Telkomsel Disinyalir Lakukan Konspirasi Soal Tarif Interkoneksi
A
A
A
JAKARTA - Mahalnya tarif Interkoneksi bagi pelanggan seluler disinyalir karena adanya konspirasi yang dilakukan Telkonsel. Pasalnya Telkomsel memiliki saham terbesar yakni 35% milik Singtel dan 65 % oleh Telkom, sehingga Telkom sangat dominan melakukan penetapan tarif interkoneksi lokal
Koordinator Petisi 28 Haris Rusly mengatakan Telkomsel menjadi penghalang bagi pelanggan dan penyelenggara lainnya untuk berkomunikasi. Serta melakukan bisnis yang tidak sehat dengan mengeruk untung sebesar sebesar nya dengan mengekpolitasi masyarakat penguna telepon seluler.
" Operaror jasa seluler di Indonesia itu hampir 60% dikuasai oleh asing seperti Indosat dengan market share 18,33 % dimiliki oleh Ooredo spanyol dimana saham RI hanya 15% , Hutchinson Mobile (H3I) 100% saham dimiliki Hongkong dengan pangsa pasar 11,64% lalu XL Axiata dengan pangsa pasar 22,36 % dimiliki sahamnya 66% oleh Axiata Berhad malaysia dan masyrakat 33% ," jelas Haris kepada Sindonews, Selasa (6/9/2016)
"Walaupun banyak penyelenggara baru yang bermunculan, namun dalam perkembangannya sampai saat ini, penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia didominasi oleh 3 penyelenggara yaitu Telkomsel, Indosat dan XL dengan total market share lebih dari 80%.
Jelas dari gambar kepemilikan saham operator seluler yang didominasi oleh asing telah merugikan pelanggan seluler di Indonesia dengan tidak mau menurunkan biaya interkoneksi lokal.
" Akibat Konspirasi Busuk yang dipimpin oleh Telkomsel yang selalu mengatakan bahwa rencana revisi Tarif interkoneksi lokal yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan ,ini sungguh aneh padahal Operator lainnya juga setuju tariff interkoneksi diturunkan," tandasnya.
Koordinator Petisi 28 Haris Rusly mengatakan Telkomsel menjadi penghalang bagi pelanggan dan penyelenggara lainnya untuk berkomunikasi. Serta melakukan bisnis yang tidak sehat dengan mengeruk untung sebesar sebesar nya dengan mengekpolitasi masyarakat penguna telepon seluler.
" Operaror jasa seluler di Indonesia itu hampir 60% dikuasai oleh asing seperti Indosat dengan market share 18,33 % dimiliki oleh Ooredo spanyol dimana saham RI hanya 15% , Hutchinson Mobile (H3I) 100% saham dimiliki Hongkong dengan pangsa pasar 11,64% lalu XL Axiata dengan pangsa pasar 22,36 % dimiliki sahamnya 66% oleh Axiata Berhad malaysia dan masyrakat 33% ," jelas Haris kepada Sindonews, Selasa (6/9/2016)
"Walaupun banyak penyelenggara baru yang bermunculan, namun dalam perkembangannya sampai saat ini, penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia didominasi oleh 3 penyelenggara yaitu Telkomsel, Indosat dan XL dengan total market share lebih dari 80%.
Jelas dari gambar kepemilikan saham operator seluler yang didominasi oleh asing telah merugikan pelanggan seluler di Indonesia dengan tidak mau menurunkan biaya interkoneksi lokal.
" Akibat Konspirasi Busuk yang dipimpin oleh Telkomsel yang selalu mengatakan bahwa rencana revisi Tarif interkoneksi lokal yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan ,ini sungguh aneh padahal Operator lainnya juga setuju tariff interkoneksi diturunkan," tandasnya.
(wbs)