Inovasi ID Photobook Kembali Hidupkan Industri Cetak Foto
A
A
A
JAKARTA - Kemampuan kamera smartphone makin disukai masyarakat kekinian. Selain praktis, kapasitas resolusinya juga makin besar. Tak heran banyak orang mengcapture momen berharganya cukup hanya dengan smartphone. Ditambah lagi dengan berkembangnya media sosial yang semakin pesat. Orang pun makin bergairah untuk berfoto, kemudian diunggah ke medsos masing-masing.
"Maka tidak heran, setiap hari postingan media sosial selalu ramai dengan unggahan foto dari para pengguna," kata Afrig Wasiso, CEO ID Photobook di Jakarta, Minggu (15/9/2018).
Namun, ungkap Afrig, fenomena ini justru bisa menjadi ancaman tersendiri bagi berbagai sektor bisnis. Salah satunya adalah bisnis cetak foto. Dulu orang mengabadikan fotonya menggunakan kamera. Sehingga untuk melihat hasilnya, kita harus mencetaknya ke dalam album.
"Ini tentu berbeda dengan era sekarang, setiap foto bisa langsung diunggah di media sosial dan bisa dilihat siapa saja. Inilah yang membuat usaha cetak foto dikhawatirkan akan gulung tikar," paparnya.
Namun ID Photobook, e-commerce di bidang cetak foto digital, membuktikan bahwa kekhawatiran itu tidak 100% benar. Cetak foto masih menjadi gaya hidup yang hidup di kalangan masyarakat.
"Karena foto yang dicetak dan dikreasikan, akan memiliki dampak emosional lebih tinggi. Apalagi maraknya penyalahngunaan foto di media sosial. Ditambah lagi resiko menyimpan foto di HP yang rawan terhapus. Membuat cetak foto masih menjadi pilihan paling aman," katanya lagi.
Dikatakan Afrig, ID Photobook hadir membawa kreasi album foto berbentuk photobook. Selain produknya yang kekinian, ID Photobook memberikan solusi cetak foto dengan cara paling gampang.
“Di sini kami menawarkan proses yang sangat gampang. Customer yang ingin cetak foto cukup upload foto saja. Lalu duduk di rumah. Soal desain sampai finishing, kami yang handle,” kata Afrig menjelaskan.
ID Photobook, klaim dia, tahu betul bagaimana mempertahankan budaya cetak foto di era sekarang. Saat cetak foto di ID Photobook, customer hanya diminta untuk upload foto melalui link khusus yang telah disediakan.
"Kemudian proses desain akan dikerjakan dengan cepat. ID Photobook memiliki 34 desainer yang siap mengkreasikan foto menjadi photobook bergaya majalah. Ini perbedaannya dengan e-commerce lain di bidang cetak foto, di mana customer masih harus diribetkan dengan mendesain sendiri albumnya," papar Afrig.
ID Photobook juga memiliki 60 Customer Service yang membantu proses orderan customer menjadi lebih mudah. "Juga mengatasi setiap keluhan yang ada. Dengan jumlah ini, diharapkan pelayanan lebih fast respons sehingga customer benar-benar merasa dimudahkan," pungkasnya.
Untuk memantau orderan, customer juga dimudahkan dengan sistem workflow yang serba otomatis. Dengan begitu pelanggan akan tahu pesanan albumnya sudah sampai mana cukup dengan memasukkan nomor order melalui workflow tersebut.
Saat ini 73% customers ID Photobook adalah kalangan ibu muda usia 24-44 tahun yang seringkali mengabadikan momen tumbuh kembang anak. Dari target market ini, pesanan setiap harinya mencapai 1.000 album yang dikirim ke seluruh Indonesia. Bahkan kabarnya, mulai Agustus 2018, pasar ID Photobook akan merambah ke Malaysia, Singapura dan Thailand.
"Maka tidak heran, setiap hari postingan media sosial selalu ramai dengan unggahan foto dari para pengguna," kata Afrig Wasiso, CEO ID Photobook di Jakarta, Minggu (15/9/2018).
Namun, ungkap Afrig, fenomena ini justru bisa menjadi ancaman tersendiri bagi berbagai sektor bisnis. Salah satunya adalah bisnis cetak foto. Dulu orang mengabadikan fotonya menggunakan kamera. Sehingga untuk melihat hasilnya, kita harus mencetaknya ke dalam album.
"Ini tentu berbeda dengan era sekarang, setiap foto bisa langsung diunggah di media sosial dan bisa dilihat siapa saja. Inilah yang membuat usaha cetak foto dikhawatirkan akan gulung tikar," paparnya.
Namun ID Photobook, e-commerce di bidang cetak foto digital, membuktikan bahwa kekhawatiran itu tidak 100% benar. Cetak foto masih menjadi gaya hidup yang hidup di kalangan masyarakat.
"Karena foto yang dicetak dan dikreasikan, akan memiliki dampak emosional lebih tinggi. Apalagi maraknya penyalahngunaan foto di media sosial. Ditambah lagi resiko menyimpan foto di HP yang rawan terhapus. Membuat cetak foto masih menjadi pilihan paling aman," katanya lagi.
Dikatakan Afrig, ID Photobook hadir membawa kreasi album foto berbentuk photobook. Selain produknya yang kekinian, ID Photobook memberikan solusi cetak foto dengan cara paling gampang.
“Di sini kami menawarkan proses yang sangat gampang. Customer yang ingin cetak foto cukup upload foto saja. Lalu duduk di rumah. Soal desain sampai finishing, kami yang handle,” kata Afrig menjelaskan.
ID Photobook, klaim dia, tahu betul bagaimana mempertahankan budaya cetak foto di era sekarang. Saat cetak foto di ID Photobook, customer hanya diminta untuk upload foto melalui link khusus yang telah disediakan.
"Kemudian proses desain akan dikerjakan dengan cepat. ID Photobook memiliki 34 desainer yang siap mengkreasikan foto menjadi photobook bergaya majalah. Ini perbedaannya dengan e-commerce lain di bidang cetak foto, di mana customer masih harus diribetkan dengan mendesain sendiri albumnya," papar Afrig.
ID Photobook juga memiliki 60 Customer Service yang membantu proses orderan customer menjadi lebih mudah. "Juga mengatasi setiap keluhan yang ada. Dengan jumlah ini, diharapkan pelayanan lebih fast respons sehingga customer benar-benar merasa dimudahkan," pungkasnya.
Untuk memantau orderan, customer juga dimudahkan dengan sistem workflow yang serba otomatis. Dengan begitu pelanggan akan tahu pesanan albumnya sudah sampai mana cukup dengan memasukkan nomor order melalui workflow tersebut.
Saat ini 73% customers ID Photobook adalah kalangan ibu muda usia 24-44 tahun yang seringkali mengabadikan momen tumbuh kembang anak. Dari target market ini, pesanan setiap harinya mencapai 1.000 album yang dikirim ke seluruh Indonesia. Bahkan kabarnya, mulai Agustus 2018, pasar ID Photobook akan merambah ke Malaysia, Singapura dan Thailand.
(wbs)