Membangkitkan Industri Startup Nasional

Senin, 18 Desember 2017 - 21:12 WIB
Membangkitkan Industri Startup Nasional
Membangkitkan Industri Startup Nasional
A A A
JAKARTA - Era digital tidak dimungkiri banyak membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat. Bukan hanya mengubah perilaku masyarakat, melainkan juga merambah pada perubahan ekonomi. Salah satunya, muncul bisnis-bisnis rintisan atau startup di Tanah Air.

Hal ini ditunjukkan dengan hasil riset lembaga riset Centre for Human Genetic Research (CHGR) yang memprediksi bahwa bisnis startup Indonesia akan bertumbuh 6,5 kali lipat pada 2020. Estimasinya akan ada 13.000 usaha rintisan yang berjalan pada tahun tersebut. Saat ini (menurut CHGR) angka bisnis startup di Indonesia telah mencapai 2.000 dan termasuk yang tertinggi di kawasan regional. Pertumbuhan ini didorong oleh banyak hal, dari transformasi digital publik, arus investasi, hingga dukungan pemerintah.

Transformasi digital di Indonesia sendiri trennya terus meningkat. Dari catatan IDC, tahun ini terjadi peningkatan 8,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Nilainya diperkirakan mencapai Rp214,4 triliun. Dan industri startup berkontribusi sekitar 13% dari nilai total tersebut. Transformasi hampir bisa dikatakan masif di semua lini bidang, mulai pendidikan, finansial, ekonomi, kesehatan, hingga pertanian sudah mulai tersentuh oleh penerapan teknologi terpadu. Pemerintah pun semakin gencar membuat program untuk menambah jumlah pengusaha rintisan di Indonesia.

Menristek Dikti Mohammad Nasir mengatakan, sejalan dengan kebijakan Kemenristek Dikti mengenai hilirisasi hasil riset, pihaknya selalu mendorong riset di perguruan tinggi tidak berhenti di publikasi atau perpustakaan saja. "Perguruan tinggi sebagai agent of economic development menjadi harapan bangsa dalam menghasilkan inovasi berbasis teknologi yang dapat memberi manfaat langsung bagi masyarakat serta dapat membangun jiwa entrepreneurship di kalangan dosen dan mahasiswa," ungkapnya.

Skema yang diberikan oleh Kemenristek Dikti untuk membangun startup company salah satunya melalui program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT). Melalui program ini, pemerintah memberikan bantuan pendanaan kepada startup company yang fokus pada sembilan riset nasional, yakni pangan, kesehatan dan obat, energi, transportasi, TIK, hankam, material maju dan bahan baku, serta maritim. Jumlah startup yang mendapatkan pendanaan sejak 2015 terus mengalami peningkatan. Pada 2015 ada 54 startup yang mendapat suntikan dana. Pada 2016 naik menjadi 205 dan pada tahun ini mencapai 661.

Lalu bagaimana untuk menjembatani bisnis startup yang banyak digagas perguruan tinggi dengan industri? Menteri menjawab, pertama ada business gathering dan Pameran Inovasi Inovator Indonesia Expo yang sudah digelar sejak 2015. Dua program ini bertujuan menghubungkan startup company, pelaku industri, dan investor. "Kami mengirimkan 15 startup company yang sudah didanai untuk menimba ilmu bisnis di luar negeri selama dua minggu. Salah satu contoh program pelatihan bagi tenant ialah pelatihan di Inggris antara lain melalui Newton Fund Program," paparnya.

Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristek Dikti Djumain Appe mengatakan, Kemenristek Dikti memiliki komitmen dan perhatian besar terhadap tumbuh kembangnya perusahaan berbasis teknologi di Indonesia. Selain PPBT, ada juga program Inkubasi Teknologi sebagai upaya mendorong tumbuhnya perusahaan pemula berbasis teknologi (tenant) melalui proses inkubasi dan mempercepat proses komersialisasi hasil litbang nasional. Djumain menekankan pentingnya peranan penataan regulasi untuk menumbuhkembangkan perusahaan berbasis teknologi di Indonesia.

"Regulasi juga menjadi poin utama dalam mengembangkan sebuah produk untuk industri. Perlunya dalam program ini menghubungkan antara para inovator industri dan pengambil kebijakan regulator agar proses pengembangan inovasi industri bisa berjalan dengan baik," paparnya.

Djumain berbicara mengenai kendala startup di Tanah Air yang belum bisa berkembang sepenuhnya. Menurut dia, kendala pertama adalah para perintis ini belum melihat keunggulan dari produk yang diusung. Sebab, mereka hanya melakukan penelitian dari apa yang mereka inginkan saja. Padahal, letak keunggulan suatu startup adalah apakah produk itu bisa diaplikasikan ke masyarakat dan unggul dari segi harga.

Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri mengatakan, meski ada Balai Latihan Kerja (BLK) sebagai sarana pelatihan berbasis kompetensi, sampai saat ini belum ada BLK yang membuka secara khusus pelatihan menjadi pengusaha pemula. Kemenaker sudah menggagas agar BLK disesuaikan dengan kebutuhan generasi milenial. Seperti kejuruan IT yang melatih program animasi dan games di BLK Bekasi dan jurusan fashion design di BLK Semarang.

Secara khusus, Kemenaker saat ini sedang mengawal pembentukan regulasi untuk perlindungan para pekerja yang berada di perusahaan ekonomi digital. "Intinya, kami mau memastikan agar ada hubungan kerja yang jelas, dari pengupahan, jaminan sosial, hingga keselamatan dan kesehatan kerja. Sebab, hubungan kerja yang jelas berdampak pada terlindunginya hak dan kewajiban pekerja," tandasnya.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7278 seconds (0.1#10.140)