John Tu dan David Sun Menguasai Perangkat Memori di Dunia
A
A
A
Bisa dibilang kekayaan John Tu dan David Sun terus bertambah setiap ada satu ponsel terjual. Sebab, mereka memiliki pabrik memori terbesar di dunia lewat perusahaan Kingston Technology Company Inc.
Nama Kingston sebenarnya tidak terlalu asing di Indonesia, terutama bagi mereka yang acap berbelanja elektronik. Kingston dikenal sebagai produsen USB drive , kartu flash, SSD, atau modul DRAM yang punya kualitas sangat baik dengan harga kompetitif.
Padahal, dalam skala global, Kingston jauh lebih besar. Perusahaan berbasis di Fountain Valley, California, tersebut telah mendunia dan dikenal sebagai pembuat produk memori komputer terbesar di dunia.
Produk penyimpanan memori Kingston Technology ada di manamana, mulai pemutar MP3, ponsel, hingga kamera. Perusahaan tersebut memiliki omzet per tahun sebesar USD4 miliar. Bagaimana ceritanya hingga John Tu dan David Sun mendirikan Kingston?
Ceritanya, Tu dan Sun bertemu di California. Di sanalah kemitraan bisnis mereka dimulai dan berkembang. Perjalanan mereka ke Amerika Serikat datang pada waktu yang berbeda dan untuk alasan yang juga berbeda. John Tu lahir di Chonqing, China, pada 1941.
Meskipun dilahirkan sebagai orang Tionghoa, keluarga John Tu pindah dari Tiongkok dan rezim komunis Mao Tse-Tung pada 1949. Keluarganya benar-benar melarikan diri dari perang saudara Tiongkok dan dia dibesarkan di Taiwan.
Dalam wawancara dengan The Telegraph, Tu menggambarkan dirinya sebagai siswa yang bekerja keras sejak kecil. Dia bercerita tidak senang dengan gurunya, sistem sekolah, hingga struktur pendidikan yang kaku. Karena itu, setelah lulus SMA, dia pergi berkuliah di Jerman.
Di sana dia belajar di Technishce Hochschule Darmstadt, mendapatkan gelar di bidang teknik elektro pada 1970. Dari Jerman, Tu pergi ke Amerika Serikat pada 1972. Sebaliknya, David Sun, yang lebih muda juga lahir di Taiwan pada Oktober 1951.
Tetapi, dia berkuliah di Universitas Tatung sebelum memutuskan pindah ke Amerika Serikat pada 1977. Sun menetap di California dan memulai keluarga. Beberapa karakter dan nilai yang membuatnya menjadi pebisnis terlihat juga melalui putranya, Donald.
Donald membeli tur voli profesional, AVP, setelah bekerja di Kingston Technology selama 13 tahun sebagai salah satu eksekutif perusahaan. Donald bercerita, saat kecil, dia bermain bersama sang ayah di teras rumah.
Donald berusia 11 tahun ketika ayahnya memberinya papan, sebuah ohmmeter, dan sebuah layout . Berdampingan, sang ayah sibuk mengutak-atik sirkuit komputer.
Donal diinstruksikan untuk mendengarkan bunyi bip dan membuat tanda centang. Apa yang Donald anggap sebagai permainan sebenarnya adalah proses rekayasa terbalik ayahnya untuk membuat dan membangun papan sirkuit.
Dia tidak menyadari bahwa ayahnya akan menjadi miliarder pemilik produk pabrikan memori terbesar di dunia. Donald bercerita bahwa ayahnya selalu mendorongnya untuk bersikap adil dalam urusan bisnis, menjadi fleksibel, belajar bisnisnya dengan baik, memperlakukan orang dengan baik, dan berusaha melakukan yang terbaik.
Bertahan saat Krisis
John Tu dan David Sun memulai kehidupan wirausaha dari garasi mereka, menjual modul memori komputer. Mereka mendirikan Camintonn Corporation, dengan Tu sebagai presiden dari 1982-1986.
Selama tahun-tahun itu, bisnis mereka berkembang pesat dan omzet mencapai USD9 juta setahun. Pada 1986, perusahaan Irvine AST Research membeli perusahaan mereka. Tu menjadi wakil presiden divisi digital.
Dia juga menjabat general manager hingga 1987. Namun, keduanya didera masalah pada Black Monday, yakni 19 Oktober 1987, ketika pasar saham runtuh. Tu menggambarkan proses hidupnya sebagai “bergerak dari krisis ke krisis”.
Itu adalah momen paling penting dalam hidup mereka. Tu dan Sun kehilangan semua yang mereka miliki. Utamanya, setelah rekan bisnis mereka menggunakan uang perusahaan untuk bermain saham dan gagal total.
Padahal, saat itu Tu baru berusia 43 tahun. Istrinya baru melahirkan anak pertama mereka. Mereka enggan berbicara tentang kerugian yang ditaksir lebih dari USD1 juta itu kepada siapa pun, termasuk keluarga.
Keduanya lantas menjual Camintonn Corporation senilai USD6 juta dan mendirikan Kingston Technology. Jika Black Monday tidak pernah terjadi pada mereka, mereka tidak akan memulai untuk memulai perusahaan kedua. Mereka tidak pernah menyerah pada situasi itu.
