Penggunaan Gawai pada Anak Dongkrak Penjualan Ponsel

Minggu, 12 November 2017 - 16:44 WIB
Penggunaan Gawai pada Anak Dongkrak Penjualan Ponsel
Penggunaan Gawai pada Anak Dongkrak Penjualan Ponsel
A A A
PENGGUNAAN gawai di Tanah Air kini bukan hanya dinikmati remaja dan orang dewasa. Anak-anak usia 10 tahun ke bawah tak kalah canggih dalam mengoperasikan gawai hingga mengerti penggunaan aplikasi di dalamnya.

Gawai saat ini bukan sekadar alat untuk berkomunikasi semata, melainkan juga untuk kegiatan lainnya seperti bermain game hingga aktif bermedia sosial. Direktur Eksekutif Indonesia Information and Communication Technology (ICT) Institute Heru Sutadi mengatakan, anak dan remaja menjadi pasar yang cukup besar penetrasi telepon seluler (ponsel) di Indonesia. Terlebih setelah terjadi kejenuhan pengguna ponsel untuk kalangan dewasa dan orang tua, anak-anak yang duduk di bangku SD hingga SMP pun ikut menjadi pasar baru berbagai produk gawai.

Heru menjelaskan, secara umum produk ponsel terbagi menjadi dua bagian besar. Pertama, ponsel minimalis yang hanya bisa digunakan untuk telepon, SMS, dan kamera. Kedua, produk ponsel yang bisa untuk media sosial seperti WhatsApp, Facebook, dan YouTube atau akrab disebut smartphone. Untuk smartphone, biasanya kerap dipergunakan anak-anak dan remaja. Pemanfaatannya pun bukan seperti yang biasa dilakukan kalangan dewasa seperti menelepon, mencari informasi, atau kepentingan pekerjaan.

Anak-anak kerap membuka YouTube dan sejenisnya, sedangkan remaja terkadang mempergunakan ponsel untuk berinteraksi di media sosial dan menonton cuplikan pertandingan sepak bola. Agar pemanfaatan ponsel lebih bermakna, Heru berharap anak-anak atau remaja bisa memanfaatkan ponsel secara cerdas, tahu waktu, dan bertanggung jawab. "Cerdas artinya menggunakan untuk hal-hal positif, jangan boros. Tahu waktu untuk tidak menggunakannya seharian atau terus-menerus sehingga melupakan dunia nyata, dan tugas sebagai pelajar atau mahasiswa," papar dia.

Public Relations Representative Polytron Shasa Eva Marisah pun setuju dengan hal itu. Menurut dia, anak-anak dan remaja terkadang memegang keputusan untuk memengaruhi orang tua membeli sebuah smartphone. "Potensi pembelian smartphone dari anak dan remaja sangat besar," tutur dia.

Karena tingkat pengguna smartphone yang tinggi, tak heran bila sejumlah produk smartphone Polytron menanamkan sistem operasi FIRA OS. Salah satu fitur andalan dari FIRA OS adalah FIRA TV, yang memungkinkan pengguna dapat menikmati layanan channel Super Soccer TV, channel TV lokal, lifestyle, dan hiburan anak. Melalui fitur ini, Polytron berharap bisa menarik konsumen dari kalangan anak-anak dan remaja sebanyak-banyaknya.

Polytron sendiri belum memiliki angka pasti berapa besar anak-anak dan remaja yang membeli produk smartphone-nya. Namun, Shasa memperkirakan smartphone untuk anak-anak dan remaja berada di harga level menengah dan bawah. Ini karena mereka belum memiliki penghasilan sendiri alias masih tergantung dari orang tua. "Belum ada data dari distributor berapa angka pasti pembeli Polytron dari anak-anak dan remaja," ujarnya.

Berdasarkan data dari International Data Corporations (IDC), hingga kuartal II/2017 terdapat 7,9 juta unit smartphone baru yang dilepas ke masyarakat. Capaian itu tumbuh 1% dibandingkan tahun sebelumnya atau tumbuh 9% dari kuartal sebelumnya. Jika dilihat dari harganya, smartphone kategori low end dengan kisaran USD100-200 menjadi primadona, yakni mencapai 43%. Diikuti oleh smartphone kategori mid-range (USD200-400) sebesar 28%. Sementara itu, smartphone kategori ultra low end (kurang dari USD100) mencapai 26%.

Merek smartphone top-5 di Indonesia pada kuartal II 2017 adalah Samsung, OPPO, Advan, Asus dan Xiaomi. Smartphone mid-range, terutama di segmen harga USD200-400 menyumbang 28% dari pangsa pasar. Hal ini mencerminkan perubahan permintaan konsumen untuk meng-upgrade ke handset dengan spesifikasi yang lebih baik untuk hiburan dan media, produktivitas, dan pengalaman gaming yang lebih baik.

Pengamat sosial Anggia Chrisanti Darmawan mengatakan saat ini gawai dapat dikatakan sebagai kebutuhan primer. Gawai dapat dikatakan sudah sepenting oksigen. "Sebab kenyataannya orang lebih baik tidak bawa dompet, asal bawa gadget. Semua komunikasi, informasi, kebutuhan akan finansial, pendidikan, dan lainnya saat ini semua dalam genggaman gadget," ujar Anggia saat dihubungi.

Begitu juga dengan pilihan orang tua yang sejak dini mengenalkan anak pada gawai. Psikolog dari Kementerian Sosial ini mengungkapkan, orang tua masa kini merasa semua informasi, bahan belajar, bahan hiburan lebih nyaman menggunakan gawai dibanding siaran TV yang tidak terjaga kualitasnya. Mereka berpikir gawai lebih baik, karena bisa dipilih mana yang terbaik untuk anak mereka.

"Orang tua banyak yang berpendapat menjauhkan anak dari gawai bukan hal yang tepat karena justru akan inkonsisten bagi anak, sedangkan orang tua juga tidak bisa lepas dari gawai. Namun, yang paling penting adalah menanamkan nilai-nilai moral spiritual sejak dini dan orang tua harus banyak mendampingi anak,” ungkapnya.

Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Kepala Pustekkom) Gogot Suharwoto mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah membaca permasalahan yang kerap dialami oleh keluarga Indonesia di era canggihnya teknologi komunikasi saat ini.

Untuk mengedukasi anak-anak dan remaja dalam penggunaan gawai, pihaknya sejak beberapa minggu terakhir kerap mengadakan kegiatan parenting. Menurutnya, dua minggu lalu, parenting dilakukan dengan tema memediasi orang tua yang kesulitan mengatur anak bermain gawai. Dengan cara mediasi ini, orang tua diharapkan memiliki keahlian yang baik untuk mengawasi aktivitas anak dengan gawainya, terutama dalam bermedia sosial.

"Jangan sampai orang tua gagap teknologi, sehingga ketinggalan dengan anaknya yang mungkin bebas berselancar di dunia maya. Sama halnya dengan guru, selain melatih untuk kemampuan secara digital, Kemendikbud juga mempunyai modul khusus untuk mengajarkan guru etika dalam berinternet sehingga guru dapat meneruskan kembali kepada siswanya untuk cerdas mengakses internet," jelasnya.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2298 seconds (0.1#10.140)