Aplikasi Digital Perlu Diregulasikan

Rabu, 29 November 2017 - 10:35 WIB
Aplikasi Digital Perlu...
Aplikasi Digital Perlu Diregulasikan
A A A
SINGAPURA - Aplikasi digital harus diatur agar tidak menjadi kontraproduktif terhadap lapangan pekerjaan di Indonesia. Bila perkembangan aplikasi digital tidak diatur maka bisa memangkas lapangan pekerjaan yang dibutuhkan masyarakat. Padahal, Indonesia mengalami bonus demografi di mana mayoritas penduduknya berusia muda, pertumbuhan penduduk pun cepat.

“Aplikasi digital membuat segalanya efisien. Perlu diregulasikan, populasi kita tumbuh cepat, kebutuhan pekerjaan terus meningkat,” tandas Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) saat menjadi pembicara kunci “The Might of Indonesia” di Asia TV Forum & Market (ATF) Leader’s Summit yang dihadiri para pemimpin media internasional di Singapura kemarin.

Menurut HT, aplikasi digital membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan tradisional. Sebagai contoh, portal belanja online cukup dioperasikan oleh kelompok kecil, sementara supermarket harus dioperasikan oleh banyak orang. Dalam beberapa tahun ke depan, lanjut HT, populasi Indonesia diperkirakan akan melampaui jumlah penduduk Amerika Serikat. Setiap tiga tahun, penduduk Indonesia bertambah 5 juta jiwa.

Karena itu, menurut Ketua Umum DPP Partai Perindo ini, aplikasi digital harus diatur agar jangan sam pai mengurangi lapangan kerja di Tanah Air, sebab dengan populasi yang besar maka Indonesia harus sebanyak-banyaknya menciptakan lapangan kerja.

Di sisi lain, infrastruktur internet harus dibangun di daerah-daerah. Dengan begitu, segala pekerjaan, arus informasi, hingga pendidikan di daerah akan berkembang lebih cepat dan efisien.

Dalam forum itu juga, HT memberikan wawasan kepada para pemimpin media di dunia dalammelihat Indonesia sebagai negara dengan populasi ter besar keempat di dunia. Menurut dia, industri media di Indonesia memiliki ruang pertumbuhan yang sangat besar, baik untuk media tradisional maupun digital. Di Indonesia, ungkapnya, media tradisional seperti televisi masih terus berkembang.

Meski audience share mencapai 90%, penetrasi pasarnya saat ini baru mencapai 70%. Masih menyisakan ruang tumbuh yang cukup besar bagi industri media. Mayoritas daerah di Indonesia memilih televisi untuk kebutuhan media mereka.

Sementara digital media di Indonesia saat ini dinikmati oleh kota-kota besar yang jumlahnya sekitar 10-20% dari 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. “Kita mengembangkan media tradisional dan digital. Industri media akan terus tumbuh di Indonesia, baik tradisional dan digital,” tutur HT.

Potensi Indonesia, lanjut HT, masih sangat besar. Dengan populasi 260 juta penduduk yang tumbuh lima juta setiap tiga tahun. Dengan mayoritas usia muda, memiliki konsumsi kuat.

“Tahun 2030, ekonomi Indonesia 10 kali lebih besar dari ekonomi Singapura hari ini,” ucapnya. MNC Group sendiri memiliki empat televisi nasional yaitu RCTI, MNC TV, GTV, dan iNews yang ditonton lebih dari 40% atau lebih dari 100 juta penduduk Indonesia.

Selain itu, ada TV langganan seperti Indovision, MNC Play dengan layanan internet, OTT, portal, user generated content (UGS), sosial media, radio, koran. MNC Group, ujarnya, telah membangun innovation centre untuk mengembangkan produk-produk digital. “Saya membangun innovation centre, memastikan kita berlari cepat dalam mengembangkan digital productv,” kata HT. HT juga menyatakan tidak memiliki rencana untuk maju dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Sebaliknya, HT mengaku akan lebih memilih untuk memberikan dukungan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) jika pria asal Solo itu kembali maju dalam pilpres mendatang. “Melihat konstelasi pada saat ini, saya pikir Presiden Jokowi akan mencalonkan diri lagi dan saya mendukungnya,” tandas HT seperti dilansir Reuters.

Ketika ditanya apakah dia akan turut maju dalam pilpres, HT menyatakan tidak akan maju. “Tidak, saya tidak berpikir begitu,” ujar dia. HT juga menyatakan bahwa iklim politik di Indonesia sejauh ini masih tetap stabil.

Namun, Indonesia membutuhkan seorang presiden yang berdiri di tengah semua orang. “Dia (Jokowi) adalah kandidat terkuat. Dia sangat moderat dan dia sangat nasionalis,” papar dia.

Sebagai mitra bisnis Donald Trump, HT percaya bahwa hubungannya dengan presiden Amerika Serikat (AS) itu dapat membantu hubungan antara dua negara dan dia tidak khawatir dengan dampak proteksionisme perdagangan AS pada ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

“Paling tidak Trump mengenal Indonesia lebih baik karena hubungan yang kita miliki antara kelompok kita dan organisasi Trump. Tapi, apa yang dia lakukan tentang meninjau hubungan dagang dengan negara lain yang menurut saya benar. Tapi, Indonesia terlalu kecil untuk AS dalam hal jumlah perdagangan antara dua negara dan saya tidak berpikir itu sama sekali akan berdampak,” ungkap dia. (Nugroho)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1394 seconds (0.1#10.140)