Awal Mula Kingston Technology
Keduanya lantas mulai lagi dari nol. Sun menemukan modul memori dan mereka menjualnya dari garasi, hanya lewat tunai, dengan perusahaan beranggotakan 10 orang.
Mereka menggunakan uang untuk membuat dan menjual lebih banyak lagi. Penjualan mereka terkoordinasi dengan kekurangan modul memori komputer secara global. Akhirnya, keduanya sudah untung dalam enam bulan.
Setelah itu, Sun meyakinkan Tu untuk serius di perusahaan ini. Setelah sembilan tahun berjalan dan sukses, Sun memutuskan untuk mengambil cuti bisnis.
Pada 1996, keduanya lantas menjual 80% saham di Kingston kepada Softbank, sebuah perusahaan teknologi/investasi Jepang, dengan nilai total USD1,5 miliar.
Setelah tiga tahun berlalu, kondisi pasar berubah sehingga mereka mampu membeli kembali saham yang dijual seharga USD450 juta. Meskipun bisnis bertahan dan mendapat keuntungan miliaran dolar selama lebih dari 25 tahun, Tu dan Sun bekerja di bilik yang terletak di pusat departemen penjualan perusahaan.
Saat ini Kingston masuk daftar 500 perusahaan terbesar di dunia. Setiap tahunnya omzet perusahaan mencapai miliaran dolar. Mereka merancang dan memproduksi berbagai perangkat memori yang digunakan dalam laptop, desktop, server, PDA, kamera digital, ponsel, dan printer.
Kingston juga memiliki layanan rantai pasokan yang sangat canggih, dengan merek yang telah diakui di 110 negara dan tersedia di lebih dari 30.000 lokasi global.
Aktif Jadi Filantrop
Baik Tu maupun Sun sama-sama aktif sebagai filantrop, menyumbang ke yayasan swasta yang mewakili seni, pendidikan, obat-obatan, kebutuhan sosial, dan masalah budaya.
Mereka juga membuat berita karena memberikan bonus besar bagi karyawan. Sun dan Tu tidak pernah lupa bahwa Kingston terbentuk karena “tragedi” dan mereka selamat dari tragedi tersebut.
Keduanya percaya bahwa kesuksesan berasal dari kesulitan dan keberuntungan, kecerdasan, dan kerja keras. Tentunya Kingston tidak akan terwujud jika mereka tetap berada di Taiwan atau China.
Karena itu, Tu menganggap Amerika saat ini adalah rumahnya. Bahkan, Tu memiliki band bernama JT and California Dreamin yang hanya manggung pada acara amal.
Nama Kingston sebenarnya tidak terlalu asing di Indonesia, terutama bagi mereka yang acap berbelanja elektronik. Kingston dikenal sebagai produsen USB drive , kartu flash, SSD, atau modul DRAM yang punya kualitas sangat baik dengan harga kompetitif.
Padahal, dalam skala global, Kingston jauh lebih besar. Perusahaan berbasis di Fountain Valley, California, tersebut telah mendunia dan dikenal sebagai pembuat produk memori komputer terbesar di dunia.
Produk penyimpanan memori Kingston Technology ada di manamana, mulai pemutar MP3, ponsel, hingga kamera. Perusahaan tersebut memiliki omzet per tahun sebesar USD4 miliar. Bagaimana ceritanya hingga John Tu dan David Sun mendirikan Kingston?
Ceritanya, Tu dan Sun bertemu di California. Di sanalah kemitraan bisnis mereka dimulai dan berkembang. Perjalanan mereka ke Amerika Serikat datang pada waktu yang berbeda dan untuk alasan yang juga berbeda. John Tu lahir di Chonqing, China, pada 1941.
Meskipun dilahirkan sebagai orang Tionghoa, keluarga John Tu pindah dari Tiongkok dan rezim komunis Mao Tse-Tung pada 1949. Keluarganya benar-benar melarikan diri dari perang saudara Tiongkok dan dia dibesarkan di Taiwan.
Dalam wawancara dengan The Telegraph, Tu menggambarkan dirinya sebagai siswa yang bekerja keras sejak kecil. Dia bercerita tidak senang dengan gurunya, sistem sekolah, hingga struktur pendidikan yang kaku. Karena itu, setelah lulus SMA, dia pergi berkuliah di Jerman.
Di sana dia belajar di Technishce Hochschule Darmstadt, mendapatkan gelar di bidang teknik elektro pada 1970. Dari Jerman, Tu pergi ke Amerika Serikat pada 1972. Sebaliknya, David Sun, yang lebih muda juga lahir di Taiwan pada Oktober 1951.
Tetapi, dia berkuliah di Universitas Tatung sebelum memutuskan pindah ke Amerika Serikat pada 1977. Sun menetap di California dan memulai keluarga. Beberapa karakter dan nilai yang membuatnya menjadi pebisnis terlihat juga melalui putranya, Donald.
