Apple Merek Paling Bernilai 2018
A
A
A
NEW YORK - Perusahaan teknologi terbesar dunia mengonsolidasikan kekuatan brand mereka dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu menyebabkan mereka mendapatkan keuntungan besar sehingga melonjakkan nilai perusahaan di pasar saham.
Apple (ponsel dan komputer), Google (mesin pencari), Microsoft (peranti lunak), Facebook (media sosial), dan Amazon (ritel) masuk dalam deretan nilai dengan brand yang kuat pada produk dan layanan. Merek-merek itu bisa mendominasi karena pengaruh nilai dan harga dari brand yang mereka miliki. Amazon menjadi salah satu brand yang nilainya meningkat signifikan dalam setahun terakhir.
Berdasarkan daftar Forbes, nilai perusahaan yang didirikan Jeff Bezos itu melonjak 31% menjadi USD70,9 miliar, sehingga menggeser Coca-Cola dari lima besar. Nilai merek Coca-Cola turun 2% menjadi hanya USD57,3 miliar. Brand yang juga mengalami lompatan paling besar adalah Netflix dengan nilai USD11,5 miliar atau naik 35% dan Paypal (USD7,5 miliar, naik 33%).
Netflix mendapatkan kenaikan pelanggan dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir sebanyak 125 juta. Adapun pelanggan PayPal mencapai 237 juta pada tahun ini atau meningkat 43% dibandingkan 2015. Berdasarkan penilaian majalah ter sebut, lima brand teknologi melakukan penge masan brand yang baik dibanding kan perusahaan lain. Berdasarkan penghitungan majalah berbasis di Amerika Serikat(AS) itu, nilai merek-merek tersebut mencapai USD586 miliar (Rp8.253,5 triliun) atau naik 20% dibandingkan tahun lalu. Perusahaan dengan brand paling berharga adalah Apple dengan nilai mencapai USD182,8 miliar (Rp2.574,6 triliun) dan naik 8%.
Hanya Apple yang memiliki penggemar loyal dan mampu menjual ponsel senilai USD999 (Rp14 juta) dan terjual hingga 29 juta unit hanya dalam waktu dua bulan. Dalam analisis Canalys, itu dilakukan Apple pada akhir 2017. “Hampir seperempat ponsel Apple terjual laris manis di China. Itu membuat Apple mampu menjangkau pasar secara global,” demikian tulis Forbes.
Meskipun ada prediksi turun dan naik penjualan di China, Apple mengumumkan pertumbuhan 21% di negara paling padat di dunia itu. Samsung Electronics sebenarnya menjual lebih banyak ponsel dibandingkan Apple selama kuartal keempat pada 2017. Tapi, firma Wall Street Canaccord Genuity memperkirakan Apple menangkap 87% keuntungan industri ponsel pintar dan itu disebabkan karena iPhone X.
Dikarenakan disparitas keuntungan yang merefleksikan nilai brand, Apple mendapatkan keuntungan empat kali lipat dibandingkan Samsung. Peringkat kedua adalah Google yang menjadi brand yang kuat dengan nilai USD132,1 miliar (1.860,5 triliun) dan naik 30%. Induk perusahaan Google, Alphabet, juga bermain di sektor teknologi rumahan, mobil otonom, dan penelitian lain. Mereka juga bermain di sektor lain yang menguras banyak uang. “Google bersaing dengan mesin pencari lain, yakni Yahoo, Baidu, dan Bing milik Microsoft. Tapi, Google mampu menguasai 80% pasar mesin pencari di seluruh dunia,” tulis Forbes.
Brand teknologi lain yang masuk dalam lima besar adalah Microsoft (USD104,8 miliar atau 1.476 triliun, naik 21%), Facebook (USD94,8 miliar atau Rp1.335,21 triliun, naik 29%) dan Amazon (USD70,9 miliar atau Rp998,59 triliun, naik 31%). Kelima brand itu bukan ha nya terkenal di Amerika Serikat (AS), tetapi sudah dikenal di seluruh dunia.
