Jakarta Paling Sering Muncul di Instagram

Rabu, 27 Desember 2017 - 07:30 WIB
Jakarta Paling Sering...
Jakarta Paling Sering Muncul di Instagram
A A A
JAKARTA - Kota Jakarta menjadi salah satu kota yang paling popular dijadikan lokasi berfoto, baik selfie ataupun fotografi, dan diunggah ke Instagram pada 2017.

Jakarta merupakan satu-satunya kota di Asia yang ada di urutan delapan pada daftar kota paling sering muncul di Instagram. Kota lainnya yang masuk 10 besar dalam kategori ini ialah New York di urutan pertama, kemudian Moskow, London, Sao Paulo, Paris, Los Angeles, Saint Petersburg, Istanbul, dan Barcelona.

Hal itu diungkapkan Instagram saat merilis momen terbaik komunitas Instagram 2017 pada akhir November silam. Ranking yang dikeluarkan disusun berdasarkan jumlah geo-tagged. Namun, di dalam laporannya, Instagram tidak memaparkannya secara jelas dan rinci sehingga tidak diketahui berapa geo-tagged Jakarta.

Meski demikian, dengan jumlah pengguna aktif mencapai 45 juta per bulan pada Juli lalu, capaian itu tidak mustahil. Secara umum, berdasarkan Statista, jumlah pengguna media sosial di Indonesia pada 2017 mencapai 96 juta dan diproyeksikan bisa mencapai 125 juta pada 2022. Sebagian besar pengguna adalah anak remaja.

Kota-kota yang masuk dalam deretan most instagrammed 2017 ini bisa menjadi modal untuk para pelaku wisata menarik pengunjung. Apalagi di kota-kota tersebut memiliki ikon yang sangat Instagramable dan menjadi pavorit wisatawan untuk berfoto.

Sebut saja di New York, yang punya Time Square, Central Park atau Brooklyn Bridge. Atau di Paris dengan menara Eiffel-nya yang sangat terkenal dan Museum Louvre-nya yang sarat dengan karya-karya artistik.

Tidak hanya urusan pelesir, Instagram juga banyak dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis untuk meningkatkan penjualannya. Berdasarkan catatan Instagram saat ini terdapat 25 juta komunitas bisnis yang memanfaatkan media sosial yang memiliki 800 juta pengguna itu.

“Dua pertiga dari pengunjung Instagram adalah untuk kepentingan bisnis kendati mereka memiliki bisnis sendiri,” ujar Instagram dalam keterangannya dikutip dari instagram-press.com.

Sementara, travelandleisure.com melaporkan, kemunculan Instagram telah mendorong calon wisatawan untuk mencari referensi tempat wisata melalui media sosial tersebut. Tren tersebut menggeser kebiasaan beberapa tahun lalu di kala para turis mencari referensi tempat wisata melalui buku maupun buku maupun film.

New York dinilai pantas menempati posisi teratas mengingat penetrasi internet di ibu kota Amerika Serikat (AS) itu sudah 100%. Sampai Juni 2017, jumlah pengguna internet di kota itu mencapai 81,5% dari total 19,8 juta penduduk. Adapun di Indonesia sebesar 51%, ketujuh terbesar di Asia Tenggara setelah Vietnam dan Filipina.

Instagram menyatakan, kini jumlah penggunanya melampaui 800 juta, hampir 75% berasal dari luar AS. Saat dibeli Facebook senilai USD1 miliar pada 9 April 2012, Instagram hanya memiliki 30 juta pengguna, baik aktif atau pasif.

Sampai September 2015, Instagram belum membuka penayangan iklan, kecuali brand tertentu. Saat ini, jumlah pengiklan di Instagram mencapai satu juta. Pendapatan Instagram ditaksir mencapai USD4 miliar pada tahun ini, jauh lebih besar dibandingkan dengan 2015 yang mencapai USD595 juta. Pada 2019 nilainya diprediksi mencapai USD10 miliar.

Referensi Wisata
Di dalam negeri, sebuah survei yang dilakukan Frame A Trip mengungkapkan, wisatawan yang berkunjung ke Indonesia menjadikan Pulau Bali sebagai pilihan utama untuk destinasi foto yang diunggah di media sosial Instagram.

Perusahaan rintisan di bidang fotografi untuk berlibur (holiday photography) itu mencatat, terdapat tiga negara di Asia, yakni Indonesia, Jepang, dan Singapura mendominasi lima negara paling digemari untuk tujuan foto sambil berlibur.

"Secara lebih spesifik, Bali menduduki urutan pertama. Lalu diikuti Kota Paris, Tokyo, London, serta Kyoto yang menjadi lima kota destinasi berfoto paling favorit," ungkap pendiri Frame A Trip Dian Sastrowardoyo dalam keterangan tertulis di Jakarta kemarin.

Menteri Pariwisata Arief Yahya berpendapat, kegemaran wisatawan masa kini terutama anak-anak muda, yang suka berfoto dan mengunggahnya di media sosial (medsos), dipahami sebagai bagian dari era digital. Hal itu telah mengubah gaya hidup masyarakat, sehingga para pelaku usaha wisata terutama di daerah didorong untuk berlomba menciptakan destinasi wisata digital.