Donald membeli tur voli profesional, AVP, setelah bekerja di Kingston Technology selama 13 tahun sebagai salah satu eksekutif perusahaan. Donald bercerita, saat kecil, dia bermain bersama sang ayah di teras rumah.
Donald berusia 11 tahun ketika ayahnya memberinya papan, sebuah ohmmeter, dan sebuah layout . Berdampingan, sang ayah sibuk mengutak-atik sirkuit komputer.
Donal diinstruksikan untuk mendengarkan bunyi bip dan membuat tanda centang. Apa yang Donald anggap sebagai permainan sebenarnya adalah proses rekayasa terbalik ayahnya untuk membuat dan membangun papan sirkuit.
Dia tidak menyadari bahwa ayahnya akan menjadi miliarder pemilik produk pabrikan memori terbesar di dunia. Donald bercerita bahwa ayahnya selalu mendorongnya untuk bersikap adil dalam urusan bisnis, menjadi fleksibel, belajar bisnisnya dengan baik, memperlakukan orang dengan baik, dan berusaha melakukan yang terbaik.
Bertahan saat Krisis
John Tu dan David Sun memulai kehidupan wirausaha dari garasi mereka, menjual modul memori komputer. Mereka mendirikan Camintonn Corporation, dengan Tu sebagai presiden dari 1982-1986.
Selama tahun-tahun itu, bisnis mereka berkembang pesat dan omzet mencapai USD9 juta setahun. Pada 1986, perusahaan Irvine AST Research membeli perusahaan mereka. Tu menjadi wakil presiden divisi digital.
Dia juga menjabat general manager hingga 1987. Namun, keduanya didera masalah pada Black Monday, yakni 19 Oktober 1987, ketika pasar saham runtuh. Tu menggambarkan proses hidupnya sebagai “bergerak dari krisis ke krisis”.
Itu adalah momen paling penting dalam hidup mereka. Tu dan Sun kehilangan semua yang mereka miliki. Utamanya, setelah rekan bisnis mereka menggunakan uang perusahaan untuk bermain saham dan gagal total.
Padahal, saat itu Tu baru berusia 43 tahun. Istrinya baru melahirkan anak pertama mereka. Mereka enggan berbicara tentang kerugian yang ditaksir lebih dari USD1 juta itu kepada siapa pun, termasuk keluarga.
Keduanya lantas menjual Camintonn Corporation senilai USD6 juta dan mendirikan Kingston Technology. Jika Black Monday tidak pernah terjadi pada mereka, mereka tidak akan memulai untuk memulai perusahaan kedua. Mereka tidak pernah menyerah pada situasi itu.
Awal Mula Kingston Technology
Keduanya lantas mulai lagi dari nol. Sun menemukan modul memori dan mereka menjualnya dari garasi, hanya lewat tunai, dengan perusahaan beranggotakan 10 orang.
Mereka menggunakan uang untuk membuat dan menjual lebih banyak lagi. Penjualan mereka terkoordinasi dengan kekurangan modul memori komputer secara global. Akhirnya, keduanya sudah untung dalam enam bulan.
Setelah itu, Sun meyakinkan Tu untuk serius di perusahaan ini. Setelah sembilan tahun berjalan dan sukses, Sun memutuskan untuk mengambil cuti bisnis.
Pada 1996, keduanya lantas menjual 80% saham di Kingston kepada Softbank, sebuah perusahaan teknologi/investasi Jepang, dengan nilai total USD1,5 miliar.
Setelah tiga tahun berlalu, kondisi pasar berubah sehingga mereka mampu membeli kembali saham yang dijual seharga USD450 juta. Meskipun bisnis bertahan dan mendapat keuntungan miliaran dolar selama lebih dari 25 tahun, Tu dan Sun bekerja di bilik yang terletak di pusat departemen penjualan perusahaan.
Saat ini Kingston masuk daftar 500 perusahaan terbesar di dunia. Setiap tahunnya omzet perusahaan mencapai miliaran dolar. Mereka merancang dan memproduksi berbagai perangkat memori yang digunakan dalam laptop, desktop, server, PDA, kamera digital, ponsel, dan printer.
Kingston juga memiliki layanan rantai pasokan yang sangat canggih, dengan merek yang telah diakui di 110 negara dan tersedia di lebih dari 30.000 lokasi global.
Aktif Jadi Filantrop
Baik Tu maupun Sun sama-sama aktif sebagai filantrop, menyumbang ke yayasan swasta yang mewakili seni, pendidikan, obat-obatan, kebutuhan sosial, dan masalah budaya.
Mereka juga membuat berita karena memberikan bonus besar bagi karyawan. Sun dan Tu tidak pernah lupa bahwa Kingston terbentuk karena “tragedi” dan mereka selamat dari tragedi tersebut.
Keduanya percaya bahwa kesuksesan berasal dari kesulitan dan keberuntungan, kecerdasan, dan kerja keras. Tentunya Kingston tidak akan terwujud jika mereka tetap berada di Taiwan atau China.
Karena itu, Tu menganggap Amerika saat ini adalah rumahnya. Bahkan, Tu memiliki band bernama JT and California Dreamin yang hanya manggung pada acara amal.
(don)