Keberhasilan Amazon menga lahkan Coca-Cola sebagai brand paling bernilai sejalan dengan kemajuan teknologi internet di mana Amazon bermain di era ini. Amazon kini menjadi raksasa ritel online dengan kapitalisasi pasar mencapai USD427 miliar pada Mei 2017.
Sementara kapitalisasi pasar Coca-cola hanya USD182,9 miliar pada periode yang sama. Padahal, brand Coca-Cola mewakili 45% total penjualan minuman kemasan yang mampu terjual 13 miliar kaleng tahun lalu. Perubahan kebiasaan minum global juga berdampak pada Coca-Cola.Tapi, brand itu tetap kuat ketika berbicara minuman mengandung gula. Forbes mengevaluasi lebih dari 200 brand global untuk menentukan 100 brand paling berharga. Syarat utama brand tersebut harus hadir di AS. Tapi, brand dari China yang berpe ngaruh adalah Alibaba dan Tencent. Kemudian brand produk lain yang masuk 100 besar adalah Gillette dari Procter & Gamble.
Forbes menilai brand tersebut selama tiga tahun dalam hal pendapatan dan persentase pendapatan berdasarkan peran brand di masing-masing industri. 100 brand paling berharga itu memiliki nilai akumulasi mencapai USD2,15 triliun atau naik 10% dibandingkan setahun lalu. Nilai brand itu sangat bervariasi, misalnya Apple dengan USD200 miliar dan nomor 100 adalah KFC dengan USD7,4 miliar.
Rata-rata nilai brand itu mengalami kenaikan. Brand perusahaan teknologi selalu menduduki peringkat paling kuat. Sebanyak 20% dari 100 brand yang paling bergengsi berasal dari sektor ini, termasuk lima besar. Kemudian, sektor pe layanan keuangan yang dipimpin Visa (USD24,5 miliar).
Sektor automotif memiliki 12 brand dengan Toyota menduduki peringkat kesembilan dengan nilai USD44,7 miliar. 100 brand global yang masuk dalam daftar Forbes berasal dari 16 negara. AS mendominasi dengan 54 brand—turun dari 56 brand pada tahun lalu. Jerman memiliki 12 brand, kemudian Prancis dan Jepang memiliki 7 brand. (Andika Hendra)
Apple (ponsel dan komputer), Google (mesin pencari), Microsoft (peranti lunak), Facebook (media sosial), dan Amazon (ritel) masuk dalam deretan nilai dengan brand yang kuat pada produk dan layanan. Merek-merek itu bisa mendominasi karena pengaruh nilai dan harga dari brand yang mereka miliki. Amazon menjadi salah satu brand yang nilainya meningkat signifikan dalam setahun terakhir.
Berdasarkan daftar Forbes, nilai perusahaan yang didirikan Jeff Bezos itu melonjak 31% menjadi USD70,9 miliar, sehingga menggeser Coca-Cola dari lima besar. Nilai merek Coca-Cola turun 2% menjadi hanya USD57,3 miliar. Brand yang juga mengalami lompatan paling besar adalah Netflix dengan nilai USD11,5 miliar atau naik 35% dan Paypal (USD7,5 miliar, naik 33%).
Netflix mendapatkan kenaikan pelanggan dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir sebanyak 125 juta. Adapun pelanggan PayPal mencapai 237 juta pada tahun ini atau meningkat 43% dibandingkan 2015. Berdasarkan penilaian majalah ter sebut, lima brand teknologi melakukan penge masan brand yang baik dibanding kan perusahaan lain. Berdasarkan penghitungan majalah berbasis di Amerika Serikat(AS) itu, nilai merek-merek tersebut mencapai USD586 miliar (Rp8.253,5 triliun) atau naik 20% dibandingkan tahun lalu. Perusahaan dengan brand paling berharga adalah Apple dengan nilai mencapai USD182,8 miliar (Rp2.574,6 triliun) dan naik 8%.
Hanya Apple yang memiliki penggemar loyal dan mampu menjual ponsel senilai USD999 (Rp14 juta) dan terjual hingga 29 juta unit hanya dalam waktu dua bulan. Dalam analisis Canalys, itu dilakukan Apple pada akhir 2017. “Hampir seperempat ponsel Apple terjual laris manis di China. Itu membuat Apple mampu menjangkau pasar secara global,” demikian tulis Forbes.
