Terbukti Hemat, AC LG untuk Perkantoran Kantongi Sertifikat EPES UI
A
A
A
JAKARTA - Pengondisi ruangan atau AC berteknologi inverter sudah diterima dengan baik di Indonesia. Hal ini ditandai semakin meningkatnya penjualan AC inverter dari tahun ke tahun.Namun edukasi terhadap manfaat teknologi ini bagi masyarakat tetap harus digalakkan. Hal ini sudah dilakukan LG sejak beberapa tahun terakhir sejak memutuskan fokus memproduksi AC inverter. Hasilnya, mereka sanggup menguasai pasar AC inverter bagi kebutuhan hunian di Indonesia dengan raihan 58,8% dari market yang ada.
Sukses justru membuat LG kian agresif. Pabrikan elektronik asal Korea ini baru saja memperkenalkan AC terbarunya sebagai solusi bagi hunian besar dan ruang usaha yang masuk kategori Single Commercial Air Conditioning (SCAC).
Dua produk diperkenalkan LG dalam kategori Floor Standing & Ceiling Cassette. Dengan pengembangan berbasis teknologi inverter di dalamnya, produk ini dimaksudkan hadir sebagai alternatif pendingin ruangan lebih hemat listrik yang mengisi ceruk kebutuhan pendingin ruangan antara hunian dan gedung.
Tak ingin asal klaim hemat listrik, LG memutuskan melakukan pengujian tingkat konsumsi listrik di lembaga Electric Power and Energy Studies (EPES) pada Universitas Indonesia. “Bersanding dengan pengujian internal, langkah ini merupakan bagian upaya kami dalam memperkuat tingkat kepercayaan masyarakat akan manfaat AC berteknologi inverter pada hematnya tagihan listrik,” kata Seungmin Park, President Director LG Electronics Indonesia saat mengenalkan dua produk AC terbarunya di Jakarta, Selasa (14/8/2018).
Dua perangkat ini adalah bentuk dukungan LG terkait program pemerintah pada kampanye hemat listrik. “Semakin tingginya tingkat kepercayaan masyarakat akan teknologi inverter, semakin mempercepat beralih pada gaya hidup hemat energi,” ujar Jack Kim, Air Conditioning Business Leader LG Electronic Indonesia.
Dalam hal jumlah unit pada tiap perangkatnya, seperti pula AC bagi kebutuhan hunian, kategori Single Commercial Air Conditioning tetap mengandalkan satu unit indoor dan satu unit outdoor. Tetapi AC kategori ini memiliki varian kapasitas pendinginan lebih besar, yaitu 4 PK dan 5 PK.
“Faktor inilah yang membuatnya dikatakan menjadi solusi tepat bagi hunian besar hingga ruang usaha pada kategori small office home office,” imbuhnya.
Saat ini AC bagi kedua jenis kebutuhan tersebut masih mengandalkan penggunaan AC bagi peruntukan rumah tangga. Dengan kuat pendinginan kecil, pada pengaplikasiannya membutuhkan beberapa unit AC rumah tangga untuk mendinginkan ruangan yang lebih luas.
Di samping kesulitan instalasi dan tata letak sebagai konsekuensi banyaknya unit AC yang digunakan. Hal ini juga berpengaruh pada estetika ruang secara keseluruhan.
Pertimbangan estetika inilah yang membuat LG menyediakan dua terapan desain. Desain cassette yang berbentuk persegi dengan empat arah keluaran udara yang peletakkannya menempel pada langit-langit bangunan, tersedia dalam kapasitas pendinginan 4 PK.
Pilihan lainnya ada pada model floor standing yang berkekuatan 5PK. Berbentuk persegi memanjang vertikal, sesuai namanya, model ini peletakannya berdiri di lantai bangunan. “Dengan jumlah keseluruhan perangkat yang sama namun memiliki kapasitas pendinginan besar, memberi keuntungan pada kemudahan instalasi serta menjaga estetika ruangan,” timpal Hardian Reza Dharmayanda, Air Solution Engineering Team Leader LG Electronic Indonesia.
Pengujian Lab EPES
Proses pengujian AC pada Electric Power and Energy Study (EPES) di Universitas Indonesia dilakukan sepanjang dua bulan yang melibatkan dua model Single Commercial Air Conditioning LG tipe ceiling cassette dan floor standing. Masing-masing unit memiliki kuat pendinginan 4 PK dan 5 PK sebagai subjeknya.
