Indonesia Target Jadi Pusat Teknologi Digital

Selasa, 17 April 2018 - 11:00 WIB
Indonesia Target Jadi Pusat Teknologi Digital
Indonesia Target Jadi Pusat Teknologi Digital
A A A
JAKARTA - Apple Inc dipastikan menginjakkan kaki secara langsung di Indonesia. Perusahaan teknologi informasi (TI) raksasa asal Amerika Serikat itu tengah membuka pusat inovasi yang akan bertempat di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang.

Kehadiran Apple Innovation Center di Tanah Air ini merupakan ketiga di dunia setelah di Brasil dan Italia. Bersaman dengan di Indonesia, perusahaan yang berbasis di Silicon Valley, Cupertino, California juga tengah membangun kantor yang sama di India dan China. Dengan demikian, keberadaan Apple Innovation Center ini merupakan pertama kali di Asia Tenggara.

Kepastian ini disampaikan Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto dalam diskusi Forum Merdeka Barat di Jakarta kemarin. Dia menyambut gembira hadirnya Apple karena akan mendorong Indonesia menjadi pemain kunci di wilayah Asia saat implementasi revolusi industri generasi keempat (Industri 4.0).

Keberadaan Apple Innovation Center juga diharapkan bisa mendorong terwujudnya ambisi Indonesia sebagai the next digital hub dunia. Adapun bagi Apple, investasi dalam bidang peranti lunak dan riset ini tak lain dari upaya Apple memenuhi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sehingga bisa menjual produk mereka di Indonesia. “Apple ini kan terus melakukan ino vasi. Kita undang dan mereka akan membangun cabangnya di BSD, di mana kalau satu sudah berjalan mereka (Apple) akan bangun tiga center lagi,” ungkapnya.

Rencananya, untuk membangun Apple Innovation Center, Apple akan menggelontorkan dana USD44 juta atau sekitar Rp585miliar, sedangkan untuk kebutuhan sumber daya manusia(SDM)-nya Apple akan merekrut 400 orang. Sebelumnya, Staf Ahli Menteri Perindustrian Sanny Iskandar seusai menemui perwakilan Apple Asia Pasifik (30/3) lalu, mengungkapkan rencana pembangunan Apple Innovation Center akan dimulai dengan menyewa kantor di Green Office Park 9 yang terletak di BSD.

Green Park Office 9 sebagai pusat riset Apple hanya bersifat sementara, karena Apple sedang berencana menempati pusat risetnya sendiri di kawasan digital hub yang masih dibangun saat ini.

Diperkirakan akhir kuartal dua tahun ini pusat riset Apple di Green Office Park sudah mulai beroperasi. Sebagai informasi, Sinar mas Land akan membangun kawasan Silicon Valley Indonesia yang akan ditempati berbagai perusahaan teknologi informatika.

Digital Hub akan memiliki data center dan dilengkapi jaringan fiber optic (jaringan internet super cepat). Kawasan digital hub ini dibangun di kawasan seluas 25,86 hektare. Kawasan akan diisi sembilan gedung perkantoran dan satu area khusus restoran. Proses pembangunan kawasan digital hub sudah dilakukan sejak kuartal II-2017 lalu, pengerjaan dan pengembangan proyek di kawasan tersebut ditargetkan selesai dalam waktu 15 tahun.

Sebagai konsultan, Sinarmas Land menggandeng konsultan arsitek asal AS, NBBJ, yang berpengalaman merancang sejumlah kantor perusahaan yang berbasis teknologi, seperti Microsoft, Amazon, dan kantor pusat Samsung di Silicon Valley.

Seperti disampaikan Group CEO Sinarmas Land Michael Widjaja kepada wartawan saat kegiatan ground breaking, sejumlah perusahaan raksasa di bidang IT berencana berkantor di “Silicon Valley” Indonesia itu. Perusahaan raksasa dimaksud antara lain Huawei, Apple Research and Development Center, MyRepublic, Sale Stock, Orami, Evhive, Purwadhika, Geeks Farm, dan Plug and Play.

Untuk diketahui, Apple segera membangun delapan pusat research and development (R&D) di kota-kota besar di Asia. Secara rinci akan ada 4 R&D di China, 1 R&D di India, dan 3 R&D di Indonesia. Selain di China, India, dan Indonesia, Apple juga telah membuka atau segera membuka pusat R&D di Israel, Jepang, Prancis, Swedia, dan Inggris. Langkah membuka sejum lah pusat R&D baru itu tak dapat dilepaskan dari kebijakan yang dibuat CEO Apple Tim Cook.

“Produk itu ada di R&D, ada investasi di sana untuk produk dan layanan yang sekarang belum ada atau pengembangan dari yang sudah ada. Jadi, saya tidak ingin bicara tentang perbedaannya, tapi Anda dapat melihat tingkat pertumbuhan dan kesimpulan bahwa di sana ada banyak yang kami lakukan melebihi produk-produk sekarang,“ papar CEO Apple Tim Cook. Sebelumnya, di era pendiri Apple Steve Jobs, perusahaan itu enggan membelanjakan banyak dana untuk R&D.

“Inovasi itu tidak terkait dengan berapa banyak dolar R&D yang Anda miliki,” kata Steve Jobs pada 1998. Namun, kini Apple telah berubah di era Tim Cook.

Untuk China saja, Apple telah berkomitmen investasi riset USD507,1 juta. Skala ini menunjukkan kekhawatiran Apple kehilangan pasar di China. Pasar China memang tidak dapat diabaikan Apple. Pada 2015, Asia saja mencakup 38,3% dari total pendapatan Apple, dengan China memiliki porsi hingga 25,1%. Dari semua produknya, iPhone menjadi penghasil uang sebenarnya, membukukan 66,3% penjualan Apple pada 2015. Memasuki pasar baru di Asia memang tak pernah mudah.