Meskipun ada prediksi turun dan naik penjualan di China, Apple mengumumkan pertumbuhan 21% di negara paling padat di dunia itu. Samsung Electronics sebenarnya menjual lebih banyak ponsel dibandingkan Apple selama kuartal keempat pada 2017. Tapi, firma Wall Street Canaccord Genuity memperkirakan Apple menangkap 87% keuntungan industri ponsel pintar dan itu disebabkan karena iPhone X.
Dikarenakan disparitas keuntungan yang merefleksikan nilai brand, Apple mendapatkan keuntungan empat kali lipat dibandingkan Samsung. Peringkat kedua adalah Google yang menjadi brand yang kuat dengan nilai USD132,1 miliar (1.860,5 triliun) dan naik 30%. Induk perusahaan Google, Alphabet, juga bermain di sektor teknologi rumahan, mobil otonom, dan penelitian lain. Mereka juga bermain di sektor lain yang menguras banyak uang. “Google bersaing dengan mesin pencari lain, yakni Yahoo, Baidu, dan Bing milik Microsoft. Tapi, Google mampu menguasai 80% pasar mesin pencari di seluruh dunia,” tulis Forbes.
Brand teknologi lain yang masuk dalam lima besar adalah Microsoft (USD104,8 miliar atau 1.476 triliun, naik 21%), Facebook (USD94,8 miliar atau Rp1.335,21 triliun, naik 29%) dan Amazon (USD70,9 miliar atau Rp998,59 triliun, naik 31%). Kelima brand itu bukan ha nya terkenal di Amerika Serikat (AS), tetapi sudah dikenal di seluruh dunia.
Keberhasilan Amazon menga lahkan Coca-Cola sebagai brand paling bernilai sejalan dengan kemajuan teknologi internet di mana Amazon bermain di era ini. Amazon kini menjadi raksasa ritel online dengan kapitalisasi pasar mencapai USD427 miliar pada Mei 2017.
Sementara kapitalisasi pasar Coca-cola hanya USD182,9 miliar pada periode yang sama. Padahal, brand Coca-Cola mewakili 45% total penjualan minuman kemasan yang mampu terjual 13 miliar kaleng tahun lalu. Perubahan kebiasaan minum global juga berdampak pada Coca-Cola.Tapi, brand itu tetap kuat ketika berbicara minuman mengandung gula. Forbes mengevaluasi lebih dari 200 brand global untuk menentukan 100 brand paling berharga. Syarat utama brand tersebut harus hadir di AS. Tapi, brand dari China yang berpe ngaruh adalah Alibaba dan Tencent. Kemudian brand produk lain yang masuk 100 besar adalah Gillette dari Procter & Gamble.
Forbes menilai brand tersebut selama tiga tahun dalam hal pendapatan dan persentase pendapatan berdasarkan peran brand di masing-masing industri. 100 brand paling berharga itu memiliki nilai akumulasi mencapai USD2,15 triliun atau naik 10% dibandingkan setahun lalu. Nilai brand itu sangat bervariasi, misalnya Apple dengan USD200 miliar dan nomor 100 adalah KFC dengan USD7,4 miliar.
Rata-rata nilai brand itu mengalami kenaikan. Brand perusahaan teknologi selalu menduduki peringkat paling kuat. Sebanyak 20% dari 100 brand yang paling bergengsi berasal dari sektor ini, termasuk lima besar. Kemudian, sektor pe layanan keuangan yang dipimpin Visa (USD24,5 miliar).
Sektor automotif memiliki 12 brand dengan Toyota menduduki peringkat kesembilan dengan nilai USD44,7 miliar. 100 brand global yang masuk dalam daftar Forbes berasal dari 16 negara. AS mendominasi dengan 54 brand—turun dari 56 brand pada tahun lalu. Jerman memiliki 12 brand, kemudian Prancis dan Jepang memiliki 7 brand. (Andika Hendra)
(nfl)