Bhinneka.com, Pelopor Platform Belanja Online bagi Perusahaan

Minggu, 13 Januari 2019 - 11:51 WIB
Bhinneka.com, Pelopor Platform Belanja Online bagi Perusahaan
Bhinneka.com, Pelopor Platform Belanja Online bagi Perusahaan
A A A
Belanja online (daring) dalam lima tahun terakhir kian menjadi tren. Namun, jauh sebelumnya, Hendrik Tio yang mendirikan Bhinneka.com sejatinya sudah lebih dulu membuat platform daring, bahkan untuk semua segmentasi pelanggan yaitu konsumen (B2C), perusahaan (B2B), dan pemerintah (B2G).Segmen yang sekaligus unit bisnis tersebut membuat Bhinneka jadi pelopor plat-form yang melayani belanja daring untuk perusahaan.

Bagaimana cerita Hendrik merintis Bhinneka hingga mampu bertahan selama 25 tahun? Bagaimana pula transformasi bisnisnya serta cara Hendrik yang tak pantang menyerah melewati berbagai masalah ekonomi di Indonesia? Simak penuturan Hendrik kepada KORAN SINDO berikut ini.

Bagaimana Anda memulai Bhinneka dan apa unit usaha pertamanya?

Saya besar di Medan, kemudian pada 1991 pindah ke Jakarta. Saat itu usia saya 30 tahun. Di Jakarta, saya bekerja di perusahaan milik Singapura yang bergerak di bidang teknologi informasi (TI). Namun, tidak lama mereka memutuskan untuk tak lagi melanjutkan usaha dan kem bali ke negaranya.

Saya bersama lima orang rekan satu kantor membuat Bhinneka. Sebab, kami sudah punya pengalaman di bidang TI, jadi dirasa cukup. Belum masuk ke e-commerce, jadi masih offline sehingga kami tetap harus punya ciri khas. Akhirnya kami menjadi distributor untuk produk berupa digital printing.

Jadi pada saat itu yang kami tahu bahwa usaha kami merupakan market yang memecahkan masalah dan mempunyai perbedaan dari komputer atau teknologi lain. Ini kami yakini memiliki peluang yang besar. Terbukti unit usaha digital printing masih bertahan hingga saat ini.

Sejak 1993 memulai bisnis digital printing dan kami merasakan ini perusahaan IT tapi tidak bermain komputer, sangatlah aneh. Akhirnya pada 1995 kami mulai berbisnis di bidang kom puter. Bhinneka mulai melirik Amerika Serikat juga Taiwan untuk mengimpor beberapa produk IT.

Pada 1998 ekonomi sedang krisis, usaha saya jungkir balik. Namun, setahun kemudian mulai bangkit lagi. Bukan cuma bangkit, tapi kembali memikirkan bisnis lain. Indonesia mulai mengenal internet, sementara di dunia sudah terdengar mulai ada. Saya bisa melihat ini sebagai peluang sehingga kami perlu masuk segera.

Jadi, dunia e-commerceAnda masuki di tahun 1999. Seperti apa persiapannya dan apa yang Anda lihat dari pasar e-commercesaat itu?

Saya dan teman-teman belajar mengenai internet lalu dengan modal nekat berbisnis IT, walaupun infra struktur Indonesia masih sangat sederhana. Tahun 1999 saya sudah melihat bahwa gaya belanja masyarakat akan berubah sehingga saya paham inilah ke sempatan satu-satunya dalam hidup. Kalau kita tidak masuk sekarang, kita akan tertinggal.

Saya meyakini sekarang kalau dulu saya masuk di waktu yang tepat. Mung kin dulu teman-teman saya di toko-toko elektronik seperti di Mangga Dua itu tidak mengetahui. Tidak melihat peluang ini, mereka tetap jualan biasa. Awal mula itulah yang membuat Bhinneka terus tumbuh.

Apa tantangan ketika memulai bisnis onlinesaat internet belum banyak dipakai masyarakat?


