Pemerintah Masih Fokus Tiga Isu Utama Internet of Things
A
A
A
JAKARTA - Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ismail mengatakan, kementerian masih memantau perkembangan teknologi internet of things (IoT) di Indonesia.
Hal ini dilakukan guna melihat regulasi apa yang nantinya bisa diterapkan di Tanah Air. Karena pemerintah tidak mau salah langkah ataupun terburu-buru dalam menetapkan regulasi terkait IoT.
Oleh karena itu, lanjut Ismail, pihaknya masih fokus terhadap tiga isu IoT yang sedang berkembang. "Tahap awal kami fokus tiga isu itu, yaitu frekuensi, standar, dan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN)," ucap Ismail dalam seminar Indonesia Technology Forum di Balai Kartini, Jakarta, Senin (16/10/2017).
Dirinya menjelaskan, frekuensi itu tidak bisa coba-coba. Ini harus diutamakan karena biar bagaimanapun frekuensi itu untuk kebutuhan IoT tersebar dibanyak tempat.
Selain itu, harus dilihat juga apakah teknologi IoT itu wajib di adopsi semuanya. "Kami pernah adopsi semua pada operator, tapi akhirnya sepeti ini. Terlalu banyak operator dan frekuensinya akhirnya kecil-kecil," ungkapnya.
Sedangkan kalau standarnya akan lebih diarahkan kepada device-perangkatnya. "Jadi kami berharap standar ini dapat mendukung yang ketiga, yaitu TKDN," tukasnya.
Bagaimana dengan respons operator terhadap IoT? Budiharto, Group Head Business Product Indosat Ooredoo dalam seminar tersebut mengutarakan, perlunya persiapan yang baik guna menerapkan teknologi IoT di Indonesia. "Tentu butuh infrastruktur yang memadai. Sebetulnya tidak perlu 5G, 4G saja sudah cukup kalau untuk perangkat-perangkat IoT yang ringan. Jadi kembali lagi ke infrastruktur," kata Budiharto.
Dia berpendapat, teknologi IoT lambat laun akan terus merambah berbagai negara. Bahkan diprediksi akan terus tumbuh dalam beberapa tahun ke depan.
"Sejumlah riset menunjukkan memang IoT akan menjadi salah satu layanan yang akan tumbuh secara eksponensial seiring semakin merebaknya machine to machine communication dan artificial intelligence atau kecerdasan buatan, serta aplikasi. Jadi peran perusahaan telekomunikasi sangat penting sebagai enabler utama dalam ekosistem IOT," tutupnya.
Hal ini dilakukan guna melihat regulasi apa yang nantinya bisa diterapkan di Tanah Air. Karena pemerintah tidak mau salah langkah ataupun terburu-buru dalam menetapkan regulasi terkait IoT.
Oleh karena itu, lanjut Ismail, pihaknya masih fokus terhadap tiga isu IoT yang sedang berkembang. "Tahap awal kami fokus tiga isu itu, yaitu frekuensi, standar, dan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN)," ucap Ismail dalam seminar Indonesia Technology Forum di Balai Kartini, Jakarta, Senin (16/10/2017).
Dirinya menjelaskan, frekuensi itu tidak bisa coba-coba. Ini harus diutamakan karena biar bagaimanapun frekuensi itu untuk kebutuhan IoT tersebar dibanyak tempat.
Selain itu, harus dilihat juga apakah teknologi IoT itu wajib di adopsi semuanya. "Kami pernah adopsi semua pada operator, tapi akhirnya sepeti ini. Terlalu banyak operator dan frekuensinya akhirnya kecil-kecil," ungkapnya.
Sedangkan kalau standarnya akan lebih diarahkan kepada device-perangkatnya. "Jadi kami berharap standar ini dapat mendukung yang ketiga, yaitu TKDN," tukasnya.
Bagaimana dengan respons operator terhadap IoT? Budiharto, Group Head Business Product Indosat Ooredoo dalam seminar tersebut mengutarakan, perlunya persiapan yang baik guna menerapkan teknologi IoT di Indonesia. "Tentu butuh infrastruktur yang memadai. Sebetulnya tidak perlu 5G, 4G saja sudah cukup kalau untuk perangkat-perangkat IoT yang ringan. Jadi kembali lagi ke infrastruktur," kata Budiharto.
Dia berpendapat, teknologi IoT lambat laun akan terus merambah berbagai negara. Bahkan diprediksi akan terus tumbuh dalam beberapa tahun ke depan.
"Sejumlah riset menunjukkan memang IoT akan menjadi salah satu layanan yang akan tumbuh secara eksponensial seiring semakin merebaknya machine to machine communication dan artificial intelligence atau kecerdasan buatan, serta aplikasi. Jadi peran perusahaan telekomunikasi sangat penting sebagai enabler utama dalam ekosistem IOT," tutupnya.
(mim)