Twitter Dijual, Google Kandidat Pembeli Terkuat
A
A
A
CALIFORNIA - Kabar hendak dijualnya Twitter telah mengerek saham mereka. Melansir dari Reuters, Sabtu (24/9/2016), pada penutupan perdagangan Jumat kemarin, saham microblogging tersebut melompat hingga 19% menjadi USD22,22 per saham. Ini merupakan kenaikan terbesar mereka sejak go public pada 2013 silam. Perusahaan bentukan Jack Dorsey ini ditaksir memiliki nilai pasar sebesar USD16 miliar.
Lantas siapakah calon pembeli Twitter? Ragam media massa mengerucut kepada dua nama: Google dan Salesforce.com. Bahkan Twitter dikabarkan sedang mengadkaan pembicaraan serius dengan Google pada akhir pekan ini.
Menurut analis Wall Street, Twitter tidak hanya menarik karena menjadi sosial media tetapi juga memiliki data yang dikumpulkannya dari pengguna. Saat ini mereka memiliki 313 juta pengguna aktif. Namun, pihak Twitter dan Alphabet Inc., induk perusahaan Google tidak menanggapi permintaan soal perihal di atas. Begitu pula dengan Salesforce.com yang menolak berkomentar.
Sementara itu, CNBC, Sabtu (24/9) juga melaporkan bahwa Verizon juga tertarik untuk melamar Twitter. Sayangnya, lagi-lagi kesemuanya mengunci rapat-rapat mulut mereka.
Meski kesemuanya pelit bicara, para analis mencoba membuat gutak-gatuk soal penjualan Twitter. Kata Mogharabi, Alphabet akan menjadi “mempelai” terbaik untuk Twitter karena belum memiliki media sosial sendiri. “Dari sudut pandang strategis, kami pikir itu akan lebih bermanfaat bagi Alphabet,” katanya seperti ditulis Reuters.
Apalagi tambah dia, mantan eksekutif Google, Omid Kordestani saat ini adalah ketua eksekutif Twitter. Morningstar memperkirakan Twitter bisa dibeli sebesar USD22 per saham.
Hanya saja, nama Salesforce, layanan komputasi berbasis cloud tidak bisa diremehkan begitu saja. Chief Executive Salesforce, Mark Benioff merupakan salah satu pengguna aktif Twitter. Begitu pula dengan Kepala Digital Salesforce, Vala Afshar. Pada Jumat lalu, Afshar mengirimkan empat cuitan soal pemasaran dan personal branding.
Kemudian Afshar menambahkan: “Saya telah tweeted pandangan pribadi saya tentang ‘Mengapa Twitter?’ berkali-kali selama beberapa tahun terakhir, saya hanya suka Twitter.”
Terlepas cuitan Afshar, saat ini Twitter membutuhkan vitamin untuk mengatasi kerugian mereka yang saat ini mencapai USD2,3 miliar. Kerugian Twitter ditengarai karena kalah bersaing dengan Facebook, Instagram, dan Snapchat. Kedua nama terakhir bahkan saat ini sudah melebihi dari pengguna Twitter, meski mereka pendatang baru.
Semenjak ditinggal CEO-nya Dick Costolo, pendapatan Twitter menjadi merosot. Mereka juga kurang dalam inovasi dan produk, sehingga penggunanya hanya naik 3% dari tahun lalu, yaitu 313 juta pengguna.
Twitter pertama kali melantai ke bursa (NYSEX) pada November 2013 dengan nilai USD26 per saham. Kemudian saham mereka memuncak hingga USD74 per lembar sebulan setelah IPO. Setelah itu, secara perlahan mereka kehilangan kestabilan dan pada Kamis lalu tergolek hingga USD18,63 per saham, kehilangan tiga perempat dari nilainya.
Lantas siapakah calon pembeli Twitter? Ragam media massa mengerucut kepada dua nama: Google dan Salesforce.com. Bahkan Twitter dikabarkan sedang mengadkaan pembicaraan serius dengan Google pada akhir pekan ini.
Menurut analis Wall Street, Twitter tidak hanya menarik karena menjadi sosial media tetapi juga memiliki data yang dikumpulkannya dari pengguna. Saat ini mereka memiliki 313 juta pengguna aktif. Namun, pihak Twitter dan Alphabet Inc., induk perusahaan Google tidak menanggapi permintaan soal perihal di atas. Begitu pula dengan Salesforce.com yang menolak berkomentar.
Sementara itu, CNBC, Sabtu (24/9) juga melaporkan bahwa Verizon juga tertarik untuk melamar Twitter. Sayangnya, lagi-lagi kesemuanya mengunci rapat-rapat mulut mereka.
Meski kesemuanya pelit bicara, para analis mencoba membuat gutak-gatuk soal penjualan Twitter. Kata Mogharabi, Alphabet akan menjadi “mempelai” terbaik untuk Twitter karena belum memiliki media sosial sendiri. “Dari sudut pandang strategis, kami pikir itu akan lebih bermanfaat bagi Alphabet,” katanya seperti ditulis Reuters.
Apalagi tambah dia, mantan eksekutif Google, Omid Kordestani saat ini adalah ketua eksekutif Twitter. Morningstar memperkirakan Twitter bisa dibeli sebesar USD22 per saham.
Hanya saja, nama Salesforce, layanan komputasi berbasis cloud tidak bisa diremehkan begitu saja. Chief Executive Salesforce, Mark Benioff merupakan salah satu pengguna aktif Twitter. Begitu pula dengan Kepala Digital Salesforce, Vala Afshar. Pada Jumat lalu, Afshar mengirimkan empat cuitan soal pemasaran dan personal branding.
Kemudian Afshar menambahkan: “Saya telah tweeted pandangan pribadi saya tentang ‘Mengapa Twitter?’ berkali-kali selama beberapa tahun terakhir, saya hanya suka Twitter.”
Terlepas cuitan Afshar, saat ini Twitter membutuhkan vitamin untuk mengatasi kerugian mereka yang saat ini mencapai USD2,3 miliar. Kerugian Twitter ditengarai karena kalah bersaing dengan Facebook, Instagram, dan Snapchat. Kedua nama terakhir bahkan saat ini sudah melebihi dari pengguna Twitter, meski mereka pendatang baru.
Semenjak ditinggal CEO-nya Dick Costolo, pendapatan Twitter menjadi merosot. Mereka juga kurang dalam inovasi dan produk, sehingga penggunanya hanya naik 3% dari tahun lalu, yaitu 313 juta pengguna.
Twitter pertama kali melantai ke bursa (NYSEX) pada November 2013 dengan nilai USD26 per saham. Kemudian saham mereka memuncak hingga USD74 per lembar sebulan setelah IPO. Setelah itu, secara perlahan mereka kehilangan kestabilan dan pada Kamis lalu tergolek hingga USD18,63 per saham, kehilangan tiga perempat dari nilainya.
(ven)