Pemerintah Berpartisipasi Sebarkan Manfaat Teknologi

Minggu, 21 Oktober 2018 - 10:19 WIB
Pemerintah Berpartisipasi...
Pemerintah Berpartisipasi Sebarkan Manfaat Teknologi
A A A
Pada pertemuannya dengan Melinda Gates, istri pendiri Microsoft Bill Gates, di diskusi acara tahunan IMF dan Worldbank lalu, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani disrupsi teknologi harus dipandang sebagai peluang dan bukan ancaman.

Bahkan mereka sepakat membentuk sebuah komisi yang disebut Komisi Pathways, bertujuan untuk menyebarluaskan manfaat positif dari teknologi.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara mengatakan Kementrian Kominfo sebagai fasilitator untuk pengembangan ekonomi digital.

Pemerintah bertindak sebagai match maker, tentu bukan hanya pemerintah, tetapi juga dengan ekosistem dengan orangorang di dalamnya, misalnya bersama dengan pendiri startup itu sendiri.

"Kami memiliki ribuan startup yang telah melalui proses inkubasi dan akse lerasi.
Target kami di tahun depan, setidaknya kami sudah memiliki 5 unicorn,” kata Rudiantara.

Retno Sumekar, Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi, Kementrian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) mengatakan, mau tidak mau, suka tidak suka Indonesia sudah memasuki revolusi industri 4.0.

Sehingga inovasi jadi utama, sebab jika tanpa inovasi, sumber daya di Indonesia tidak ada artinya. "Peneliti juga sekarang tidak bisa bekerja sendiri. Misalnya peneliti pertanian harus bekerjasama dengan programmer atau ahli IT," ujar Retno.

Kemenristek Dikti terus melakukan pendanaan setiap tahunnya bagi startupdibidang manapun. Untuk 2018 terpilih 956 start up dan 30% nya sektor digital. "Kami lebih ke plat-form saja ada saja inovasi baru yang membuat kagum.

Misalnya ahli IT kerjasama dengan dokter. Bagaimana mendeteksi orang kolesterol tinggi hanya dari sinar mata," ujarnya. Achmad Zaky founder dan CEO Bukalapak senang dengan adanya disrupsi teknologi.

Market place yang dibangunnya 8 tahun silam bukan lagi hanya sekadar perusahaan e-com mer ceyang konon menganggu pedagang konvensional. Namun, Zaky menjelaskan Buka lapak kini menjadi sebuah perusahaan pemberdayaan. Teknologi akan membawa kebaikan untuk se mua sehingga ekonomi Indonesia bisa merata termasuk usaha kecil.

"Kami kini sudah punya mitra dulu disebut agen. Sebanyak 300 ribu warung dari satu juta mitra kami selama satu setengah tahun terakhir," ujarnya saat ditemui usai menjadi pembicara dalam seminar dengan tema Disruptive Technology and Inclusive Development, What works? dalam Annual Meeting Internasional Monetary Fund (IMF)-World Bank 2018, di Nusa Dua, Bali Rabu (10/10) lalu.

Zaky menjelaskan, jika masih banyak UKM yang tidak bisa dipasarkan melalui e-com merce. Padahal bisnis kecil perlu di bantu seperti warung rumahan atau penjual makanan gerobak. Bukalapak Mitra memiliki warung yang menjual kebutuhan sehari-hari.

Mitra bisa mendapatkan produk lebih murah karena Bukalapak sudah bekerjasama dengan perusahaan produsen produk sebut saja Unilever, Danone, Nestle dan sebagainya. Mereka juga sudah memiliki supply chain dari pihak ketiga serta 25 ware house.

Pendistribusian satu jalur ini menjadi lebih efektif serta efisien, warung juga mendapat harga baik juga keuntungan yang lebih. Bukalapak akan menambah produk lain untuk kemitraan ini juga membantu permodalan.

Zaky terus berpikir bagaimana inovasi untuk makanan kecil seperti donat dan gorengan produksinya dibuat lebih modern lalu didistribusikan ke warung-warung. Menjadi mitra di Bukalapak menggunakan aplikasi sendiri yang mirip dengan market place.

Sudah banyak fitur seperti pembayaran menggunakan digital, bisa membeli kulakan, membantu akses permodalan, dapat point of sells. Aplikasi mitra juga bisa menginventori manajemen agara warung kecil memiliki sistem.

"Kami ingin membuat warung berbeda, jumlahnya banyak dan saling bersaing tetapi sayang tidak ada yang membuat mereka modern," ucap Zaky.

Ferid Belhaj, Wakil Presiden World Bank wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara mengatakan, teknologi membantu pengungsi, bantu anak-anak untuk mendapat pendidikan teknologi, membantu manusia saat mengalami konflik, agar mereka bertahan hidup dengan cara sa ling terhubung.

Menurut nya, inilah revolusi industri keempat yang berbasis luas juga berdampak lebih banyak. Revolusi industri kali ini berbeda dengan sebelumnya. "World Bank sudah 14 tahun menyetujui 1300 proyek untuk meningkatkan bidang teknologi.
Kami juga menjadi penasehat terbaik juga berusaha bekerja sama dengan swasta agar mereka lebih berkompetisi. Kami juga sudah mendukung riset di universitas untuk memajukan teknologi," ungkapnya.

Dalam laporan Organisasi Buruh Internasional (ILO) dalam laporan Global Employement Trends For Youth angkatan kerja menyusut 35 juta orang porsi generasi muda turun dari 21,7 persen ke 15,5 persen.

Director ILO Regional Office Asia Pasific Graeme Buckley menyebut, tantangannya bagaimana tenaga kerja yang menjadi bagian dari gig economy tidak mendapat jaminan sosial.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1014 seconds (0.1#10.140)