Tantangan yang paling utama adalah kepercayaan karena orang tidak percaya begitu saja berbelanja online . Begitu juga dengan bank-bank yang tidak ingin mem berikan pinjaman kepada kami. Mereka belum sepenuhnya percaya.

Pada 2002-2005 banyak terjadi kredit macet, itu membuat pelanggan tidak percaya. Memang untuk membuat pelanggan online percaya sangatlah lama. Maka itu, Bhinneka membuat toko offline pada 2001. Salah satu tujuannya agar membuat orang percaya, minimal percaya bahwa ini ada fisik tokonya.

Bagaimana perkembangan Bhinneka saat ini?

Lima tahun terakhir pertumbuhan Bhinneka dapat dua digit. Itu merupakan pencapaian yang cukup baik, jadi ratarata 30-40%. Orang melihat perkembangan tersebut sangat fantastis karena tidak mudah menggapai pertumbuhan sebesar itu. Bhinneka bermain di semua sektor: customer , bisnis, dan peme rintah.

Kami satu-satunya yang bermain di semua segmen. Memang yang paling besar saat ini B2B karena peluangnya sangat besar. Pemain di segmen ini belum banyak, jadi kita merasa perlu duluan untuk ambil bagian.

Bagaimana tren belanja online B2B atau bagi perusahaan?

Sekarang yang sedang terjadi sama seperti saat B2C di awal kehadirannya. Dulu orang bertanya-tanya, mengapa harus belanja online ? Tapi, sekarang berbelanja online seperti sebuah hal yang biasa.

Saat ini B2B masih seperti itu. Orang masih merasakan hal aneh karena mana bisa perusahaan berbelanja online? Bagaimana caranya? Semua bertanyatanya sehingga kini masih dalam tahap edukasi. Kalau edukasinya sudah selesai, pasti akan meningkat penjualannya.

Bagaimana cara meyakinkan bisnis e-commerce untuk segmen B2B?


Kami mengedukasi langsung perusahaan. Memang berbeda dengan promosi B2C. Kalau ke pelanggan langsung, promosi dapat dilakukan menggunakan iklan di TV. Promosi juga dapat dilakukan di mana pun.

Tapi kalau untuk perusahaan, tidak bisa seperti itu sehingga hubungan menjadi sangat penting. Itu perbedaannya, harus edukasi karena sistemnya sendiri berbeda. Biasanya kami datang langsung, kami jelaskan fitur-fitur di Bhinneka, apa kelebihan yang bisa didapatkan oleh perusahaan.

Bagaimana Anda melihat perdagangan onlinesaat ini?


Besar sekali. Indonesia menjadi sebuah potensi dan peluang yang luar biasa. E-commerce ini membantu masyarakat untuk mempunyai pendapatan. Banyak orang yang jualan online, walaupun mereka hanya menjadi reseller, beli barang dari orang lalu dijual kembali.

Internet memang sudah memberikan peluang bagi banyak orang. Membuat masyarakat Indonesia mempunyai sektor informal untuk mendapatkan penghasilan. Jadi, saya kira sangat positif sekaligus menjadikan acuan bagi pemerintah untuk membantu masyarakat dengan cara memperbaiki infrastruktur dari internet itu sendiri.

Perdagangan onlinedekat kaitannya dengan marketplaceyang kini sangat banyak dan saling bersaing. Bagaimana Anda melihat hal ini?


Itu terjadi di negara manapun bukan hanya di Indonesia. Jadi bagi kami itu tidak mengherankan. Sekarang masalahnya adalah bagaimana kita sebagai pemain bertarung di dalam era saat ini. Apa kah kita akan bertarung dengan mereka atau memang lebih baik menjadi kawan? Kalau kami lebih memilih menjadi kawan.

