Memforsir Kemampuan Galaxy Note 9
A
A
A
Segudang fitur yang ditawarkan ponsel premium akan benar-benar berguna jika tahu cara menggunakannya. Sehingga ponsel bisa benar-benar memberi dampak dalam keseharian.
Hal itu yang saya rasakan saat mengikuti Samsung Galaxy Note9 | Galaxy Watch: The Powerful Generation Media Workshop pada 1-3 Oktober 2018 silam. Note9 memang punya segudang fitur canggih.
Mulai kamera, S-Pen, baterai hingga memori internal. Seharusnya, fitur-fitur tersebut juga semakin dahsyat ketika dikombinasikan dengan Galaxy Watch. Pertanyaannya, apakah semua fitur yang ditawarkan memang dibutuhkan dan terpakai?
Pemateri workshop Kay Moreno, yang seorang fotografer, membantu saya untuk menjawabnya. Pertama-tama, Kay mengajak saya dan peserta workshop untuk mendalami proses membuat video pendek.
Dimulai dari menyusun skenario, membuat storyboard, syuting, hingga editing semuanya menurut Kay dapat dilakukan dengan mudah lewat Note9.
Kay bercerita bahwa mulanya sebelum mengerjakan sebuah project adalah brainstorming dengan timnya. Foto, gambar, dan berbagai cuplikan ide di ponselnya dapat langsung di diskusikan bareng tim lewat Samsung DeX.
Hanya perlu menghubungkan Note9 ke layar monitor lewat kabel HDMI, maka pengguna mendapat tampilan PC berbasis Android. Saya melihat fitur ini memang praktis. Terutama bagi eksekutif yang sering melakukan presentasi. Tentu akan berguna sekali karena tidak perlu repot membawabawa laptop.
Sedari awal, pengguna Note memang banyak bekerja di ponsel. Tapi, lewat Note9 ini Samsung ingin meluaskan pasar. Bahwa Note tidak melulu untuk bekerja, untuk eksekutif saja.
Tapi, sangat bisa bersenang-senang, bermain game, juga membuat konten multimedia seperti video. Setelah konsep dimufakati, selanjutnya storyboard.
Lagilagi mudah sekali di-tackle dengan S-Pen. Storyboard penting untuk merencanakan adegan apa saja yang perlu di syut. Corat-coret di layar Note9 punya sensasi hampir sama dengan di kertas biasa. Lalu, bagaimana dengan kameranya? Kay memberikan cukup banyak tips untuk mengoptimalkan kamera Note9.
Terutama untuk memotret dan mengambil video di kondisi pencahayaan rendah juga mengabadikan video Super Slow Motion hingga 960 frame per detik. Kay menggunakan mode Pro, dengan mengatur ISO 100, shutter, bukaan F1.5 serta white balance demi mendapatkan gambar yang dikehendaki.
Ternyata memang hasilnya bisa beda sekali. Dengan pengaturan yang pas, foto matahari terbenam di kolam renang tetap tajam dan sangat dramatis. Terkait super slow motion, Kay memberi tips untuk kreatif menggunakan obyek. Mulai dari buah kelapa yang jatuh ke pinggir kolam, hingga model yang membuat cipratan air.
Ya saya membayangkan bagaimana kamera Note9 ini bisa mengabadikan keceriaan liburan, membuat momenmomen yang direkam jadi lebih berkesan.
Tentu saja baterai yang besar (4.000 mAh) dan memori internal luas (128 GB dan 512 GB) juga sangat berpengaruh ketika mengabadikan momen liburan.
Merekam video ataupun memotret terus menerus tentu akan menghabiskan baterai. Untungnya, baterai Note9 masih bisa bertahan seharian dengan konsumsi konten yang masif.
Adapun memori besar juga penting karena file video memiliki ukuran yang sangat masif. Jadi, tidak perlu khawatir membuat konten seharian karena memori yang tersedia juga luas.
