Membaca Fenomena 'Barang Sama, Harga Beda' di Harbolnas
A
A
A
JAKARTA - Indonesia merupakan pasar yang besar bagi perdagangan e-commerce. Data yang dirilis oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2018 menyebutkan dari 265 juta penduduk Indonesia, sebanyak 50 juta orang pengguna internet di sini sudah terbiasa belanja online.
Harbolnas 2018 jadi buktinya dengan penjualan sebesar Rp6,8 triliun atau meningkat 32,85% dibanding penyelenggaraan di tahun 2017.
'Berbagai program diskon harga fantastis sangat mudah ditemui di seluruh e-commerce. Hal ini tentu menarik perhatian para reseller yang ingin mengeruk keuntungan," kata Reza Aggi Prasetyo, Chief Marketing Officer Jakmall.com, dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews.Fakta dalam Harbolnas 2018 lalu yang ditemukan oleh Jakmall.com, banyak reseller atau penjual kembali sebenarnya tidak memiliki stok barang. Mereka hanya membeli stok barang dari e-commerce seperti Jakmall dan kemudian menjual kembali di e-commerce lain dengan harga lebih mahal.
"Fakta di atas bisa terjadi pada produk Xiaomi Mi AirDots Lite TWS Bluetooth Earphone. Pada Jakmall.com dijual di harga terendah Rp599.000 dan terjual sebanyak 179 kali," ungkapnya.
Pada “e-commerce hijau”, dijual lebih mahal seharga Rp625.000. Lalu “e-commerce merah” dilego lebih mahal lagi yakni Rp633.000. Sedangkan di “e-commerce oranye”, bahkan dijual di harga terendah Rp769.000.
Menurut Reza, salah satu penyebab terjadinya ketimpangan harga ini dikarenakan banyaknya reseller yang membuka lapak di berbagai e-commerce. Mereka menjual barang yang sama dengan yang dibeli dari e-commerce termurah seperti Jakmall.com.
“Yang kami temukan reseller ini banyak sekali menyebar di e-commerce lain, ternyata mereka membeli barangnya dari penjual yang selama ini ada di Jakmall. Reseller tadi menaikkan harga jual puluhan bahkan sampai Rp100.000 per barang," ujarnya.
Dia mengklaim, barang di Jakmall.com menjadi incaran reseller karena termurah dibandingkan e-commerce lain pada Harbolnas 2018 lalu. Ini dikarenakan sistem kerja di tempatnya selektif dalam memilih penjual yang pasti memiliki stok produknya sendiri.
Hal ini yang tidak dilakukan di e-commerce lain. “Penjual yang memiliki barang yang sama dengan harga lebih mahal tentu tidak bisa ditampilkan di Jakmall.com,” kata Sugiri R. Wijaya, Co-founder dan Chief Business Development Officer Jakmall.com.
Pada gelaran Harbolnas 2018 lalu. Jakmall.com berhasil mencatat kenaikan penjualan 4,5 kali lipat lebih tinggi dibanding 2017. Jika dibandingkan tahun 2016 kenaikannya mencapai tiga kali lipat.
Jam tangan adalah salah satu produk yang paling laris terjual di Jakmall.com. Sementara charger ponsel dan earphone berada di urutan kedua dan ketiga. Untuk melanjutkan kesuksesan di 2018, Jakmall.com akan memulai 2019 dengan campaign #MurahnyaJuara.
Harbolnas 2018 jadi buktinya dengan penjualan sebesar Rp6,8 triliun atau meningkat 32,85% dibanding penyelenggaraan di tahun 2017.
'Berbagai program diskon harga fantastis sangat mudah ditemui di seluruh e-commerce. Hal ini tentu menarik perhatian para reseller yang ingin mengeruk keuntungan," kata Reza Aggi Prasetyo, Chief Marketing Officer Jakmall.com, dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews.Fakta dalam Harbolnas 2018 lalu yang ditemukan oleh Jakmall.com, banyak reseller atau penjual kembali sebenarnya tidak memiliki stok barang. Mereka hanya membeli stok barang dari e-commerce seperti Jakmall dan kemudian menjual kembali di e-commerce lain dengan harga lebih mahal.
"Fakta di atas bisa terjadi pada produk Xiaomi Mi AirDots Lite TWS Bluetooth Earphone. Pada Jakmall.com dijual di harga terendah Rp599.000 dan terjual sebanyak 179 kali," ungkapnya.
Pada “e-commerce hijau”, dijual lebih mahal seharga Rp625.000. Lalu “e-commerce merah” dilego lebih mahal lagi yakni Rp633.000. Sedangkan di “e-commerce oranye”, bahkan dijual di harga terendah Rp769.000.
Menurut Reza, salah satu penyebab terjadinya ketimpangan harga ini dikarenakan banyaknya reseller yang membuka lapak di berbagai e-commerce. Mereka menjual barang yang sama dengan yang dibeli dari e-commerce termurah seperti Jakmall.com.
“Yang kami temukan reseller ini banyak sekali menyebar di e-commerce lain, ternyata mereka membeli barangnya dari penjual yang selama ini ada di Jakmall. Reseller tadi menaikkan harga jual puluhan bahkan sampai Rp100.000 per barang," ujarnya.
Dia mengklaim, barang di Jakmall.com menjadi incaran reseller karena termurah dibandingkan e-commerce lain pada Harbolnas 2018 lalu. Ini dikarenakan sistem kerja di tempatnya selektif dalam memilih penjual yang pasti memiliki stok produknya sendiri.
Hal ini yang tidak dilakukan di e-commerce lain. “Penjual yang memiliki barang yang sama dengan harga lebih mahal tentu tidak bisa ditampilkan di Jakmall.com,” kata Sugiri R. Wijaya, Co-founder dan Chief Business Development Officer Jakmall.com.
Pada gelaran Harbolnas 2018 lalu. Jakmall.com berhasil mencatat kenaikan penjualan 4,5 kali lipat lebih tinggi dibanding 2017. Jika dibandingkan tahun 2016 kenaikannya mencapai tiga kali lipat.
Jam tangan adalah salah satu produk yang paling laris terjual di Jakmall.com. Sementara charger ponsel dan earphone berada di urutan kedua dan ketiga. Untuk melanjutkan kesuksesan di 2018, Jakmall.com akan memulai 2019 dengan campaign #MurahnyaJuara.
(mim)