Karena tentu pemain dengan modal yang tidak banyak seperti kami tidak dapat bersaing. Hal tersebut menjadi bagian dari strategi karena kami paham kami tidak bisa bersaing sebab dari segi modal pun banyak yang lebih besar dan melakukan promosi gencar.

Bisnis di e-commerce tidak ada pelanggan yang benar-benar loyal sehingga siapa pun bisa berpindah dari marketplace satu ke yang lain. Mereka yang sering memberi promo kredit murah atau yang menggiurkan pelanggan dengan promo dan diskon adalah yang mendapat tempat di hati pelanggan.

Apakah Anda mengadopsi cara berpromosi marketplacebaru tersebut seperti dengan memberikan diskon besar-besaran dan promosi lain?

Tidak, karena kami tahu diri kalau mau memberikan diskon atau keistimewaan lain tentu harus punya kantong yang tebal. Jadi, kami merasa tidak dapat bersaing dengan mereka dan kami punya cara sendiri untuk bersaing. Kami masuk ke dalam market yang tidak banyak dimasuki oleh pelaku lain sehingga kami dapat diandalkan di segmen B2B.

Untuk B2B tidak seperti itu, yang cepat pindah dari satu toko ke toko lain. Belum tentu satu perusahaan setelah berbelanja di sebuah toko lalu akan mencari di tempat lain karena mereka belum tentu menjadi rekanan. Sebab, kalau ingin menjadi rekanan atau mitra harus memiliki kualifikasi karena perusahaan akan melihat apakah ini vendor baik atau tidak.

Bagaimana dengan segmentasi B2C di Bhinneka dan persaingan dengan marketplace besar walaupun pemain baru?


Masih berjalan pastinya. Untuk segmen ini kami fokus untuk meningkatkan penjualan. Kami terus memperluas channel dengan masuk ke dalam plat form marketplace.

Jadi Anda ikut gabung dengan marketplace, padahal Bhinneka sendiri adalah mar ketplace?

Ya. Itu kan channel seperti buka toko di banyak mal semakin bagus. Masa buka toko hanya di satu mal? Intinya daripada kami bersaing lebih baik berkolaborasi. Marketplace ter sebut juga terangkat citranya karena memiliki toko online tepercaya seperti kami. Jadi saling menguntungkan.

Untuk masuk ke marketplace, Bhinneka bekerja sama dengan brand misalnya merek laptop Acer. Mereka tidak perlu mengurusi pengiriman barang. Serahkan saja pada kami. Jualannya bisa di platform kami atau masuk ke dalam marketplace besar saat ini.

Pernah terbayang ti dak kalau usaha digital printingyang dulu Anda rintis masih ada hingga 25 tahun, bahkan melebarkan sayap menjadi sebuah platform e-commerce?


Terkadang saya tidak percaya kok bisa mengalami perubahan drastis. Untuk pen dapatan juga, kalau dulu berpikir bisa tidak ya sebulan pendapatannya Rp1 miliar.? Kalau sekarang malah sebulan mencapai segitu.
Apa kiat sukses Anda? Komitmen, optimis, dan terus berinovasi semoga tercipta peluang baru. Konsisten merupakan stamina sehingga para entrepreneur melakukan usaha terus-menerus. Tidak mudah putus asa saat menghadapi tantangan, terus mencoba lagi.
Karena saya pernah mengalami krisis moneter pada 1998, itu menjadi titik terendah. Terbayang kalau saya menyerah, Bhinneka hanya tinggal nama. Kejadian itu membuat saya kuat sehingga kalau terjadi pergolakan ekonomi sudah biasa, semua dapat dilewati karena saya pernah lebih sulit.

Krisis moneter membuat saya kuat dan optimis menjalani waktu demi waktu. Banyak yang bilang tahun 2008 masa tersulit, tapi bagi saya tidak. Tahun 2019 juga tahun panas perpolitikan. Saya merasa tidak sama sekali. Saya sangat optimis Bhinneka dapat tampil lebih baik.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1650 seconds (0.1#10.140)