Memforsir kemampuan Galaxy Note9 memang secara tidak langsung menyadarkan betapa banyak fitur-fitur yang luput dari perhatian atau belum digunakan secara maksimal.
Fitur yang akan sangat berguna, bahkan bisa jadi alasan utama mengapa pengguna menebus ponsel dengan harga yang premium ini. Sebagai ponsel premium, sangat sulit untuk mencari kekurangan Note9, yang memikirkan hal-hal terkecil misalnya ketika ponsel aman tersiram air berkat IP68.
Meski demikian, saya masih belum bisa merasakan manfaat nyata dari Galaxy Watch. Galaxy Watch baru Samsung ini sudah memiliki semua fitur yang pas bagi perangkat wearable untuk bisa relevan bagi konsumen. Tampilannya sangat stylish dan premium, tidak bisa dibedakan dari jam biasa.
Strap-nya punya banyak pilihan yang bisa disesuaikan dengan kepribadian. Fitur-fiturnya juga bertambah. Sudah bisa jadi teman mereka yang berolahraga aktif.
Seperti berlari, bersepeda, atau fitnes. Ada 39 latihan yang bisa dimonitor. Termasuk juta tidur dan istirahat. Kemudian, baterai Galaxy Watch yang dibanderol Rp4.449.000 untuk warna Silver (46mm) dan Midnight Black dan Rose Gold (42mm) dengan harga Rp4.299.000 juga lebih tahan lama (80 jam) karena penggunaan Bluetooth Low Energy (BLE).
Bisa jadi karena saya yang tidak ingin terlalu ribet dengan banyak gadget. Bisa jadi juga mungkin saya bukan orang yang sangat bugar dan merasa perlu untuk memantau kondisi tubuhnya dengan konstan.
Bukan juga orang yang sangat aktif sehingga tidak sempat melihat ponsel dan merasa lebih nyaman membaca notifikasi lewat arloji. Yang jelas, kombinasi Note9 dan Galaxy Watch memiliki segmen pengguna yang jelas dan spesifik.
Mereka yang sukses, yang bekerja aktif di ponsel, gemar hiburan, juga sangat peduli dengan kebugaran.
Hal itu yang saya rasakan saat mengikuti Samsung Galaxy Note9 | Galaxy Watch: The Powerful Generation Media Workshop pada 1-3 Oktober 2018 silam. Note9 memang punya segudang fitur canggih.
Mulai kamera, S-Pen, baterai hingga memori internal. Seharusnya, fitur-fitur tersebut juga semakin dahsyat ketika dikombinasikan dengan Galaxy Watch. Pertanyaannya, apakah semua fitur yang ditawarkan memang dibutuhkan dan terpakai?
Pemateri workshop Kay Moreno, yang seorang fotografer, membantu saya untuk menjawabnya. Pertama-tama, Kay mengajak saya dan peserta workshop untuk mendalami proses membuat video pendek.
Dimulai dari menyusun skenario, membuat storyboard, syuting, hingga editing semuanya menurut Kay dapat dilakukan dengan mudah lewat Note9.
Kay bercerita bahwa mulanya sebelum mengerjakan sebuah project adalah brainstorming dengan timnya. Foto, gambar, dan berbagai cuplikan ide di ponselnya dapat langsung di diskusikan bareng tim lewat Samsung DeX.
Hanya perlu menghubungkan Note9 ke layar monitor lewat kabel HDMI, maka pengguna mendapat tampilan PC berbasis Android. Saya melihat fitur ini memang praktis. Terutama bagi eksekutif yang sering melakukan presentasi. Tentu akan berguna sekali karena tidak perlu repot membawabawa laptop.
Sedari awal, pengguna Note memang banyak bekerja di ponsel. Tapi, lewat Note9 ini Samsung ingin meluaskan pasar. Bahwa Note tidak melulu untuk bekerja, untuk eksekutif saja.
Tapi, sangat bisa bersenang-senang, bermain game, juga membuat konten multimedia seperti video. Setelah konsep dimufakati, selanjutnya storyboard.
