Hangatnya Kebersamaan saat Berbagi Gawai dengan Anak

Minggu, 12 November 2017 - 18:00 WIB
Hangatnya Kebersamaan saat Berbagi Gawai dengan Anak
Hangatnya Kebersamaan saat Berbagi Gawai dengan Anak
A A A
Peran orang tua tak pernah lepas dalam setiap keberhasilan sang buah hati yang kelak meraih sukses di masa depan. Di era teknologi yang serba "klik", apa pun bisa diwujudkan seketika, termasuk oleh seorang anak-anak yang belum cukup usianya. Seorang anak bisa menjadi lebih baik atau justru sebaliknya, bila salah dalam menggunakan gawai.

Berbagai cara tentu dilakukan orang tua agar anaknya dapat bijak saat menggenggam gawai, termasuk dalam bermedia sosial. Karena bagaimana pun, orang tua menjadi kontrol keberhasilan anak dalam menyerap berbagai konten yang ada pada aplikasi telepon pintar atau smartphone.

Begitu halnya dengan Arzeti Bilbina. Ibu sekaligus anggota DPR ini mengaku sangat khawatir terhadap penggunaan gawai pada anak-anaknya. Wanita yang pernah merambah dunia modeling ini pun mengisahkan telah memberikan izin buah hatinya untuk memegang gawai saat berumur 10 tahun. Setiap anak diberi tanggung jawab memegang satu telepon genggam, itu pun digunakan untuk memberi tahu keadaan dan posisi mereka saat jam pulang sekolah.

"Saat itu saya hanya memberikan ponsel seharga Rp200.000 untuk dua anakku. Sementara yang sulung, aku kasih izin dia untuk menggunakan android, karena usianya juga sudah cukup besar," ungkap ibu tiga anak ini.

Lantas, bagaimana cara Arzeti agar buah hatinya tidak kecanduan dengan gawai? Menurut wanita berhijab ini, ada cara paling ampuh untuk menguranginya. "Boarding school menjadi pilihan saya untuk menjaga anak-anak dari pengaruh buruk teknologi. Bukan berarti saya melarang, hanya membatasi penggunaannya saja. Karena peraturan di sekolah, mereka tidak diperbolehkan untuk membawa gadget dalam bentuk apa pun," kisahnya.

Namun, saat ketiga buah hatinya berada di rumah, wanita yang duduk di Komisi X ini memberikan kebebasan kepada Bagas, Dimas, dan Gendis untuk bermain dengan gawai miliknya. Untuk Dimas dan Gendis, Arzeti lebih sering meminjamkan gawai miliknya. Gendis lebih sering berselancar di internet mencari aneka ragam squishy atau cara membuat slime, yang kini sedang digandrungi oleh anak-anak. Adapun kepada Dimas, Arzeti lebih sering melihat ponselnya digunakan untuk bermain game basket dan melakukan aktivitas chatting dengan teman-temannya.

"Itu pun aku batasi sampai kurang lebih 1-4 jam saja, tidak boleh lebih dari itu," jelasnya.

Arzeti pun mengisahkan, selama ini ketiga anaknya tidak menunjukkan dampak negatif dari penggunaan gawai. Mereka justru menjadi lebih kritis dan sering berdiskusi jika menemukan sesuatu yang baru. "Anak-anakku itu tipenya senang bercerita. Jadi saat mereka menemukan sesuatu yang baru, mereka langsung berdiskusi sama aku. Aku rasa gawai nggak selalu punya dampak buruk, kadang gawai juga bisa membantu mereka untuk mencari tugas sekolahnya," tuturnya.

Mendampingi anak saat memegang gawai, juga dilakukan oleh artis Dona Agnesia. Dona memiliki cara yang sama dalam mengatur penggunaan gawai kepada buah hatinya. Artis yang pernah menjadi presenter olahraga ini hanya memfasilitasi satu gawai saja untuk digunakan secara bersama-sama, meskipun hal tersebut sering mendapatkan protes dari si buah hati, lantaran melihat teman-teman mereka sudah diizinkan untuk memegang gawai canggih sendiri.

"Satu tablet untuk tiga anak, ini yang aku terapkan pada mereka. Itu pun ‎hanya boleh digunakan pada saat mereka libur sekolah saja, di hari biasa mereka harus tetap fokus pada kegiatan sekolahnya," jelas wanita yang pernah mendapat penghargaan Panasonic Gobel Awards 2011 untuk Presenter Olahraga Terfavorit.

Meski sudah diberikan kebebasan untuk menggunakan gawai pada saat weekend, Dona tetap mengatur waktunya dengan ketat. Ia rupanya tidak ingin kehidupan putra-putrinya terganggu oleh kehadiran gawai yang membuat anak-anaknya memiliki kesibukan sendiri dengan memandangi layar gawai saja.

"Satu anak pegang gawai cukup di akhir pekan saja. Jadi dalam dua hari, Sabtu dan Minggu anak-anak hanya boleh menggunakan gawai selama tiga jam saja. Tidak ada yang merasa iri satu sama lain," jelasnya.

Ibu dari Lionel Nathan Sinathrya, Diego Andres Sinathrya, dan Quinesha Sabrina Sinathrya ini melarang membawa gawai saat makan malam dan berkumpul bersama. Bahkan, ia pun melarang membawa perangkat gawai saat tidur malam. "Aku selalu membuat kesepakatan, boleh memakai gawai hanya pada saat free saja. Saat istirahat, mereka sudah tidak boleh mengutak-atik gawai lagi. Inijadi salah satu cara aku untuk bisa mengawasi mereka dari hal negatif gawai," jelasnya.

Bebasnya konten negatif yang selalu muncul tiba-tiba menjadi kekhawatiran tersendiri untuk Dona. Karena itulah, ia mengaku "telat" memperkenalkan gawai kepada tiga buah hatinya. Dona baru memberikan kepercayaan kepada anak-anaknya memegang gawai saat usia 12 tahun. Satu pengalaman unik yang pernah Dona alami. Saat hari jadinya Januari lalu‎, ia mendapat kejutan berupa rekaman video selamat ulang tahun dari ketiga buah hatinya.

"Kebetulan aku lagi di luar kota, tiba-tiba dapat kiriman video dari anak-anak mereka nyanyiin lagu selamat ulang tahun, dan itu buat aku sedih banget tapi juga merasa bangga karena mereka bisa memanfaatkan teknologi yang aku kasih untuk membuat karya positif," jelasnya.

Dona pun sangat bersyukur, meski anak-anaknya diberikan kebebasan untuk bisa menggunakan gawai, mereka tidak pernah melanggar peraturan untuk membuka konten yang tidak semestinya, sehingga Dona pun tidak merasa khawatir jika harus meninggalkan buah hatinya bermain gawai saat bekerja.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.7164 seconds (0.1#10.140)