Teknologi Baru Sanggup Mencegah Baterai Ponsel Mudah Terbakar
A
A
A
SEOUL - Samsung Galaxy Note 7 menjadi insiden terburuk dalam industri smartphone. Baterainya mengakibatkan beberapa ledakan dan akhirnya memaksa pabrikan menarik dua ponsel andalannya dari pasar.
Namun kejadian itu ke depan tidak akan terulang kembali. Setidaknya jumlah kejadian bisa diminimalkan. Ini berkat teknologi baru yang diklaim dapat mencegah baterai ponsel pintar terbakar. Termasuk baterai lithium-ion yang selama ini dikenal cepat terbakar.
Dilansir dari Techxplore via Engadget, Kamis (23/8/2018), sejumlah peneliti telah menemukan solusi baterai lithium-ion yang cepat terbakar. Disebutkan, sel lithium-ion yang khas memiliki dua elektroda yang dipisahkan oleh sepotong plastik tipis. Bila plastik itu gagal karena suatu alasan dan kedua elektroda saling bersentuhan, maka cairan elektrolit di dalam sel bisa terbakar.
Tetapi mencampurkan aditif silika ke dalam elektrolit memungkinkan cairan menjadi keras saat terkena benturan sehingga sanggup mencegah elektrodanya menyentuh. Hal ini bisa menghilangkan kemungkinan baterai akan terbakar.
Gabriel Veith, Ph.D, salah satu peneliti yang bekerja pada baterai antiterbakar, mengatakan, tujuan akhirnya adalah bagaimana membuat baterai lithium-ion terus berfungsi. Bahkan ketika bagian baterai rusak dalam benturan dan menyebabkan beberapa elektrolit di dalam selnya mengeras.
Akhirnya teknologi ini bisa singgah di dalam baterai lithium-ion yang menggerakkan ponsel pintar. Teknologi tersebut membantu membuat ponsel lebih aman. Para peneliti sendiri melihat teknologi ini awalnya digunakan hanya untuk baterai Drone. Para peneliti secara terbuka mendiskusikan teknologi mereka ini sebelum dibahas dalam Pertemuan Nasional & Eksposisi ke-256 dari American Chemical Society.
Namun kejadian itu ke depan tidak akan terulang kembali. Setidaknya jumlah kejadian bisa diminimalkan. Ini berkat teknologi baru yang diklaim dapat mencegah baterai ponsel pintar terbakar. Termasuk baterai lithium-ion yang selama ini dikenal cepat terbakar.
Dilansir dari Techxplore via Engadget, Kamis (23/8/2018), sejumlah peneliti telah menemukan solusi baterai lithium-ion yang cepat terbakar. Disebutkan, sel lithium-ion yang khas memiliki dua elektroda yang dipisahkan oleh sepotong plastik tipis. Bila plastik itu gagal karena suatu alasan dan kedua elektroda saling bersentuhan, maka cairan elektrolit di dalam sel bisa terbakar.
Tetapi mencampurkan aditif silika ke dalam elektrolit memungkinkan cairan menjadi keras saat terkena benturan sehingga sanggup mencegah elektrodanya menyentuh. Hal ini bisa menghilangkan kemungkinan baterai akan terbakar.
Gabriel Veith, Ph.D, salah satu peneliti yang bekerja pada baterai antiterbakar, mengatakan, tujuan akhirnya adalah bagaimana membuat baterai lithium-ion terus berfungsi. Bahkan ketika bagian baterai rusak dalam benturan dan menyebabkan beberapa elektrolit di dalam selnya mengeras.
Akhirnya teknologi ini bisa singgah di dalam baterai lithium-ion yang menggerakkan ponsel pintar. Teknologi tersebut membantu membuat ponsel lebih aman. Para peneliti sendiri melihat teknologi ini awalnya digunakan hanya untuk baterai Drone. Para peneliti secara terbuka mendiskusikan teknologi mereka ini sebelum dibahas dalam Pertemuan Nasional & Eksposisi ke-256 dari American Chemical Society.
(mim)