Jepang Putuskan Tak Gunakan Jaringan 5G Buatan China
A
A
A
TOKYO - Setelah Amerika Serikat dan Negara Uni Eropa menolak teknologi 5G milik perusahaan Nirkabel China, kini penyedia telekomunikasi seluler terbesar di Jepang, NTT Docomo, melarang Huawei untuk berpartisipasi dalam peluncuran jaringan 5G.
Jun Sawada, presiden dan CEO NTT Docomo, telah mengkonfirmasi bahwa perusahaannya tidak akan membeli peralatan Huawei untuk jaringan 5G dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Jepang, Kyodo News, di Barcelona, Spanyol.
Perusahaan Jepang tersebut berada di Kota Spanyol untuk turut ambil bagian dalam Kongres Seluler Dunia, Mobile World Congress, tahunan, yang dimulai pada 25 Februari dan berlangsung selama empat hari.
Sawada menjelaskan alasan di balik keputusannya: Docomo kemungkinan bisa kehilangan keterlibatan bisnis dengan pemerintah AS dan perusahaan-perusahaan AS, sejak Amerika Serikat terus-menerus memperingatkan risiko keamanan dari produk Huawei dan sebagian besar menutup perusahaan tersebut memasuki pasarnya.
Pemerintah AS telah mengatakan hubungan dekat antara Huawei dengan Beijing menyebabkan produk-produk perusahaan tersebut, termasuk peralatan jaringan 5G, rentan terhadap spionase oleh rezim Tiongkok.
Sementara itu, Docomo memiliki rencana untuk mendirikan pusat penelitian di Lembah Silikon California pada bulan Juli, menurut Kyodo News.
Malaysia memutuskan untuk saat ini tidak menggunakan teknologi 5G buatan China. Keinginan Huawei untuk membangun infrastruktur 5G di Malaysia dipandang sebagai ancaman terhadap kedaulatan negara atas berbagai risiko informasi pribadi yang terekspos kepada orang luar.
Ketua Dewan Penasihat Pemerintah Tun Daim Zainuddin mengatakan ada beberapa hal yang perlu dikhawatirkan mengenai fasilitas ini meskipun ia dapat memberikan kecepatan transfer data dan penyimpanan informasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
"Kita harus berhenti dan mempertanyakan harga yang harus dibayar untuk fasilitas ini. Informasi ini bukan hanya apa yang kami bagikan secara pribadi, data tentang apa yang kami lakukan, ke mana kami pergi, apa yang kami beli, dan apa yang kami katakan dapat diambil dari perangkat harian biasa.
"Apa dampak keamanan, pertahanan, pribadi, dan strategis dari teknologi ini yang dipimpin oleh Cina?" Katanya seperti dikutip dari laporan portal Malaysiakini.
Jun Sawada, presiden dan CEO NTT Docomo, telah mengkonfirmasi bahwa perusahaannya tidak akan membeli peralatan Huawei untuk jaringan 5G dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Jepang, Kyodo News, di Barcelona, Spanyol.
Perusahaan Jepang tersebut berada di Kota Spanyol untuk turut ambil bagian dalam Kongres Seluler Dunia, Mobile World Congress, tahunan, yang dimulai pada 25 Februari dan berlangsung selama empat hari.
Sawada menjelaskan alasan di balik keputusannya: Docomo kemungkinan bisa kehilangan keterlibatan bisnis dengan pemerintah AS dan perusahaan-perusahaan AS, sejak Amerika Serikat terus-menerus memperingatkan risiko keamanan dari produk Huawei dan sebagian besar menutup perusahaan tersebut memasuki pasarnya.
Pemerintah AS telah mengatakan hubungan dekat antara Huawei dengan Beijing menyebabkan produk-produk perusahaan tersebut, termasuk peralatan jaringan 5G, rentan terhadap spionase oleh rezim Tiongkok.
Sementara itu, Docomo memiliki rencana untuk mendirikan pusat penelitian di Lembah Silikon California pada bulan Juli, menurut Kyodo News.
Malaysia memutuskan untuk saat ini tidak menggunakan teknologi 5G buatan China. Keinginan Huawei untuk membangun infrastruktur 5G di Malaysia dipandang sebagai ancaman terhadap kedaulatan negara atas berbagai risiko informasi pribadi yang terekspos kepada orang luar.
Ketua Dewan Penasihat Pemerintah Tun Daim Zainuddin mengatakan ada beberapa hal yang perlu dikhawatirkan mengenai fasilitas ini meskipun ia dapat memberikan kecepatan transfer data dan penyimpanan informasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
"Kita harus berhenti dan mempertanyakan harga yang harus dibayar untuk fasilitas ini. Informasi ini bukan hanya apa yang kami bagikan secara pribadi, data tentang apa yang kami lakukan, ke mana kami pergi, apa yang kami beli, dan apa yang kami katakan dapat diambil dari perangkat harian biasa.
"Apa dampak keamanan, pertahanan, pribadi, dan strategis dari teknologi ini yang dipimpin oleh Cina?" Katanya seperti dikutip dari laporan portal Malaysiakini.
(wbs)