Dua pengaturan suhu ditetapkan, 18 derajat Celcius dan 24 derajat Celcius, mewakili dua kutub temperatur yang biasa dimanfaatkan dalam pemakaian AC. Menambah kejelian dalam hasil, periset EPES-UI membagi tiap kondisi temperatur ini ke dalam tiga beban pendinginan.
Hal ini dibuat untuk semakin mendekati gambaran penggunaan nyata dengan perubahan kondisi suhu lingkungan sekitar sepanjang hari. Pengukuran beban pendinginan 20% mewakili suhu sekitar cenderung sejuk seperti di malam hari, 50% saat cuaca normal cenderung panas hingga beban pendinginan 100% yang mewakili saat AC bekerja pada cuaca terik.
“Dari berbagai pengujian inilah kami mendapatkan hasil Single Commercial Air Conditioning LG dengan kompresor inverter mampu menekan penggunaan listrik secara signifikan dibanding produk sejenis tanpa teknologi inverter,” ujar Prof Dr Ir Iwa Garniwa, Head Of Electrical Power And Energy Studies, University of Indonesia (EPES-UI).
Lebih dalam terkait hasil uji tersebut, dia menyatakan, produk Single Commercial AC LG tipe floor standing memiliki tingkat penghematan listrik hingga 62% dan tipe ceiling cassette penghematan listriknya hingga 50%.
Bicara mengenai uji tingkat konsumsi listrik yang dilakukannya ini, Jack Kim menyatakan, tindakan ini merupakan bagian upaya LG dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap teknologi inverter pada AC. Beragam komunikasi hemat listrik yang lebih pada bahasa pemasaran dari berbagai pabrikan, menurutnya, di satu sisi menjadi hambatan masyarakat untuk memilih beralih ke pendingin udara berteknologi inverter.
Pilihan Universitas Indonesia sendiri terkait dengan reputasi lembaga akademis ini yang dibangun sejalan dengan visinya sebagai universitas riset. Hasil pengujian dari pihak independen dengan reputasi besar inilah yang menurutnya akan semakin menguatkan kepercayaan publik dengan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan terkait tingkat konsumsi.
“Dengan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, memastikan masyarakat mendapatkan seluruh hak yang dijanjikan. Bukan lagi sebatas klaim,” kata Pramu Baskoro, Air Solution Channel Team Leader LG Electronics Indonesia.
Melalui informasi yang dapat dipertanggungjawabkan ini pula, pada gilirannya akan berpengaruh pada tingkat kepuasan penggunaan. ”Tak hanya menyediakan produk, namun memberi informasi yang bertanggungjawab pada publik terkait tiap klaim dalam produk menjadi upaya kami dalam mendukung pemerintah dalam menggerakkan gaya hidup hemat energi,” pungkas Seungmin Park.
Sukses justru membuat LG kian agresif. Pabrikan elektronik asal Korea ini baru saja memperkenalkan AC terbarunya sebagai solusi bagi hunian besar dan ruang usaha yang masuk kategori Single Commercial Air Conditioning (SCAC).
Dua produk diperkenalkan LG dalam kategori Floor Standing & Ceiling Cassette. Dengan pengembangan berbasis teknologi inverter di dalamnya, produk ini dimaksudkan hadir sebagai alternatif pendingin ruangan lebih hemat listrik yang mengisi ceruk kebutuhan pendingin ruangan antara hunian dan gedung.
Tak ingin asal klaim hemat listrik, LG memutuskan melakukan pengujian tingkat konsumsi listrik di lembaga Electric Power and Energy Studies (EPES) pada Universitas Indonesia. “Bersanding dengan pengujian internal, langkah ini merupakan bagian upaya kami dalam memperkuat tingkat kepercayaan masyarakat akan manfaat AC berteknologi inverter pada hematnya tagihan listrik,” kata Seungmin Park, President Director LG Electronics Indonesia saat mengenalkan dua produk AC terbarunya di Jakarta, Selasa (14/8/2018).
Dua perangkat ini adalah bentuk dukungan LG terkait program pemerintah pada kampanye hemat listrik. “Semakin tingginya tingkat kepercayaan masyarakat akan teknologi inverter, semakin mempercepat beralih pada gaya hidup hemat energi,” ujar Jack Kim, Air Conditioning Business Leader LG Electronic Indonesia.
Dalam hal jumlah unit pada tiap perangkatnya, seperti pula AC bagi kebutuhan hunian, kategori Single Commercial Air Conditioning tetap mengandalkan satu unit indoor dan satu unit outdoor. Tetapi AC kategori ini memiliki varian kapasitas pendinginan lebih besar, yaitu 4 PK dan 5 PK.
