Pencarian Neo-Nazi dan Rasisme Teratas, Google Putar Otak
A
A
A
CALIFORNIA - Google telah mengubah hasil untuk orang yang mencari Holocaust setelah banjir kritik itu membawa mereka neo-Nazi website dan penolakan. Pasalnya beberapa hasil pencarian termasuk yang membahas Holocaust menduduki peringkat teratas dari hasil pencarian.
Seperti dilansir dari Daily, Rabu (28/12/2016), Carole Cadwalladr dari The Guardian melaporkan bahwa ketika ia mencari “did the Holocaust happen?” ia memperolah hasil pencarian teratas. Hal ini tentu bertentangan dengan yang dipahami banyak orang selama ini. Google kini mengubah ranking hasil pencarian tersebut, khususnya untuk pengguna AS.
Halaman yang menduduki posisi teratas hasil pencarian tersebut adalah sebuah situs yang mengampanyekan supremasi kulit putih, yaitu Stormfront dan sejauh ini tetap berada di urutan teratas hasil pencarian di Inggris.
Juru bicara Google mengatakan bahwa hal tersebut adalah masalah yang benar-benar menantang dan sesuatu yang membuat Google berpikir secara mendalam dalam hal bagaimana Google dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik.
Juru bicara Google tersebut menambahkan bahwa hasil pencarian merupakan refleksi dari konten yang ada di web. Fakta bahwa situs kebencian mungkin muncul dalam hasil pencarian tidak berarti bahwa Google mendukung pandangan tersebut.
Mengenai perubahan terbaru dalam peringkat pada pencarian terhadap Holocaust, editor situs berita Search Engine Land Danny Sullivan, percaya bahwa hal tersebut adalah upaya pihak luar untuk memengaruhi urutan hasil pencarian. Sullivan bertemu para eksekutif dan insinyur Google pekan lalu untuk membahas isu peringkat hasil pencarian yang dipertanyakan yang juga memengaruhi pertanyaan lain tentang, misalnya, etnis minoritas.
Ia sendiri mengatakan bahwa negeri dan kecewa dengan hasil pencarian tersebut seperti banyak orang lainnya. Namun, ia mengatakan Google yang memproses lima miliar pencarian per hari tertarik untuk datang dengan solusi yang diterapkan secara luas di semua penelusuran, bukan hanya hasil pencarian yang telah ditemukan oleh pengguna tertentu.
Cadwalladr menuduh Google menyebarkan ujaran kebencian yang tentu saja ditolak oleh Google seperti dikemukakan oleh juru bicara mereka. Namun selain hasil pencarian tersebut masih ada beberapa keywords yang menghasilkan urutan pencarian yang perlu dipertanyakan seperti “are women evil?” dan “are muslims bad?”
Sullivan menambahkan bahwa jauh lebih umum bagi pengguna untuk mencari istilah yang sederhana, seperti “Holocaust” daripada melakukan pencarian terhadap “did the Holocaust happen?” dan bahwa frasa dari pertanyaan juga memengaruhi peringkat hasil pencarian.
Seperti dilansir dari Daily, Rabu (28/12/2016), Carole Cadwalladr dari The Guardian melaporkan bahwa ketika ia mencari “did the Holocaust happen?” ia memperolah hasil pencarian teratas. Hal ini tentu bertentangan dengan yang dipahami banyak orang selama ini. Google kini mengubah ranking hasil pencarian tersebut, khususnya untuk pengguna AS.
Halaman yang menduduki posisi teratas hasil pencarian tersebut adalah sebuah situs yang mengampanyekan supremasi kulit putih, yaitu Stormfront dan sejauh ini tetap berada di urutan teratas hasil pencarian di Inggris.
Juru bicara Google mengatakan bahwa hal tersebut adalah masalah yang benar-benar menantang dan sesuatu yang membuat Google berpikir secara mendalam dalam hal bagaimana Google dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik.
Juru bicara Google tersebut menambahkan bahwa hasil pencarian merupakan refleksi dari konten yang ada di web. Fakta bahwa situs kebencian mungkin muncul dalam hasil pencarian tidak berarti bahwa Google mendukung pandangan tersebut.
Mengenai perubahan terbaru dalam peringkat pada pencarian terhadap Holocaust, editor situs berita Search Engine Land Danny Sullivan, percaya bahwa hal tersebut adalah upaya pihak luar untuk memengaruhi urutan hasil pencarian. Sullivan bertemu para eksekutif dan insinyur Google pekan lalu untuk membahas isu peringkat hasil pencarian yang dipertanyakan yang juga memengaruhi pertanyaan lain tentang, misalnya, etnis minoritas.
Ia sendiri mengatakan bahwa negeri dan kecewa dengan hasil pencarian tersebut seperti banyak orang lainnya. Namun, ia mengatakan Google yang memproses lima miliar pencarian per hari tertarik untuk datang dengan solusi yang diterapkan secara luas di semua penelusuran, bukan hanya hasil pencarian yang telah ditemukan oleh pengguna tertentu.
Cadwalladr menuduh Google menyebarkan ujaran kebencian yang tentu saja ditolak oleh Google seperti dikemukakan oleh juru bicara mereka. Namun selain hasil pencarian tersebut masih ada beberapa keywords yang menghasilkan urutan pencarian yang perlu dipertanyakan seperti “are women evil?” dan “are muslims bad?”
Sullivan menambahkan bahwa jauh lebih umum bagi pengguna untuk mencari istilah yang sederhana, seperti “Holocaust” daripada melakukan pencarian terhadap “did the Holocaust happen?” dan bahwa frasa dari pertanyaan juga memengaruhi peringkat hasil pencarian.
(wbs)