“Destinasi digital ini adalah destinasi yang dibuat atau didesain sesuai keinginan atau kebutuhan anak-anak muda jaman sekarang. Bahasa populernya itu destinasi yang instagramable, yang enak buat berfoto, sehingga bisa menjadi viral,” tuturnya.

Menurut Arief, anak-anak zaman sekarang, sekitar 70% eksis di dunia maya. Maka, dengan posisioning seperti itu diferensiasi di sektor wisata juga harus diarahkan lebih kepada destinasi digital.

Berdasarkan catatan Kementerian Pariwisata (Kemenpar), beberapa kreasi destinasi digital yang sudah melejit di dunia maya di antaranya Pasar Karetan di Kendal, Rumah Baba Boentjit di Palembang, dan Pasar Siti Nurbaya di Padang. Untuk tahun depan, Kemenpar menargetkan 100 destinasi digital dari berbagai daerah.

Muncul Destinasi Baru
Pesatnya perkembangan teknologi ponsel berkamera yang berpadu dengan tren media sosial tak dimungkiri memunculkan kegemaran orang untuk berfoto dan mengunggahnya di medsos agar diketahui orang banyak. Berwisata pun menjadi tidak afdol tanpa berfoto bersama ataupun berswa-foto (selfie). Pengelola objek wisata pun menangkap kebutuhan para wisatawan dengan menyediakan spot atau titik-titik khusus yang menarik untuk berfoto.

Contohnya, objek wisata alam Kalibiru di Kulonprogo, Yogyakarta, menyediakan sekurangnya tujuh titik bagi wisatawan untuk berfoto di ketinggian 450 mdpl dengan pemandangan indah waduk Sermo dan lanskap kabupaten Kulonprogo. Kunjungan wisatawan ke objek wisata yang dikelola masyarakat setempat itu pun membludak hingga harus antre 2-3 jam untuk bisa berfoto di titik terbaik.

“Pada 2016 kunjungan wisatawan sebanyak 443.070 orang. Pernah dalam sehari jumlah pengunjung mencapai 7.500 orang,” sebut Sudadi, salah seorang pengelola warga Kulonprogo.

Menurut dia, wisatawan tidak hanya datang dari daerah di Indonesia melainkan juga mancanegara. Antara lain Malaysia, Singapura dan India.

“Wisman yang datang ke sini sudah dari 14 negara. Jumlah wisman rata-rata 40% dari jumlah pengunjung per hari,” ungkapnya.

Kabupaten Kuningan di Jawa Barat juga punya destinasi instagramable yang sedang naik daun yaitu Jurang Landung di Kecamatan Cigugur. Objek wisata yang berdekatan dengan air terjun atau Curug Putri ini sejak tujuh bulan lalu menawarkan fasilitas berfoto yang sangat menarik, mulai berfoto diatas permadani “melayang”, berfoto di balon udara, hingga main ayunan di ketinggian lalu difoto dengan kamera drone dari atas. Tarif untuk setiap titik foto cukup terjangkau yaitu Rp20.000 per orang.

Bali Tetap Diandalkan
Arief Yahya mengatakan, hingga saat ini Bali masih menjadi destinasi wisata utama di Indonesia, dan menyumbang 40% dari total kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia. Dia menyebut, jumlah kunjungan wisman ke Bali periode Januari-Oktober 2017 sudah lebih dari 5 juta wisman. Tahun ini pemerintah menargetkan kunjungan wisman ke Bali melampaui angka 6 juta wisman. Akan tetapi, targe tersebut diperkirakan meleset karena terdampak erupsi Gunung Agung di penghujung tahun ini. Untuk itu, Pemerintah bersama industri pariwisata bersinergi untuk memulihkan pariwisata Bali.

“Tahun 2018 target 17 juta wisman seharusnya aman (tercapai), tapi Bali harus dipulihkan,” ujar Arief di sela-sela Jumpa Pers Akhir Tahun 2017 di Jakarta, pekan lalu.

Guna membantu pemulihan Bali, ungkap Arief, Kemenpar mengalokasikan Rp100 miliar untuk tiga bulan ke depan. Dana tersebut akan digunakan antara lain untuk menyubsidi program diskon paket wisata “Hot Deals” untuk destinasi Bali. Sebelumnya, program ini sudah dijalankan di Batam dan Bintan, Kepulauan Riau, dengan sasaran menarik kunjungan wisman asal Singapura dan Malaysia.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Asnawi Bahar sepakat, untuk mengoptimalkan potensi domestik yaitu mendorong wisatawan nusantara (wisnus) untuk ke Bali sehingga pariwisata Bali tetap hidup dan menggeliat. “Kami mendorong gerakan Ayo ke Bali dan akan memanfaatkan program Hot Deals yang telah disepakati bersama Kemenpar, dan tentunya perlu didukung juga oleh maskapai penerbangan supaya bisa konkret,” tuturnya. (Muh Shamil/Inda Susanti/Sindonews)
(nfl)
Copyright ©2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0813 seconds (0.1#10.24)