Pakai Organ Napi Dieksekusi, Peneliti: Tarik 445 Makalah Ilmiah China

Rabu, 06 Februari 2019 - 12:00 WIB
Pakai Organ Napi Dieksekusi,...
Pakai Organ Napi Dieksekusi, Peneliti: Tarik 445 Makalah Ilmiah China
A A A
MELBOURNE - Sebuah studi pertama di dunia mengungkap adanya jurnal, peneliti, dan dokter yang terlibat melakukan penelitian transplantasi organ dengan metode pengadaan organ yang barbar.

Studi dunia itu pun menyerukan pencabutan massal lebih dari 400 makalah ilmiah tentang transplantasi organ, di tengah kekhawatiran organ itu diperoleh secara tidak etis dari tahanan di penjara China.

Penelitian yang dipimpin Australia tersebut memperlihatkan kegagalan massal jurnal medis berbahasa Inggris untuk mematuhi standar etika internasional yang berlaku. Penelitian itu untuk memastikan pendonor organ memberikan persetujuan untuk transplantasi.

Studi dipublikasikan pada pekan lalu di jurnal medis BMJ Open. Penulisnya, Profesor Etika Klinis, Wendy Rogers, mengatakan, jurnal, peneliti, dan dokter yang menggunakan penelitian itu terlibat dalam metode “pengadaan biadab”.

Jurnal medis diminta untuk menarik kembali paper setelah organ kekhawatiran berasal dari tahanan yang dieksekusi. "Tidak ada tekanan nyata dari para pemimpin penelitian di China untuk menjadi lebih transparan," kata Rogers dari Macquarie University di Sydney seperti dilansir dari laman The Guardian, Rabu (6/2/2019.

“Semua orang sepertinya mengatakan, 'Ini bukan tugas kami'. Keheningan dunia tentang masalah biadab ini harus berhenti," ucapnya.

Sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 2016 menemukan perbedaan besar antara angka transplantasi resmi dari Pemerintah China dan jumlah transplantasi yang dilaporkan oleh rumah sakit. Pemerintah mengatakan, 10.000 transplantasi terjadi setiap tahun dan data rumah sakit mencatat jumlanya hanya antara 60.000-100.000 organ ditransplantasikan setiap tahunnya. Laporan tersebut memberikan bukti bahwa celah ini dibuat oleh para tahanan yang dieksekusi.

Pada 2017 parlemen Eropa mengeluarkan deklarasi yang mengecam pengambilan organ dari tahanan yang tidak bersalah. Mereka meminta pejabat China untuk mengakhirinya aksi itu.

Rogers dan timnya memperoleh semua makalah penelitian yang melaporkan penerima transplantasi China. Makalah itu diterbitkan dalam jurnal medis berbahasa Inggris antara Januari 2000-April 2017.

Sebanyak 445 studi yang mereka identifikasi melibatkan 85.477 transplantasi. Tetapi 99% dari studi tersebut gagal melaporkan apakah donor organ telah memberikan persetujuan untuk transplantasi.

Sedangkan 19 studi yang mengklaim tidak ada organ dari tahanan yang dieksekusi digunakan terjadi sebelum 2010, ketika tidak ada program donor sukarela di Tiongkok. "Ini adalah pertama kalinya sebuah penelitian melacak kemajuan komunitas transplantasi dalam menghalangi penelitian yang tidak etis," imbuhnya.

Pada tahun 2017 jurnal medis bergengsi Liver International terpaksa menarik makalah ilmiah oleh ahli bedah China yang memeriksa hasil dari 564 transplantasi hati selama empat tahun. Tetapi para ahli menunjukkan tidak mungkin bagi satu rumah sakit untuk mendapatkan begitu banyak hati yang dapat digunakan, mengingat sejumlah kecil donor sukarela di China pada waktu itu, terutama mengingat sebagian besar hati berasal dari donor setelah kematian jantung.

Lebih lanjut dikatakan, hati dari pasien ini hanya layak untuk transplantasi di sekitar sepertiga dari kasus. Itu berarti jumlah hati yang diperoleh dalam penelitian ini tidak menumpuk dengan jumlah pasien yang meninggal di China.

Penelitian Rogers menemukan, Journal of American Transplantation dan jurnal resmi The Transplantation Society (TTS), yang memiliki kebijakan melarang penelitian tidak etis dengan melibatkan tahanan yang dieksekusi, telah menerbitkan makalah yang dipertanyakan. Ini terjadi meskipun TTS pada 2016 menyatakan bahwa mereka tidak akan menerima dokumen di mana organ-organ diambil dari tahanan.

Makalah ini menyimpulkan, komunitas transplantasi telah gagal menerapkan standar etika yang melarang publikasi penelitian menggunakan bahan dari tahanan yang dieksekusi.

“Akibatnya, ada banyak penelitian yang dipublikasikan tidak etis sekarang, menimbulkan pertanyaan tentang keterlibatan sejauh komunitas transplantasi menggunakan dan mendapat manfaat dari hasil penelitian ini," kritiknya.

"Kami menyerukan pencabutan segera semua makalah yang melaporkan penelitian berdasarkan penggunaan organ dari tahanan yang dieksekusi, dan pertemuan puncak internasional untuk mengembangkan kebijakan masa depan untuk menangani penelitian transplantasi China," ajaknya.

Sementara China berjanji untuk berhenti menggunakan organ dari tahanan yang dieksekusi pada 2015. Tindakan ilegal itu dilakukan katema ketiadaan undang-undang atau peraturan baru yang dikeluarkan yang melarang praktik tersebut. Kelompok-kelompok kemanusiaan termasuk Amnesty International telah menyuarakan keprihatinan bahwa praktik ini berlanjut.
(mim)
Berita Terkait
Berebut Superpower Sains
Berebut Superpower Sains
Jokowi Akui Infrastruktur...
Jokowi Akui Infrastruktur Kesehatan dan Pendidikan Buat Daya Saing Indonesia Lemah
Jaring Talenta Bidang...
Jaring Talenta Bidang Sains, Kemendikbud Gelar Kompetisi Sains Nasional 2020
Sains yang Nirmakna
Sains yang Nirmakna
Sains, Wabah dan Agama
Sains, Wabah dan Agama
Sains, Corona, dan Agama
Sains, Corona, dan Agama
Berita Terkini
Gunakan Teknologi Pengindraan,...
Gunakan Teknologi Pengindraan, China Pantau Perubahan Radiasi Matahari
9 menit yang lalu
Dibantu Eropa, Diam-diam...
Dibantu Eropa, Diam-diam Ukraina Serang Rusia dari Luar Angkasa
1 jam yang lalu
Donald Trump Kembali...
Donald Trump Kembali Memperpanjang Batas Waktu Penjualan TikTok
4 jam yang lalu
Meta Umumkan Llama 4,...
Meta Umumkan Llama 4, AI Baru yang Pandai Berbicara
5 jam yang lalu
Raksasa Teknologi Terguncang:...
Raksasa Teknologi Terguncang: Apple Kehilangan USD300 Miliar Akibat Tarif Trump
1 hari yang lalu
Perbandingan Nintendo...
Perbandingan Nintendo Switch 2 dan Nintendo Switch: Harga, Spesifikasi, Desain, dan Fitur
1 hari yang lalu
Infografis
Mengapa Taiwan Khawatir...
Mengapa Taiwan Khawatir akan Diinvasi China pada 2027?
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved