Terapkan Aturan Lima Menit, Kunci Sukses Pendiri Instagram

Selasa, 27 Februari 2018 - 14:00 WIB
Terapkan Aturan Lima...
Terapkan Aturan Lima Menit, Kunci Sukses Pendiri Instagram
A A A
INGIN sukses seperti Kevin Systrom? Pendiri Instagram ini tidak pelit ilmu untuk membagi resepnya, terutama dalam melakukan berbagai pekerjaan setiap hari. Menurut Systrom, dia adalah orang yang menjalankan apa yang disebut "aturan lima menit".

"Jika Anda tidak sedang ingin melakukan suatu pekerjaan, buat kesepakatan dengan diri Anda setidaknya lima menit. Maksudnya, setelah melakukannya lima menit, ujung-ujungnya Anda akan selesai melakukan semuanya," ungkap Systrom.

Tips tersebut efektif bagi mereka yang suka menunda-nunda pekerjaan karena malas. Malas pun bisa banyak alasannya, misalnya pekerjaan yang dilakukan terlalu banyak, tidak mood, atau tidak menyukai suatu pekerjaan tertentu. "Kita menunda-nunda pekerjaan untuk berbagai alasan; kecemasan, perfeksionisme, kurangnya motivasi, rasa bersalah, dan masih banyak lagi," ucapnya.

Biasanya Systrom akan memilih tugas tertentu dan berjanji untuk mengerjakannya selama lima menit saja. "Jangan tanyakan apa yang bisa dilakukan atau apa yang bisa selesai dalam lima menit," katanya.

Memang banyak orang yang memilih menunda karena takut akan tugas besar yang memakan waktu berjam-jam untuk menyelesaikannya. Namun sebenarnya, menurut Systrom, justru mulai melakukan tugas kecil itu adalah hambatan terbesarnya. Bahkan, tugas yang mungkin kelihatannya akan besar justru bisa dikerjakan dalam puluhan menit saja. "Anda malah tidak ingin berhenti mengerjakannya," ujarnya.

(Baca Juga: Kevin Systrom, Si Bapak Instagram
Bantah Meniru Snapchat
Kevin Systrom mendapat sorotan, terutama dari pendiri Snapchat, Evan Spiegel, yang secara tidak langsung menuduhnya mencontek fitur Snapchat di Instagram. Fitur tersebut yakni Instagram Stories yang ternyata sangat sukses, bahkan sekarang lebih banyak digunakan daripada Snapchat.

Menanggapi hal tersebut, Systrom justru menanggapinya dengan santai. Menurutnya, itu hanyalah respons natural kompetisi. Fitur Instagram diluncurkan tidak lama setelah Snapchat melakukan IPO. Instagram Stories adalah fitur untuk mengunggah foto dan video individual untuk merangkum momen singkat.

Stories disebut mencontek habis-habisan fitur Snapchat Stories, termasuk di dalamnya filter wajah dan kemampuan membuat tulisan yang keren. Systrom mengakui bahwa Stories memang mirip Snapchat. Namun, dia melihatnya bukan sebagai contekan, melainkan membandingkan dua mobil dengan kelas sama yang dirilis pabrikan berbeda.

"Bayangkan jika hanya ada satu tipe mobil di dunia, misalnya Ford model T. Saya tentu bahagia ada banyak pabrikan yang memproduksi mobil yang berbeda. Hanya karena punya roda, jendela, dan AC, tidak berarti Anda mencontek," kata Systrom.

Menurutnya, Stories juga harus dinilai dari seberapa populer fitur tersebut dari para pengguna Instagram. Saat ini Stories memiliki 200 juta pengguna aktif bulanan atau sepertiga dari 600 juta total pengguna Instagram. Sebagai perbandingan, Snapchat hanya memiliki 166 juta pengguna aktif bulanan. Systrom juga menyebut bahwa hanya sebagian kecil dari tim Instagram yang sejumlah 700-an orang itu mengerjakan Stories.

Systrom juga mengatakan bahwa Instagram berupaya agar fitur mereka dapat diakses di negara-negara berkembang yang tidak memiliki akses terhadap ponsel mahal dan data untuk melihat video atau foto. Sebaliknya, Snapchat mengatakan bahwa aplikasi mereka bekerja dengan baik di kawasan yang memiliki koneksi data tinggi dan kuat, sehingga tidak diharapkan tumbuh di area yang tidak memiliki banyak pengguna smartphone.

Terlalu Cepat Diakuisisi Facebook?
Kevin Systrom memiliki karier yang lancar dan cemerlang. Bahkan, karena terlalu cepat sukses, orang malah menyayangkan mengapa dia menjual Instagram terlalu cepat kepada Facebook.

CEO Facebook Mark Zuckerberg membeli Instagram pada 2012 senilai USD1 miliar. Dengan pertumbuhan pengguna Instagram yang luar biasa, kesepakatan tersebut disebut yang paling cerdas dan paling beruntung yang pernah dieksekusi di Silicon Valley. Menurut Wall Street, Instagram diperkirakan akan menghasilkan pendapatan setidaknya USD4 miliar tahun ini.

Menjawab kritikan tersebut, Systrom menyebut, pihaknya menikmati banyak sekali keuntungan berada di bawah Facebook. Infrastruktur teknis Instagram pascaakuisisi berada di bawah Facebook. Instagram juga dapat dengan mudah mengadopsi product development dari Facebook, memangkas biaya R&D.

Contohnya, Instagram merilis video live streaming hanya dengan 10 orang menggunakan system back end sama yang diadopsi Facebook Live yang dibangun 100 orang. Kedua perusahaan itu juga mengoperasikan sistem beriklan dalam platform yang sama. "Facebook sangat sukses dan Instagram tumbuh di sampingnya, mengadopsi langsung dari teknologi mereka," ungkapnya.

Industri influencer-marketing di Instagram diperkirakan mencapai USD1 miliar pada 2017 dan mencapai USD2 miliar pada 2019, menurut digital agency Mediakix. Instagram diperkirakan mendapat revenue USD4 miliar tahun ini, dua kali lipat dibanding 2017.

Ingatkan Bahaya Sindrom Kesuksesan

Kevin Systrom mendapatkan sukses dalam waktu relatif instan. Dua tahun setelah dia meluncurkan Instagram pada 2010, Facebook mengakuisisi perusahaan tersebut senilai USD1 miliar. Sekarang, cofounder dan CEO aplikasi tersebut memiliki kekayaan USD1,5 miliar.

Ternyata bagi Systrom, sukses instan bisa menjadi sesuatu yang berbahaya. "Yang saya pelajari, Anda memiliki jendela relevansi. Jika Anda tidak berubah dan menemukan diri Anda lagi di jendela relevansi itu, Anda akan mati," katanya. "Saya menyebutnya sindrom sukses. Ketika Anda sukses, Anda terus melakukan hal-hal yang membuat Anda sukses, berpikir Anda akan semakin sukses pada masa depan. Padahal, perubahan itu cepat," tambahnya.

Karena itu, sebut Systrom, orang akan terus-menerus mencari cara untuk memperbaiki dan mengedukasi diri mereka, walau sudah sangat sukses dan sangat kaya. Dia mencontohkan miliuner Richard Branson yang merasa bahwa dia belum mencapai puncak. "Seperti orang-orang sukses di dunia, mereka akan terus mendorong diri mereka keluar dari comfort zones atau nanti akan terperangkap sindrom sukses," bebernya.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1668 seconds (0.1#10.140)