IoT Jadi Sasaran Empuk Kejahatan Siber
A
A
A
JAKARTA - Perangkat pintar - seperti smartwatch, smart TV, router, dan kamera - saling terhubung satu sama lain sehingga menciptakan fenomena Internet of Things (IoT) yang terus berkembang, jaringan perangkat yang dilengkapi dengan teknologi di dalamnya memungkinkan mereka untuk saling berinteraksi satu sama lain ataupun dengan lingkungan di luar. Karena banyaknya jumlah dan macam perangkat yang ada, IoT telah menjadi sasaran yang menarik bagi penjahat siber.
Para ahli Kaspersky Lab telah melakukan penelitian terhadap malware IoT untuk memeriksa seberapa serius risiko yang ditimbulkan. Mereka menyiapkan honeypots atau jaringan buatan, yang mensimulasikan jaringan perangkat IoT yang berbeda-beda (router, kamera yang terhubung) untuk mengamati malware yang mencoba menyerang perangkat virtual mereka. Tanpa perlu menunggu lama, serangan dengan menggunakan sampel berbahaya yang telah diketahui dan yang sebelumnya tidak diketahui dimulai segera setelah honeypot dipasang.
"Masalah keamanan perangkat pintar sangat serius, dan menjadi hal yang harus kita waspadai. Tahun lalu menunjukkan bahwa tidak mungkin menargetkan perangkat yang terkoneksi, namun saat ini hal tersebut telah menjadi ancaman yang sangat nyata. Kami melihat adanya peningkatan besar dalam sampel malware IoT, namun potensinya lebih besar lagi," kata Vladimir Kuskov, security expert, Kaspersky Lab, melalui keterangan resminya, Senin (25/9/2017).
Sebagian besar serangan yang dicatat oleh para ahli Kaspersky Lab menargetkan perekam video digital atau kamera IP (63%), dan 20% serangan terjadi terhadap jaringan perangkat, termasuk router, dan modem DSL, dll. Sekitar 1% target adalah perangkat yang paling umum, seperti printer dan perangkat rumah pintar.
Cina (17%), Vietnam (15%), dan Rusia (8%) tercatat sebagai 3 negara teratas target serangan malware ke perangkat IoT, masing-masing menunjukan sejumlah besar mesin yang terinfeksi. Kemudian diikuti oleh Brasil, Turki dan Taiwan sebesar 7%.
Selama percobaan ini berlangsung, para ahli telah mengumpulkan lebih dari 7.000 sampel malware yang dirancang khusus untuk meretas perangkat yang terkoneksi.
"IoT rapuh dan rentan menghadapi kejahatan siber. Sebagian besar perangkat pintar menjalankan sistem operasi berbasis Linux, yang mempermudah serangan karena para penjahat siber dapat dengan mudah menulis kode berbahaya yang umum dan langsung menargetkan sejumlah besar perangkat secara bersamaan," terang Kuskov.
Para ahli Kaspersky Lab telah melakukan penelitian terhadap malware IoT untuk memeriksa seberapa serius risiko yang ditimbulkan. Mereka menyiapkan honeypots atau jaringan buatan, yang mensimulasikan jaringan perangkat IoT yang berbeda-beda (router, kamera yang terhubung) untuk mengamati malware yang mencoba menyerang perangkat virtual mereka. Tanpa perlu menunggu lama, serangan dengan menggunakan sampel berbahaya yang telah diketahui dan yang sebelumnya tidak diketahui dimulai segera setelah honeypot dipasang.
"Masalah keamanan perangkat pintar sangat serius, dan menjadi hal yang harus kita waspadai. Tahun lalu menunjukkan bahwa tidak mungkin menargetkan perangkat yang terkoneksi, namun saat ini hal tersebut telah menjadi ancaman yang sangat nyata. Kami melihat adanya peningkatan besar dalam sampel malware IoT, namun potensinya lebih besar lagi," kata Vladimir Kuskov, security expert, Kaspersky Lab, melalui keterangan resminya, Senin (25/9/2017).
Sebagian besar serangan yang dicatat oleh para ahli Kaspersky Lab menargetkan perekam video digital atau kamera IP (63%), dan 20% serangan terjadi terhadap jaringan perangkat, termasuk router, dan modem DSL, dll. Sekitar 1% target adalah perangkat yang paling umum, seperti printer dan perangkat rumah pintar.
Cina (17%), Vietnam (15%), dan Rusia (8%) tercatat sebagai 3 negara teratas target serangan malware ke perangkat IoT, masing-masing menunjukan sejumlah besar mesin yang terinfeksi. Kemudian diikuti oleh Brasil, Turki dan Taiwan sebesar 7%.
Selama percobaan ini berlangsung, para ahli telah mengumpulkan lebih dari 7.000 sampel malware yang dirancang khusus untuk meretas perangkat yang terkoneksi.
"IoT rapuh dan rentan menghadapi kejahatan siber. Sebagian besar perangkat pintar menjalankan sistem operasi berbasis Linux, yang mempermudah serangan karena para penjahat siber dapat dengan mudah menulis kode berbahaya yang umum dan langsung menargetkan sejumlah besar perangkat secara bersamaan," terang Kuskov.
(wbs)