Sasar Generasi Milenial, Al Gore Apresiasi Kegiatan Climate Reality Project Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore, menyatakan apresiasinya pada Climate Reality Project Indonesia, yang telah menyelenggarakan _Youth for Climate Camp_ bagi pemuda Indonesia, dan saat ini telah memiliki lebih dari 2000 alumni.
Hal itu disampaikan Al Gore saat hadir dan berbicara di Paviliun Indonesia, dalam rangkaian acara _Conference of the Parties_ (COP ke 23), di Bonn, Jerman (10/11). COP adalah sebuah konferensi global tentang perubahan iklim, dan tahun ini diselenggarakan di Kota Bonn, Jerman 6 -18 November 2017.
Al Gore juga mengatakan akan mendorong dukungan internasional untuk program _Youth for Climate Camp_ ini kedepan.
Al Gore yang kini dikenal sebagai aktivis perubahan iklim telah berupaya mengkomunikasikan perubahan iklim,lewat berbagai cara dan forum. Salah satu cara yang diambilnya adalah lewat film _An Inconvenient Truth_ yang diproduksi tahun 2007, dan _The Inconvenient Sequel: Truth to Power_, yang diluncurkan tahun ini.
Pada film _An Inconvenient Truth_yang pertama, Al Gore mencoba meningkatkan kesadaran masyarakat dunia mengenai adanya perubahan iklim dan kebutuhan untuk melakukan tindakan. Sedangkan pada _The Inconvenient Sequel; Truth to Power_, Al Gore membawa harapan baru bahwa kemajuan teknologi dapat menjadi solusi untuk menjawab tantangan dalam pengendalian perubahan iklim. Film kedua ini, kini tengah gencar diputar di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Perubahan iklim adalah tantangan utama yang dihadapi masyarakat. Al Gore memilih film sebagai salah satu media komunikasi,karena mengkomunikasikan penyebab dan dampak perubahan iklim serta solusi yang dapat dilakukan oleh masyarakat, bukanlah hal yang mudah.Komunikator perubahan iklim membutuhkan pesan sederhana dengan dasar ilmiah yang baik, gambar yang menarik, serta perhatian dan data yang akurat.
Penasehat Senior Perubahan Iklim untuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Nurmala Kartini Sjahrir, menyampaikan beberapa rencana dari The Climate Reality Project Indonesia untuk mendukung film tersebut.
“Di Indonesia, untuk pemutaran film _An Inconvenient Sequel: Truth to Power_bekerja sama dengan sektor swasta, LSM, dan universitas. Ditargetkan dalam 6 bulan ke depan bisa menjangkau 10.000 penonton di kota-kota besar di seluruh Indonesia”, ujar Kartini.
Manajer The Climate Reality Project Indonesia, Amanda Katili Niode menambahkan “Saya berharap melalui rangkaian pemutaran ini, kita bisa mendorong masyarakat untuk bertindak sesuai kemampuannya, untuk mengendalikan perubahan iklim".
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Nur Masripatin, menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen terhadap pengendalian perubahan iklim dan salah satu cara yang efektif adalah melalui kegiatan penyadaran masyarakat.
Hal itu disampaikan Al Gore saat hadir dan berbicara di Paviliun Indonesia, dalam rangkaian acara _Conference of the Parties_ (COP ke 23), di Bonn, Jerman (10/11). COP adalah sebuah konferensi global tentang perubahan iklim, dan tahun ini diselenggarakan di Kota Bonn, Jerman 6 -18 November 2017.
Al Gore juga mengatakan akan mendorong dukungan internasional untuk program _Youth for Climate Camp_ ini kedepan.
Al Gore yang kini dikenal sebagai aktivis perubahan iklim telah berupaya mengkomunikasikan perubahan iklim,lewat berbagai cara dan forum. Salah satu cara yang diambilnya adalah lewat film _An Inconvenient Truth_ yang diproduksi tahun 2007, dan _The Inconvenient Sequel: Truth to Power_, yang diluncurkan tahun ini.
Pada film _An Inconvenient Truth_yang pertama, Al Gore mencoba meningkatkan kesadaran masyarakat dunia mengenai adanya perubahan iklim dan kebutuhan untuk melakukan tindakan. Sedangkan pada _The Inconvenient Sequel; Truth to Power_, Al Gore membawa harapan baru bahwa kemajuan teknologi dapat menjadi solusi untuk menjawab tantangan dalam pengendalian perubahan iklim. Film kedua ini, kini tengah gencar diputar di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Perubahan iklim adalah tantangan utama yang dihadapi masyarakat. Al Gore memilih film sebagai salah satu media komunikasi,karena mengkomunikasikan penyebab dan dampak perubahan iklim serta solusi yang dapat dilakukan oleh masyarakat, bukanlah hal yang mudah.Komunikator perubahan iklim membutuhkan pesan sederhana dengan dasar ilmiah yang baik, gambar yang menarik, serta perhatian dan data yang akurat.
Penasehat Senior Perubahan Iklim untuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Nurmala Kartini Sjahrir, menyampaikan beberapa rencana dari The Climate Reality Project Indonesia untuk mendukung film tersebut.
“Di Indonesia, untuk pemutaran film _An Inconvenient Sequel: Truth to Power_bekerja sama dengan sektor swasta, LSM, dan universitas. Ditargetkan dalam 6 bulan ke depan bisa menjangkau 10.000 penonton di kota-kota besar di seluruh Indonesia”, ujar Kartini.
Manajer The Climate Reality Project Indonesia, Amanda Katili Niode menambahkan “Saya berharap melalui rangkaian pemutaran ini, kita bisa mendorong masyarakat untuk bertindak sesuai kemampuannya, untuk mengendalikan perubahan iklim".
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Nur Masripatin, menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen terhadap pengendalian perubahan iklim dan salah satu cara yang efektif adalah melalui kegiatan penyadaran masyarakat.
(wbs)