Bekraf Bawa Game Anak Negeri Ghose Parade Ke San Fransisco
A
A
A
JAKARTA - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menghadirkan game prodak dalam negeri di kancah dunia, Game Connection America 2018, yang berlangsung di San Fransisco, Amerika Serikat, Maret lalu. Sebuah game produk anak bangsa dengan nama Ghose Parade (game petualangan) bersanding dengan Guilty Gear series, Blazblue series, Tokyo Xanadu, dan Code Realize, game yang merupakan besutan Aksys game publisher kelas dunia.
"Kami melihat potensinya sangat besar hanya memang belum digarap dengan optimal penciptaan ekosistem program developer. Sehingga bisa menciptakan game-game unggulan yang tidak hanya untuk dipasar dalam negeri tetapi dibawa ke pasar luar negeri," kata Deputi Pemasaran Bekraf, Josua Simanjuntak, di Jakarta, Sabtu (14/7/208).
Menurut Josua, Bekraf konsisten mempromosikan game-game anak negeri berkualitas keluar negeri. Industri aplikasi dan game telah menyumbang 1% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2015.
Josua menjelaskan, game Ghost Parade, yang sudah dilirik perusahaan asing terbukti Aksys Game sebagai publisher dan akan merilis Ghost Parade di seluruh dunia dalam berbagai platform. Di antaranya Nintendo Switch, PlayStation 4, dan PC via Steam pada tahun 2019.
Azizah Assatari, CEO Lentera Nusantara yang menaungi game Ghost Parade mengatakan, game petualangan @ D side -Scrolling dengan gameplay yang menceritakan kisah seorang gadis bernama Suri yang tersesat di hutan dan sedang berusaha untuk pulang. Di sepanjang jalan, Suri banyak menemukan hantu yang membimbingnya untuk pulang. Sebagai imbalannya, Suri diminta membantu mengembalikan hutan yang sudah dihancurkan oleh manusia.
Menyikapi kondisi saat ini banyaknya game mengandung kekerasan yang marak di pasaran dan merisaukan para orang tua, khusus game hasil ciptaannya, Azizah meyakinkan bahwa game-nya ini game keluarga. Tidak ada kekerasan dan akan lebih menambah wawasan, di mana di dalam game tersebut terdapat budaya Indonesia.
"Kami punya misi supaya local culture budaya indonesia itu bisa dibawa keluar negeri bisa dilihat oleh masyarakat di dunia di situ kami kepikiran apa yah mediannya, nah pertama sekali itu kami memulai dengan game," kata Azizah.
Azizah menjelaskan, game yang diciptakannya ini merupakan game mudah dilihat prosesnya. Di mana dari awal sampai akhir, dari pembuatan konsep hingga marketing semua terbawa.
Seperti contoh sebuah game tidak hanya membawa game-nya saja melainkan pasti banyak membawa yang lain seperti produknya, fanbase, dan merchandise. “Dari sinilah bisa dibungkus budaya ke sebuah media, yang akhirnya membawa keseluruhan IT yang berbasis local culture ke seluruh dunia,” ujarnya.
"Kami melihat potensinya sangat besar hanya memang belum digarap dengan optimal penciptaan ekosistem program developer. Sehingga bisa menciptakan game-game unggulan yang tidak hanya untuk dipasar dalam negeri tetapi dibawa ke pasar luar negeri," kata Deputi Pemasaran Bekraf, Josua Simanjuntak, di Jakarta, Sabtu (14/7/208).
Menurut Josua, Bekraf konsisten mempromosikan game-game anak negeri berkualitas keluar negeri. Industri aplikasi dan game telah menyumbang 1% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2015.
Josua menjelaskan, game Ghost Parade, yang sudah dilirik perusahaan asing terbukti Aksys Game sebagai publisher dan akan merilis Ghost Parade di seluruh dunia dalam berbagai platform. Di antaranya Nintendo Switch, PlayStation 4, dan PC via Steam pada tahun 2019.
Azizah Assatari, CEO Lentera Nusantara yang menaungi game Ghost Parade mengatakan, game petualangan @ D side -Scrolling dengan gameplay yang menceritakan kisah seorang gadis bernama Suri yang tersesat di hutan dan sedang berusaha untuk pulang. Di sepanjang jalan, Suri banyak menemukan hantu yang membimbingnya untuk pulang. Sebagai imbalannya, Suri diminta membantu mengembalikan hutan yang sudah dihancurkan oleh manusia.
Menyikapi kondisi saat ini banyaknya game mengandung kekerasan yang marak di pasaran dan merisaukan para orang tua, khusus game hasil ciptaannya, Azizah meyakinkan bahwa game-nya ini game keluarga. Tidak ada kekerasan dan akan lebih menambah wawasan, di mana di dalam game tersebut terdapat budaya Indonesia.
"Kami punya misi supaya local culture budaya indonesia itu bisa dibawa keluar negeri bisa dilihat oleh masyarakat di dunia di situ kami kepikiran apa yah mediannya, nah pertama sekali itu kami memulai dengan game," kata Azizah.
Azizah menjelaskan, game yang diciptakannya ini merupakan game mudah dilihat prosesnya. Di mana dari awal sampai akhir, dari pembuatan konsep hingga marketing semua terbawa.
Seperti contoh sebuah game tidak hanya membawa game-nya saja melainkan pasti banyak membawa yang lain seperti produknya, fanbase, dan merchandise. “Dari sinilah bisa dibungkus budaya ke sebuah media, yang akhirnya membawa keseluruhan IT yang berbasis local culture ke seluruh dunia,” ujarnya.
(poe)