“Faktor inilah yang membuatnya dikatakan menjadi solusi tepat bagi hunian besar hingga ruang usaha pada kategori small office home office,” imbuhnya.
Saat ini AC bagi kedua jenis kebutuhan tersebut masih mengandalkan penggunaan AC bagi peruntukan rumah tangga. Dengan kuat pendinginan kecil, pada pengaplikasiannya membutuhkan beberapa unit AC rumah tangga untuk mendinginkan ruangan yang lebih luas.
Di samping kesulitan instalasi dan tata letak sebagai konsekuensi banyaknya unit AC yang digunakan. Hal ini juga berpengaruh pada estetika ruang secara keseluruhan.
Pertimbangan estetika inilah yang membuat LG menyediakan dua terapan desain. Desain cassette yang berbentuk persegi dengan empat arah keluaran udara yang peletakkannya menempel pada langit-langit bangunan, tersedia dalam kapasitas pendinginan 4 PK.
Pilihan lainnya ada pada model floor standing yang berkekuatan 5PK. Berbentuk persegi memanjang vertikal, sesuai namanya, model ini peletakannya berdiri di lantai bangunan. “Dengan jumlah keseluruhan perangkat yang sama namun memiliki kapasitas pendinginan besar, memberi keuntungan pada kemudahan instalasi serta menjaga estetika ruangan,” timpal Hardian Reza Dharmayanda, Air Solution Engineering Team Leader LG Electronic Indonesia.
Pengujian Lab EPES
Proses pengujian AC pada Electric Power and Energy Study (EPES) di Universitas Indonesia dilakukan sepanjang dua bulan yang melibatkan dua model Single Commercial Air Conditioning LG tipe ceiling cassette dan floor standing. Masing-masing unit memiliki kuat pendinginan 4 PK dan 5 PK sebagai subjeknya.
Dua pengaturan suhu ditetapkan, 18 derajat Celcius dan 24 derajat Celcius, mewakili dua kutub temperatur yang biasa dimanfaatkan dalam pemakaian AC. Menambah kejelian dalam hasil, periset EPES-UI membagi tiap kondisi temperatur ini ke dalam tiga beban pendinginan.
Hal ini dibuat untuk semakin mendekati gambaran penggunaan nyata dengan perubahan kondisi suhu lingkungan sekitar sepanjang hari. Pengukuran beban pendinginan 20% mewakili suhu sekitar cenderung sejuk seperti di malam hari, 50% saat cuaca normal cenderung panas hingga beban pendinginan 100% yang mewakili saat AC bekerja pada cuaca terik.
“Dari berbagai pengujian inilah kami mendapatkan hasil Single Commercial Air Conditioning LG dengan kompresor inverter mampu menekan penggunaan listrik secara signifikan dibanding produk sejenis tanpa teknologi inverter,” ujar Prof Dr Ir Iwa Garniwa, Head Of Electrical Power And Energy Studies, University of Indonesia (EPES-UI).
Lebih dalam terkait hasil uji tersebut, dia menyatakan, produk Single Commercial AC LG tipe floor standing memiliki tingkat penghematan listrik hingga 62% dan tipe ceiling cassette penghematan listriknya hingga 50%.
Bicara mengenai uji tingkat konsumsi listrik yang dilakukannya ini, Jack Kim menyatakan, tindakan ini merupakan bagian upaya LG dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap teknologi inverter pada AC. Beragam komunikasi hemat listrik yang lebih pada bahasa pemasaran dari berbagai pabrikan, menurutnya, di satu sisi menjadi hambatan masyarakat untuk memilih beralih ke pendingin udara berteknologi inverter.
Pilihan Universitas Indonesia sendiri terkait dengan reputasi lembaga akademis ini yang dibangun sejalan dengan visinya sebagai universitas riset. Hasil pengujian dari pihak independen dengan reputasi besar inilah yang menurutnya akan semakin menguatkan kepercayaan publik dengan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan terkait tingkat konsumsi.
“Dengan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, memastikan masyarakat mendapatkan seluruh hak yang dijanjikan. Bukan lagi sebatas klaim,” kata Pramu Baskoro, Air Solution Channel Team Leader LG Electronics Indonesia.
Melalui informasi yang dapat dipertanggungjawabkan ini pula, pada gilirannya akan berpengaruh pada tingkat kepuasan penggunaan. ”Tak hanya menyediakan produk, namun memberi informasi yang bertanggungjawab pada publik terkait tiap klaim dalam produk menjadi upaya kami dalam mendukung pemerintah dalam menggerakkan gaya hidup hemat energi,” pungkas Seungmin Park.
(mim)