Tiga Tantangan Terberat Industri FMCG Indonesia di Tahun 2019

Minggu, 03 Februari 2019 - 11:13 WIB
Tiga Tantangan Terberat...
Tiga Tantangan Terberat Industri FMCG Indonesia di Tahun 2019
A A A
JAKARTA - Industri e-commerce atau perdagangan online di Indonesia membuka kesempatan ekonomi dan peluang baru bagi berbagai sektor bisnis. Data McKinsey memperkirakan bahwa pada tahun 2022, nilai pasar e-commerce di Indonesia akan mencapai 65 miliar dollar AS (sekitar 948 triliun rupiah). Kemajuan industri ini telah memungkinkan bisnis Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) untuk menjangkau pembeli dari semua daerah Indonesia dalam platform digital, tanpa dihambat oleh faktor jarak dan waktu.

Memasuki tahun 2019, SIRCLO, sebuah layanan penyedia solusi e-commerce, memaparkan beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh pelaku bisnis FMCG dalam era digital ini. SIRCLO sendiri menjalankan lini usaha bernama SIRCLO Commerce, sebuah channel management solution (CMS) yang membantu brand untuk berjualan di berbagai kanal marketplace. SIRCLO Commerce sendiri sudah melayani sejumlah klien ternama dari industri FMCG seperti KAO, Arnotts, dan Quaker Oats.

SIRCLO melakukan penelitian dan menggali insight dari klien FMCG yang dimiliki, dan menyimpulkan setidaknya tiga tantangan utama yang dapat menghambat laju usaha FMCG jika tidak dikelola dengan baik.

Pertama, bisnis FMCG kesulitan untuk membangun keterampilan baru karena keterbatasan sumber daya manusia dan finansial. Misalnya, ketika usaha ritel hendak beralih ke kanal penjualan secara digital, maka dibutuhkan karyawan yang memahami infrastruktur informatika dan teknologi. Padahal, tidak semua pelaku usaha memiliki modal dan pembiayaan untuk melakukan perekrutan secara permanen.

Tantangan inilah yang membuat Brian Marshal mencetuskan ide untuk mendirikan SIRCLO Commerce. “Kami ingin membantu para pelaku usaha FMCG untuk memanfaatkan sistem yang efisien dan lebih terjangkau. Dengan begitu, mereka dapat menekan biaya operasional dan mendorong pertumbuhan transaksi,” ungkap Brian, founder dan CEO SIRCLO dalam keterangan persnya di Jakarta (3/1/2019).

Kedua, dengan kehadiran banyaknya kanal penjualan online, mulai dari website sendiri hingga platform marketplace, banyak brand yang kewalahan dalam menjalankan hal-hal administratif. Penjual harus selalu siap sedia untuk membalas pesan satu per satu, menjawab komplain, atau mengecek stok secara manual. Pekerjaan repetitif ini menjadi beban yang mengonsumsi banyak waktu karyawan.

Untuk membantu brand menangani tantangan tersebut, Brian memperlebar layanan yang ditawarkan oleh SIRCLO Commerce. “Banyak pelaku usaha FMCG yang kewalahan menghadapi pesanan, pertanyaan pembeli, sampai manajemen stok. Karena itu, kini SIRCLO Commerce turut membantu mereka dalam menangani hal-hal operasional penjualan, seperti manajemen gudang, pengelolaan pemesanan, hingga pengiriman barang sampai ke tempat tujuan,” kata Brian.

Dengan begitu, pelaku usaha dan karyawan inti perusahaan dapat berfokus untuk melakukan keahlian mereka, yaitu inovasi produk. Sistem otomatis dari SIRCLO sangat menghemat waktu dan tenaga, agar kegiatan operasional dapat berjalan dengan lebih lancar dan efisien.

Layanan komprehensif dan terintegrasi yang disediakan oleh SIRCLO menjadi populer di kalangan pelaku bisnis FMCG yang hendak berkiprah di industri e-commerce.

“Ketika Reckitt-Benckiser memutuskan untuk terjun di industri e-commerce, kami mencari partner bisnis yang memiliki pengalaman dan dapat membantu kami dalam pengoperasiannya. Saya senang bisa bekerja sama dengan SIRCLO Commerce, karena mereka sangat fokus, memahami daya jual produk dan brand, serta responsif,” kata Rudy Adrian, Head of e-Commerce dari Reckitt Benckiser Indonesia.

Ketiga, tanpa kompilasi data tentang konsumen, bisnis FMCG tidak bisa memaksimalkan strategi penjualan di berbagai platform digital. Dengan portofolio klien dari berbagai sektor, SIRCLO memiliki kekuatan insight yang dapat dimanfaatkan untuk strategi pemasaran dan komunikasi. Misalnya, pada periode Agustus 2018-Januari 2019, sepuluh produk paling laris dalam SIRCLO Commerce adalah di kategori kosmetik dan kecantikan; makanan dan minuman; serta perlengkapan rumah. Laporan SIRCLO juga mengungkapkan bahwa pembelian online paling banyak dilakukan di hari Sabtu (23%) dan Minggu (25%).

Dengan mengakses data-data seperti ini, maka bisnis FMCG bisa membuat kampanye atau promosi yang sesuai. Misalnya, dengan menawarkan diskon atau cashback pada akhir pekan, sehingga orang akan semakin tertarik untuk membeli. Data dan fakta ini menjadi kunci penting agar bisnis FMCG dapat memahami preferensi konsumen dan selalu memberikan tawaran yang sesuai. Penjual juga bisa memprediksi saat yang tepat untuk melakukan pengisian stok barang dan variasi produk yang ingin ditawarkan.

King Hartono Hamidjaja, Country Director dari Stanley Black & Decker (SBD) Indonesia, memberikan apresiasi terhadap inovasi SIRCLO yang telah membantu penjualan brand di jalur e-commerce. “Ketika platform e-commerce masih menjadi hal baru bagi SBD, kami membutuhkan mitra yang memiliki pengalaman di bidang e-commerce. Sejauh ini, kami puas bekerja sama dengan SIRCLO, karena mereka selalu memahami kebutuhan dan pendapat kami. Di saat yang sama, SIRCLO Commerce juga ahli dalam meluncurkan produk di saat yang tepat, untuk sasaran tujuan pelanggan yang tepat pula.”

Di tahun 2019, Brian optimis bahwa lini bisnis SIRCLO akan terus berkembang sesuai permintaan pasar. “Saat ini, SIRCLO telah memiliki layanan yang komprehensif, mulai dari manajemen stok, editing foto produk, strategi pemasaran, pengelolaan pesanan, sampai laporan bulanan dan data transaksi per bulan. Kami berharap, layanan ini dapat membantu para pelaku usaha FMCG untuk mengembangkan brand-nya secara maksimal melalui penjualan e-commerce. Dengan besarnya potensi penjualan online di Indonesia, kami berharap SIRCLO menjadi pusat pengelolaan e-commerce yang paling terpercaya dan berkontribusi dalam memajukan ekonomi digital Indonesia,” kata Brian.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7541 seconds (0.1#10.140)