainnya," katanya.
Selanjutnya dia mengingatkan anak-anak atau remaja memiliki emosi dan pribadi yang masih labil. Stimulus kekerasan yang terus-menerus akan sangat memengaruhi kehidupan “nyata” mereka. Tayangan ataupun informasi yang mereka konsumsi bisa berpengaruh pada pola sehari-hari. "Mereka masih sering kali kesulitan memberi jarak antara realitas dan permainan, sehingga games membuat anak sering kali menyamakan perilaku di games dan di realitas," ucapnya.
Dia juga mencatat, PUBG online membuat anak terokupansi pada permainan sehingga tidak ingin melakukan kegiatan lain seperti bermain, bersosialisi dengan anak lain, bahkan belajar. Dampaknya jelas, prestasi sekolah bisa menurun. Anak yang candu game online menjadi pribadi yang kurang suka bersosial karena asyik dengan permainan tersebut. "Dia menjadi penyendiri karena tidak suka bergaul secara langsung, malah tidak suka diajak pergi ke mana-mana karena fokus hanya pada penyelesaian games," jelasnya.
Selain itu, dari sisi kesehatan, penggunaan gawai yang berlebihan menyebabkan kerusakan pada mata, kelelahan pada tangan dan anggota tubuh lain, bahkan obesitas karena kurang gerak. Kelelahan terus menerus (fatigue) akibat fokus game online serta obesitas, dapat menyebabkan penyakit lain yang berujung ke kematian.
"Tidak berdampak langsung memang, tapi akibat yang ditimbulkan ini bisa berujung pada kematian. Dampaknya memang tidak langsung menyasar otak seperti narkoba, tidak akan sakau. Hanya secara kesehatan mental ya terganggu. Kepribadian dan mood utamanya," katanya.
Shinta lebih jauh menuturkan, kecanduan game online sudah masuk dalam daftar penyakit kesehatan mental (DSM V). Akibat candu game online bisa menimbulkan potensi agresif yang tinggi karena otak terus-menerus menerima rangsangan agresif.
"Penyimpangan ya itu memang potensi agresif menjadi tinggi karena terus-menerus menerima rangsang agresif, impulsivitas (dorongan) juga menjadi lebih tinggi dan kesulitan dalam pengendalian diri sehingga mudah melakukan tindakan-tindakan tertentu tanpa memikirkan akibatnya lebih jauh," ucapsnya.
Ahli psikologi India Dr Dhruv Thakkar, juga melihat PUBG menimbulkan banyak dampak negatif terhadap anak-anak. “Game itu merusak karena sangat candu,” ujarnya, dikutip Hindustan Times. Dua anak muda tewas di Hingoli, Maharashtra, dan dua lainnya tewas tertabrak kereta akibat berjalan sambil bermain PUBG.
Psikolog anak dari RS Deccan Somajiguda India, Dr Radhika Acharya, mengatakan mayoritas pasiennya yang kecanduan PUBG berusia 12–19 tahun. Menurutnya, konsep game di dalam PUBG bermasalah. “Game itu tidak sehat. Pemainnya saling membunuh untuk dapat bertahan hidup dan menjadi pemenang,” kata Acharya
Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta meneilai game PUBG memiliki dampak negatif bagi kesehatan dan kejiwaan. Hal ini di antaranya terjadi karena PUBG mengandung unsur kekerasan yang sangat tinggi. Game ini menuntut pemain lebih banyak mengalahkan lawan dengan cara membunuh dengan cara menembak, melempar pisau, mengebom, dan sebagainya.
"Meskipun membutuhkan strategi, tujuan dari strategi itu hanya satu, yaitu menghabisi sebanyak mungkin lawan agar bisa menang. Jika hal seperti ini dilakukan terus-menerus, sepanjang hari, sangat mungkin akan memengaruhi cara berpikir pemainnya," katanya.
Selanjutnya dia mengingatkan anak-anak atau remaja memiliki emosi dan pribadi yang masih labil. Stimulus kekerasan yang terus-menerus akan sangat memengaruhi kehidupan “nyata” mereka. Tayangan ataupun informasi yang mereka konsumsi bisa berpengaruh pada pola sehari-hari. "Mereka masih sering kali kesulitan memberi jarak antara realitas dan permainan, sehingga games membuat anak sering kali menyamakan perilaku di games dan di realitas," ucapnya.
Dia juga mencatat, PUBG online membuat anak terokupansi pada permainan sehingga tidak ingin melakukan kegiatan lain seperti bermain, bersosialisi dengan anak lain, bahkan belajar. Dampaknya jelas, prestasi sekolah bisa menurun. Anak yang candu game online menjadi pribadi yang kurang suka bersosial karena asyik dengan permainan tersebut. "Dia menjadi penyendiri karena tidak suka bergaul secara langsung, malah tidak suka diajak pergi ke mana-mana karena fokus hanya pada penyelesaian games," jelasnya.
Selain itu, dari sisi kesehatan, penggunaan gawai yang berlebihan menyebabkan kerusakan pada mata, kelelahan pada tangan dan anggota tubuh lain, bahkan obesitas karena kurang gerak. Kelelahan terus menerus (fatigue) akibat fokus game online serta obesitas, dapat menyebabkan penyakit lain yang berujung ke kematian.
"Tidak berdampak langsung memang, tapi akibat yang ditimbulkan ini bisa berujung pada kematian. Dampaknya memang tidak langsung menyasar otak seperti narkoba, tidak akan sakau. Hanya secara kesehatan mental ya terganggu. Kepribadian dan mood utamanya," katanya.
Shinta lebih jauh menuturkan, kecanduan game online sudah masuk dalam daftar penyakit kesehatan mental (DSM V). Akibat candu game online bisa menimbulkan potensi agresif yang tinggi karena otak terus-menerus menerima rangsangan agresif.
"Penyimpangan ya itu memang potensi agresif menjadi tinggi karena terus-menerus menerima rangsang agresif, impulsivitas (dorongan) juga menjadi lebih tinggi dan kesulitan dalam pengendalian diri sehingga mudah melakukan tindakan-tindakan tertentu tanpa memikirkan akibatnya lebih jauh," ucapsnya.
Ahli psikologi India Dr Dhruv Thakkar, juga melihat PUBG menimbulkan banyak dampak negatif terhadap anak-anak. “Game itu merusak karena sangat candu,” ujarnya, dikutip Hindustan Times. Dua anak muda tewas di Hingoli, Maharashtra, dan dua lainnya tewas tertabrak kereta akibat berjalan sambil bermain PUBG.
Psikolog anak dari RS Deccan Somajiguda India, Dr Radhika Acharya, mengatakan mayoritas pasiennya yang kecanduan PUBG berusia 12–19 tahun. Menurutnya, konsep game di dalam PUBG bermasalah. “Game itu tidak sehat. Pemainnya saling membunuh untuk dapat bertahan hidup dan menjadi pemenang,” kata Acharya
(wbs)