Kiprah Eric Schmidt di Massachusetts Institute of Technology

Selasa, 11 Desember 2018 - 13:16 WIB
Kiprah Eric Schmidt di Massachusetts Institute of Technology
Kiprah Eric Schmidt di Massachusetts Institute of Technology
A A A
SEJAK tidak lagi menjadi Chairman Alphabet, Eric Schmidt tetap berupaya untuk sibuk. Sebagian besar kesibukannya adalah mengisi berbagai seminar, membagikan ilmunya memimpin raksasa internet dunia, Google, selama satu dekade kepada masyarakat umum.

Dengan kekayaan mencapai USD13,2 miliar, Schmidt mungkin menjadi satu-satunya orang yang bukan pendiri perusahaan yang menjadi sangat kaya. Kekayaannya itu didapatkannya dari kepemilikan saham Google saat menjabat sebagai CEO.

Di tangan Schmidt, Google meroket menjadi raksasa internet terbesar di dunia. Karena itu, Schmidt dianggap sangat layak mendapatkan kekayaannya itu. Belum lama ini dia bergabung di Massachusetts Institute of Technology, membantu mengembangkan kecerdasan buatan manusia dan mesin. Dia juga menjabat penasihat MIT Intelligence Quest yang melakukan riset terhadap kecerdasan manusia.

Schmidt melakukan hal tersebut bersama istrinya, Wendy Schmidt, dan lewat yayasan yang dikelola bersama. “Filantropi adalah tentang energi dan kecepatan. Kami berupaya membuat program dan mengumpulkan orang-orang yang melakukan riset selama bertahuntahun terhadap sains,” beber Schmidt.

Schmidt juga memberikan banyak masukan kepada para founders startup. Saran yang paling sering dia berikan adalah soal keberagaman. “Terlalu sering kita berinvestasi pada orang yang sudah dikenal,” ungkap Schmidt. Dia sendiri sangat mendorong keberagaman dan inklusi. “Perusahaan harus terbuka untuk membawa orang-orang dari negara dan latar belakang lain,” ujarnya.

Dia mengatakan bahwa kewirausahaan tidak akan berkembang jika orang-orang pergi ke satu institusi dan hanya mempekerjakan orang-orang itu saja. Schmidt juga menyoroti ketidakseimbangan gender dalam industri teknologi.

Dia optimistis tentang representasi perempuan dalam teknologi yang meningkat, memprediksi bahwa ketidakseimbangan gender teknologi akan lenyap dalam satu generasi. Schmidt juga menyoroti bagaimana teknologi kurang digunakan untuk mengatasi masalah sosial.

“Kita tidak membangun platform teknologi terbaik untuk mengatasi tantangan sosial yang besar karena tidak menguntungkan. Ada 1 juta aplikasi e-commerce , tetapi tidak cukup platform khusus untuk berbagi dan menganalisis data dengan aman pada tunawisma, perubahan iklim, atau pengungsi,” katanya.

Jago Akademisi Bersinar di Profesional

Eric Schmidt lahir di Washington pada 27 April 1955. Keluarganya akademisi. Ibunya adalah sarjana psikologi, sedangkan ayahnya, Wilson Schmidt, profesor di bidang ekonomi. Schmidt dari lahir pun sudah tumbuh menjadi anak cerdas.

Lulus dari Yorktown Highschool, dia melanjutkan kuliah di Princenton University, lalu mengambil S-2 dan S-3 di University of California, Berkley. Setelah S-3, dia baru masuk ke dunia profesional. Berbagai perusahaan dia masuki, mulai Bell Labs, Zilog, hingga Xerox. Pada 1997, dia ditun juk menjadi CEO perusahaan teknologi Novell.

Pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin, terkesan dengan kemampuan Schmidt. Dia pun diajak bergabung menjadi Board of Directors Google pada Maret 2001, sebelum kemudian ditunjuk menjadi CEO pada Agustus 2001. Di bawah kepemimpinannya, Google meroket.

Schmidt dinilai sukses menembangkan berbagai layanan Google yang menjadi sumber pemasukan terbesar perusahaan, antara lain AdSense. Pendapatan terbesar Google sempat berasal dari situ. Lalu, dia juga memimpin akuisisi YouTube pada 2006 senilai USD1,65 miliar. Pendiri Google, Larry Page, merasa siap menjadi CEO pada 2011 dan mengambil alih kepemimpinan.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.3075 seconds (0.1#10.140)