Tak Kuat Hadapi Dolar, Xiaomi Akan Naikkan Harga Ponsel di India
A
A
A
NEW DELHI - Tak hanya di Indonesia, menguatnya dolar AS juga ikut merontokkan mata uang India, Rupee. Imbasnya harga produk teknologi yang masih menggunakan bahan impor ikut naik, salah satunya smartphone.
Xiaomi yang baru saja mengeluarkan tiga model Redmi di India, mengaku, telah memperhitungkan lemahnya mata uang Rupee terhadap Greenback (USD/dolar AS). “Harga tersebut memang sudah kita perhitungkan dampaknya," kata Raghu Raddy Head of Xiaomi India seperti dikutip dari laman BGR, Jumat (7/9/2018).
Raghu mengutarakan, kondisi pabrik di India sangat membantu perusahaan dalam situasi seperti ini. Mereka memberikan efisiensi pasokan yang dapat bermanfaat ke konsumen.
Meski demikian, sebagian besar komponen dari pemasok Jepang, Taiwan, dan Amerika Serikat yang dibayar dengan mata uang USD akan memengaruhi biaya produksi. "Karena USD terus menguat, biaya ikut naik," imbuhnya.
Reddy enggan berkomentar mengenai dampak dari biaya produksi yang naik akan berpengeruh pada harga ponsel. Dia hanya mengatakan, perusahaan harus mengevaluasi seluruh portofolio produk dan membuat revisi harganya.
“Di Xiaomi, kami percaya dalam membuat inovasi dapat diakses oleh semua pengguna kami dengan harga yang jujur. Kami berharap Redmi 6A dan Redmi 6 akan menjadi penerus yang layak di pasar dengan kinerja kuatnya,” tutupnya.
Sebelumnya di Indonesia, Country Manager Xiaomi, Steven Tse mengatakan, perusahaan tidak ingin membebankan kenaikan harga ke tangan pelanggan. Mereka mencoba melakukan terobosan yang bisa menekan harga.
Xiaomi yang baru saja mengeluarkan tiga model Redmi di India, mengaku, telah memperhitungkan lemahnya mata uang Rupee terhadap Greenback (USD/dolar AS). “Harga tersebut memang sudah kita perhitungkan dampaknya," kata Raghu Raddy Head of Xiaomi India seperti dikutip dari laman BGR, Jumat (7/9/2018).
Raghu mengutarakan, kondisi pabrik di India sangat membantu perusahaan dalam situasi seperti ini. Mereka memberikan efisiensi pasokan yang dapat bermanfaat ke konsumen.
Meski demikian, sebagian besar komponen dari pemasok Jepang, Taiwan, dan Amerika Serikat yang dibayar dengan mata uang USD akan memengaruhi biaya produksi. "Karena USD terus menguat, biaya ikut naik," imbuhnya.
Reddy enggan berkomentar mengenai dampak dari biaya produksi yang naik akan berpengeruh pada harga ponsel. Dia hanya mengatakan, perusahaan harus mengevaluasi seluruh portofolio produk dan membuat revisi harganya.
“Di Xiaomi, kami percaya dalam membuat inovasi dapat diakses oleh semua pengguna kami dengan harga yang jujur. Kami berharap Redmi 6A dan Redmi 6 akan menjadi penerus yang layak di pasar dengan kinerja kuatnya,” tutupnya.
Sebelumnya di Indonesia, Country Manager Xiaomi, Steven Tse mengatakan, perusahaan tidak ingin membebankan kenaikan harga ke tangan pelanggan. Mereka mencoba melakukan terobosan yang bisa menekan harga.
(mim)