Industri Serat Optik Pertama di ASEAN Beroperasi di Karawang
A
A
A
JAKARTA - Permintaan serat optik (optical fibre) semakin meningkat seiring kebutuhan industri digital global yang terus mengikuti perkembangan teknologi terkini. Untuk itu, industri serat optik berperan penting memberikan nilai tambah yang signifikan bagi sektor pendukungnya.
“Serat optik ini untuk modernisasi jaringan operator telekomunikasi yang sebelumnya menggunakan kabel tembaga dalam pengembangan jaringan ke perumahan baru,” kata Dirjen Industri Logam, Mesin Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (9/9/2016)
Putu memberikan gambaran, untuk koneksi pita lebar (broadband) rumah tangga, saat ini terdapat 70 juta rumah tangga yang membutuhkan sambungan internet jenis fiber to the home (FTTH).
"Permintaan serat optik juga menjadi besar dengan adanya proyek Palapa Ring yang butuh hingga 36.000 kilometer," tuturnya.
Dengan beroperasinya PT YOFI, naiknya kebutuhan kabel serat optik diharapkan dapat dipasok oleh industri dalam negeri karena selama ini masih dibanjiri produk impor.
Dalam hal ini, Kementerian Perindustrian akan menerapkan aturan SNI wajib untuk seluruh produk serat optik di Indonesia.
PT YOFI merupakan perusahaan patungan antara Yangtze Optical Fibre and Cable (YOFC) asal China dengan PT Monas Permata Persada.
“PT YOFI sebagai pabrik serat optik pertama dan satu-satunya di Indonesia, bahkan pertama di Asia Tenggara yang mampu memenuhi 50% kebutuhan nasional dan regional Asia Tenggara,” jelas Putu.
Ditambahkannya, kehadiran YOFI membuat tingkat komponen dalam negeri industri kabel serat optik akan melonjak drastis. Terlebih lagi adanya program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN).
“Program tersebut menyatakan instansi pemerintah dan BUMN wajib menggunakan produk dengan TKDN lebih dari 40 persen,” tegas Putu.
Sementara itu, Presiden Komisaris YOFC Jan Bongaerts mengatakan, Indonesia sebagai negara tujuan investasi, akan menjadikan basis produksinya karena industri kabel di Tanah Air jauh lebih berkembang dibandingkan industri serupa di negara lain di ASEAN.
“Permintaan serat optik di Indonesia mencapai 8-9 juta kilometer per tahun dan berpotensi naik tinggi dalamjangka waktu pendek. Namun, kapasitas produksi kami saat ini mencapai 3 juta km per tahun,” paparnya.
Menurut Jan, dengan populasi Indonesia yang mencapai 250 juta penduduk, permintaan broadband untuk internet pasti akan terus bertumbuh. Apalagi, Pemerintah tengah gencar memperluas jaringan internet hingga ke pelosok.
“Kami mengharapkan tahun depan bisa menaikkan kapasitas menjadi double hingga 6 juta km," tuturnya.
“Serat optik ini untuk modernisasi jaringan operator telekomunikasi yang sebelumnya menggunakan kabel tembaga dalam pengembangan jaringan ke perumahan baru,” kata Dirjen Industri Logam, Mesin Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (9/9/2016)
Putu memberikan gambaran, untuk koneksi pita lebar (broadband) rumah tangga, saat ini terdapat 70 juta rumah tangga yang membutuhkan sambungan internet jenis fiber to the home (FTTH).
"Permintaan serat optik juga menjadi besar dengan adanya proyek Palapa Ring yang butuh hingga 36.000 kilometer," tuturnya.
Dengan beroperasinya PT YOFI, naiknya kebutuhan kabel serat optik diharapkan dapat dipasok oleh industri dalam negeri karena selama ini masih dibanjiri produk impor.
Dalam hal ini, Kementerian Perindustrian akan menerapkan aturan SNI wajib untuk seluruh produk serat optik di Indonesia.
PT YOFI merupakan perusahaan patungan antara Yangtze Optical Fibre and Cable (YOFC) asal China dengan PT Monas Permata Persada.
“PT YOFI sebagai pabrik serat optik pertama dan satu-satunya di Indonesia, bahkan pertama di Asia Tenggara yang mampu memenuhi 50% kebutuhan nasional dan regional Asia Tenggara,” jelas Putu.
Ditambahkannya, kehadiran YOFI membuat tingkat komponen dalam negeri industri kabel serat optik akan melonjak drastis. Terlebih lagi adanya program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN).
“Program tersebut menyatakan instansi pemerintah dan BUMN wajib menggunakan produk dengan TKDN lebih dari 40 persen,” tegas Putu.
Sementara itu, Presiden Komisaris YOFC Jan Bongaerts mengatakan, Indonesia sebagai negara tujuan investasi, akan menjadikan basis produksinya karena industri kabel di Tanah Air jauh lebih berkembang dibandingkan industri serupa di negara lain di ASEAN.
“Permintaan serat optik di Indonesia mencapai 8-9 juta kilometer per tahun dan berpotensi naik tinggi dalamjangka waktu pendek. Namun, kapasitas produksi kami saat ini mencapai 3 juta km per tahun,” paparnya.
Menurut Jan, dengan populasi Indonesia yang mencapai 250 juta penduduk, permintaan broadband untuk internet pasti akan terus bertumbuh. Apalagi, Pemerintah tengah gencar memperluas jaringan internet hingga ke pelosok.
“Kami mengharapkan tahun depan bisa menaikkan kapasitas menjadi double hingga 6 juta km," tuturnya.
(ven)