Penyebaran Ransomware Diprediksi Akan Anjlok
A
A
A
JAKARTA - Ransomeware menjadi salah satu jenis malware yang ditakuti oleh para pengguna internet. Bagaimana tidak, para hacker kerap memanfaatkan malware ini sebagai cara untuk mengunci perangkat komputer targetnya dan kemudian meminta sejumlah uang untuk mengembalikan fungsi komputer tersebut.
Namun, meski jenis malware ini bila dibilang merajalela sepanjang 2016, sedangkan tahun ini diprediksi pamor nya akan meredup. Hal ini dikemukakan oleh Territory Channel Manager Kaspersky, Dony Koesmandarin dalam bincang tren cyber 2017.
"2016 bisa dibilang penuh dengan ransomware. Banyak yang terkena dan akhirnya bayar uang tebusan. 2017 orang mulai semakin tidak mudah percaya karena semakin banyak penjahat siber kelas rendah yang melakukan aksi kejahatan serupa," ujar Dony, di Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Dony menjelaskan, penjahat kelas rendah tidak akan membuka kunci perangkat komputer meski telah mendapat tebusan. Sedangkan yang profesional, mereka memang hanya membutuhkan uang. Jadi ketika tebusan dibayar, mereka akan segera mengembalikan fungsi perangkat tersebut.
Meski begitu, Dony tidak menampik bila Ransomware memang masih akan menjadi ancaman di 2017.
"Ransomeware memang akan tetap ada, walaupun malware ini akan sedikit kehilangan pamornya. Orang sudah tidak percaya lagi untuk membayar tebusan, karena nyatanya data mereka tetap tidak kembali," ungkapnya.
Ransomware utamanya masuk melalui email tipuan atau phising. Untuk meyakinkan korban kalau email tersebut tidak berbahaya, email phising yang dikirim pembuat ransomware akan disamarkan seolah-olah datang dari pihak resmi, misalnya dari lembaga keuangan atau pemerintahan.
Namun, meski jenis malware ini bila dibilang merajalela sepanjang 2016, sedangkan tahun ini diprediksi pamor nya akan meredup. Hal ini dikemukakan oleh Territory Channel Manager Kaspersky, Dony Koesmandarin dalam bincang tren cyber 2017.
"2016 bisa dibilang penuh dengan ransomware. Banyak yang terkena dan akhirnya bayar uang tebusan. 2017 orang mulai semakin tidak mudah percaya karena semakin banyak penjahat siber kelas rendah yang melakukan aksi kejahatan serupa," ujar Dony, di Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Dony menjelaskan, penjahat kelas rendah tidak akan membuka kunci perangkat komputer meski telah mendapat tebusan. Sedangkan yang profesional, mereka memang hanya membutuhkan uang. Jadi ketika tebusan dibayar, mereka akan segera mengembalikan fungsi perangkat tersebut.
Meski begitu, Dony tidak menampik bila Ransomware memang masih akan menjadi ancaman di 2017.
"Ransomeware memang akan tetap ada, walaupun malware ini akan sedikit kehilangan pamornya. Orang sudah tidak percaya lagi untuk membayar tebusan, karena nyatanya data mereka tetap tidak kembali," ungkapnya.
Ransomware utamanya masuk melalui email tipuan atau phising. Untuk meyakinkan korban kalau email tersebut tidak berbahaya, email phising yang dikirim pembuat ransomware akan disamarkan seolah-olah datang dari pihak resmi, misalnya dari lembaga keuangan atau pemerintahan.
(wbs)