Bagi perusahaan multinasional seperti Apple, tujuan itu me mer lukan banyak kekuatan lokal. “Apa yang diinginkan Apple ialah keterkaitan konstruktif,” papar pengamat Apple, Mark Hibben, di Seeking Alpha yang menjelaskan alasan Apple membuka banyak pusat R&D di berbagai negara. Bagi Apple, riset menjadi persoalan penting.

Pada 2016, Apple mengeluarkan USD10 miliar untuk R&D dan berada pada peringkat sembilan di antara beberapa perusahaan dunia yang mengeluarkan dana riset terbesar di dunia. Saat itu Apple masih berada di bawah perusahaan lain seperti Amazon, Samsung, Alphabet, Intel, dan Microsoft.

Dana riset Apple saat ini sekitar 5% dari pendapatan, naik dari satu dekade sebelumnya. Biasanya para pembelanja riset terbesar mengalokasikan sekitar 8% dan 22% pen dapat annya untuk R&D. “Meski demikian, dalam arah yang ada sekarang, Apple akan menjadi pembelanja R&D terbesar di dunia dalam beberapa tahun terakhir,” ungkap pengamat Apple, Neil Cybart, di Above Avalon. Cybart memperkirakan Apple akan mengucurkan lebih banyak anggaran pada kuartal sekarang dibandingkan kuartal sebelumnya.

Sebelumnya, anggaran Apple untuk R&D pada 2013 sebesar USD4,77 miliar, 2014 sebesar USD6,61 miliar, 2015 sebesar USD8,58 miliar, dan 2016 sebesar USD10,39 miliar. “Dana riset bisa mencapai USD14 miliar pada fiskal 2018, dua kali dari belanja mereka empat tahun lalu,” paparnya.

Optimistis Jadi Pemain Kunci
Menperin Airlangga Hartarto optimistis Indonesia akan menjadi pemain kunci di Asia dalam implementasi Industri 4.0. Optimisme ini karena besarnya pasar dan banyaknya talenta atau tenaga kerja terampil di negeri ini.

“Kita punya modal generasi milenial yang booming sehingga akan memainkan peranan penting. Kemudian, kita lihat juga pengguna internet di Indonesia yang mana Industri 4.0 ini men jadi era internet of things. Jadi ini kesempatan, tinggal bagaimana kita menyiapkan itu ke depan,” ujar dia.

Airlangga menyadari, agar bisa menjadi salah satu pusat teknologi digital, pemenuhan tenaga kerja terdidik sudah harus dilakukan sejak sekarang. Untuk itulah pemerintah menyiapkan sumber daya manusia berkualitas dan siap pakai melalui pendidikan vokasi yang saat ini terus digenjot.

Selain itu, pemerintah juga akan menarik pulang tenaga ahli yang berada di luar negeri untuk membantu menyumbang tenaganya guna mengem bangkan sektor industri di Indonesia. Program inkubasi startup lewat kerja sama perusahaan luar dan dalam negeri menjadi salah satu cara memulangkan pekerja asal Indonesia dari luar.

Untuk implementasi Industri 4.0, Kemenperin telah menyiapkan lima sektor industri akan menjadi percontohan. Kelima sektor tersebut meliputi industri automotif, makanan dan minuman, tekstil, elektronik, serta kimia. Kelima industri ini merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Sebelumnya, Indonesia telah meluncurkan Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap atau peta jalan mengenai strategi Indonesia dalam implementasi memasuki Industri4.0. Roadmap tersebut telah menjadi agenda nasional dengan Kemenperin sebagai leading sector.

Presiden Joko Widodo mengatakan, revolusi Industri 4.0 merupakan sebuah keniscayaan yang apabila tidak dilakukan maka Indonesia akan tertinggal dalam persaingan global. Banyak negara maju dan berkembang yang sudah mengimplementasikan Industri 4.0 sebagai salah satu senjata untuk meningkatkan daya saing.

Jokowi meyakini revolusi Industri 4.0 akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru daripada jumlah lapangan kerja yang hilang. Presiden menepis hasil penelitian Lembaga Riset Internasional, McKinsey Global Institute, yang memprediksi bahwa 800 juta orang di dunia akan kehilangan mata pencarian pada 2030 karena pekerjaan mereka digantikan oleh robot.

Dari roadmap implementasi Industri 4.0, pemerintah memiliki sejumlah aspirasi atau target yang akan dicapai, yaitu Indonesia menjadi 10 besar ekonomi pada 2030 dan mengembalikan angka net export industri 10%. Adapun lima teknologi utama yang menopang implementasi Industri 4.0 yaitu internet of things, artificial intelligence, humanmachine interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D printing bakal membuat Indonesia akan lebih maju dan kreatif.

Vice Director Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, upaya pemerintah dengan mendorong perwujudan ke arah revolusi Industri 4.0 melalui perbaikan mutu SDM merupakan langkah tepat.

“Industri ini membutuhkan SDM lebih ke arah keterampilan dan keahlian, di sisi lain juga kemampuan dari kreativitas dan daya imajinasinya, karena yang sifatnya keterampilan teknis akan dilakukan robotik atau otomatisasi,” kata Eko saat dihubungi KORAN SINDO di Jakarta tadi malam.

Meski demikian, menurut dia, dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung infrastruktur telekomunikasi untuk menghadapi revolusi Industri 4.0. Pasalnya, industri ini ke depan akan berbasis internet of things Di sisi lain, daya saing Indonesia dari sisi telekomunikasi masih jauh tertinggal dibandingkan negara lain di ASEAN. (Ichsan Amin/Syarifudin)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0518 seconds (0.1#10.140)