Aplikasi Mobile Ride-Sharing Jadi Sasaran Empuk Penjahat Siber
A
A
A
JAKARTA - Baru-baru ini CEO Uber Dara Khosrowshahi mengakui bahwa perusahaan transportasi berbasis aplikasi online yang dipimpinnya pernah menjadi korban peretasan pada 2016 lalu.
Melihat insiden yang pernah dialami Uber, Vyacheslav Zakorzhevsky selaku Head of Anti-Malware Research Team di Kaspersky Lab mengatakan, insiden serangan siber terbaru terhadap Uber menjadi bukti lain bahwa saat ini para penjahat siber memfokuskan dan mengarahkan usaha penyerangannya lebih kepada perusahaan besar, ataupun perusahaan yang bisa memberikan banyak keuntungan buat mereka.
"Bila insiden pelanggaran data seperti ini terjadi, maka penting untuk diingat agar jangan pernah meremehkan konsekuensi yang ditimbulkannya. Terlebih konsekuensi yang terkait dengan informasi pribadi yang bisa jatuh ke tangan penyusup. Karena data yang diakses oleh penyusup kelak dapat digunakan untuk serangan lebih lanjut terhadap pengguna dengan menyebarkan malware atau jenis spionase siber," ungkap Zakorzhevsky dalam keterangan resminya, Senin (27/11/2017).
Dia mencontohkan, penyerang bisa menjual database curian yang berisi informasi pribadi di pasar gelap. Padahal di ranah ilegal tersebut terdapat permintaan yang tinggi akan data-data pribadi.
"Tahun ini kami melihat adanya peningkatan aktivitas kejahatan siber yang menargetkan aplikasi mobile ride-sharing yang populer. Layanan semacam itu akan tetap menjadi target yang menarik, karena kredensial dan data sensitif yang mereka miliki. Akses terhadap informasi ini dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar bagi pengguna tapi memiliki manfaat yang tinggi bagi para penjahat," pungkasnya mengingatkan.
Melihat insiden yang pernah dialami Uber, Vyacheslav Zakorzhevsky selaku Head of Anti-Malware Research Team di Kaspersky Lab mengatakan, insiden serangan siber terbaru terhadap Uber menjadi bukti lain bahwa saat ini para penjahat siber memfokuskan dan mengarahkan usaha penyerangannya lebih kepada perusahaan besar, ataupun perusahaan yang bisa memberikan banyak keuntungan buat mereka.
"Bila insiden pelanggaran data seperti ini terjadi, maka penting untuk diingat agar jangan pernah meremehkan konsekuensi yang ditimbulkannya. Terlebih konsekuensi yang terkait dengan informasi pribadi yang bisa jatuh ke tangan penyusup. Karena data yang diakses oleh penyusup kelak dapat digunakan untuk serangan lebih lanjut terhadap pengguna dengan menyebarkan malware atau jenis spionase siber," ungkap Zakorzhevsky dalam keterangan resminya, Senin (27/11/2017).
Dia mencontohkan, penyerang bisa menjual database curian yang berisi informasi pribadi di pasar gelap. Padahal di ranah ilegal tersebut terdapat permintaan yang tinggi akan data-data pribadi.
"Tahun ini kami melihat adanya peningkatan aktivitas kejahatan siber yang menargetkan aplikasi mobile ride-sharing yang populer. Layanan semacam itu akan tetap menjadi target yang menarik, karena kredensial dan data sensitif yang mereka miliki. Akses terhadap informasi ini dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar bagi pengguna tapi memiliki manfaat yang tinggi bagi para penjahat," pungkasnya mengingatkan.
(mim)