Lagilagi mudah sekali di-tackle dengan S-Pen. Storyboard penting untuk merencanakan adegan apa saja yang perlu di syut. Corat-coret di layar Note9 punya sensasi hampir sama dengan di kertas biasa. Lalu, bagaimana dengan kameranya? Kay memberikan cukup banyak tips untuk mengoptimalkan kamera Note9.
Terutama untuk memotret dan mengambil video di kondisi pencahayaan rendah juga mengabadikan video Super Slow Motion hingga 960 frame per detik. Kay menggunakan mode Pro, dengan mengatur ISO 100, shutter, bukaan F1.5 serta white balance demi mendapatkan gambar yang dikehendaki.
Ternyata memang hasilnya bisa beda sekali. Dengan pengaturan yang pas, foto matahari terbenam di kolam renang tetap tajam dan sangat dramatis. Terkait super slow motion, Kay memberi tips untuk kreatif menggunakan obyek. Mulai dari buah kelapa yang jatuh ke pinggir kolam, hingga model yang membuat cipratan air.
Ya saya membayangkan bagaimana kamera Note9 ini bisa mengabadikan keceriaan liburan, membuat momenmomen yang direkam jadi lebih berkesan.
Tentu saja baterai yang besar (4.000 mAh) dan memori internal luas (128 GB dan 512 GB) juga sangat berpengaruh ketika mengabadikan momen liburan.
Merekam video ataupun memotret terus menerus tentu akan menghabiskan baterai. Untungnya, baterai Note9 masih bisa bertahan seharian dengan konsumsi konten yang masif.
Adapun memori besar juga penting karena file video memiliki ukuran yang sangat masif. Jadi, tidak perlu khawatir membuat konten seharian karena memori yang tersedia juga luas.
Memforsir kemampuan Galaxy Note9 memang secara tidak langsung menyadarkan betapa banyak fitur-fitur yang luput dari perhatian atau belum digunakan secara maksimal.
Fitur yang akan sangat berguna, bahkan bisa jadi alasan utama mengapa pengguna menebus ponsel dengan harga yang premium ini. Sebagai ponsel premium, sangat sulit untuk mencari kekurangan Note9, yang memikirkan hal-hal terkecil misalnya ketika ponsel aman tersiram air berkat IP68.
Meski demikian, saya masih belum bisa merasakan manfaat nyata dari Galaxy Watch. Galaxy Watch baru Samsung ini sudah memiliki semua fitur yang pas bagi perangkat wearable untuk bisa relevan bagi konsumen. Tampilannya sangat stylish dan premium, tidak bisa dibedakan dari jam biasa.
Strap-nya punya banyak pilihan yang bisa disesuaikan dengan kepribadian. Fitur-fiturnya juga bertambah. Sudah bisa jadi teman mereka yang berolahraga aktif.
Seperti berlari, bersepeda, atau fitnes. Ada 39 latihan yang bisa dimonitor. Termasuk juta tidur dan istirahat. Kemudian, baterai Galaxy Watch yang dibanderol Rp4.449.000 untuk warna Silver (46mm) dan Midnight Black dan Rose Gold (42mm) dengan harga Rp4.299.000 juga lebih tahan lama (80 jam) karena penggunaan Bluetooth Low Energy (BLE).
Bisa jadi karena saya yang tidak ingin terlalu ribet dengan banyak gadget. Bisa jadi juga mungkin saya bukan orang yang sangat bugar dan merasa perlu untuk memantau kondisi tubuhnya dengan konstan.
Bukan juga orang yang sangat aktif sehingga tidak sempat melihat ponsel dan merasa lebih nyaman membaca notifikasi lewat arloji. Yang jelas, kombinasi Note9 dan Galaxy Watch memiliki segmen pengguna yang jelas dan spesifik.
Mereka yang sukses, yang bekerja aktif di ponsel, gemar hiburan, juga sangat peduli dengan kebugaran.
(don)