Indigo Creative Nation Dukung Pemerintah Lahirkan 1.000 Technopreneurs

Senin, 28 Maret 2016 - 19:05 WIB
Indigo Creative Nation...
Indigo Creative Nation Dukung Pemerintah Lahirkan 1.000 Technopreneurs
A A A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia mempunyai visi menjadi pusat ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan target nilai sebesar USD130 miliar dan memiliki 1000 technopreneur pada 2020. Visi tersebut akan didukung berbagai kebijakan pemerintah.

Apalagi pada Februari kemarin dalam lawatan Presiden Joko Widodo ke ke Amerika Serikat sempat bertemu dengan beberapa perusahaan digital di Silicon Valley dan juga dengan diaspora Indonesia di San Fransisco.

Pada pertemuan dengan diaspora Indonesia, dijelaskan Jokowi bahwa ‎digitalisasi adalah sebuah keniscayaan untuk mengelola negara sebesar Indonesia yang memiliki 252 juta penduduk dan 17 ribu pulau.

Terkait dengan pengembangan ekonomi digital, PT Telkom mendukung pemerintah untuk melahirkan 1.000 technopreneurs sampai 2020. Saat ini ekosistem digital di Indonesia masih banyak yang harus diperbaiki, dan Telkom mengambil peran dengan membentuk program Indigo Creative Nation (indigo.id) untuk melahirkan technopreneur dan mengembangkan startup di Tanah Air.

Indigo Creative Nation terinspirasi dari Silicon Valley yang menyebarkan semangat kolaborasi dan berbagi yang berasal dari komunitas untuk komunitas.

“Kendala yang dialami startup selama ini adalah soal inovasi, bisnis dan teknis. Selain itu, pengembangan startup tidak bisa instan. Tugas Telkom adalah mengantarkan startup menuju jembatan kesuksesan,” ujar Ery Punta Hendraswara, Deputy EGM Coherence & Innovation Management, Digital Service Division PT Telkom dalam keterangan resminya Senin (28/3/2016).

Bagaimana perjalanan Indigo sejak awal hingga sekarang ?

Dijelaskan Ery, pada 2009, kiprah awal Indigo dimulai dengan event-event edukasi, games, musik dan award, salah satunya Indigo Award. Berikutnya, mulai diberikan pendanaan sebagai bagian dari kegiatan Corporate Social Responsibility.

Dalam perkembangannya, hadiah dan pendanaan saja tidak cukup untuk memajukan para startup. Maka, mulai 2012 Telkom membuat program inkubasi dengan memilih sartup yang layak dibina. Kemudian dibentuk juga co-working space Bandung Digital Valley dan Jogya Digital Valley untuk memfasilitasi para startup.

"Terkait pendanaan startup Indigo, mulai tahun 2012 formatnya berubah yaitu dengan memberlakukan kurikulum dan metodologi lean startup untuk memonitor bagaimana penggunaan dana bantuan tersebut tepat sasaran atau tidak," ujar Ery.

Ternyata, setelah dievaluasi, di 2013 Telkom menyadari bahwa susah sekali mencari startup yang sesuai kriteria. Dari 900 startup yang mendaftar program indigo, hanya sekitar 15 saja yang lolos seleksi.

Maka, di 2014 Telkom bersama MIKTI mengembangkan Digital Inovation Lounge (DILo) : Creative Camp untuk mendukung program Indigo menciptakan technopreneur/digitalpreneur. DILo ini menyediakan akses digital terpadu untuk teknologi, gadget dan entertainment.

Ada semacam digital class dan meetup (pertemuan) bagi pengunjung untuk belajar hal-hal terkait digital. Saat ini DILo sudah berdiri di 13 kota besar di Indonesia.

“Melalui DILo, kemampuan startup dimatangkan dengan pelatihan entrepreneurship, membuat aplikasi, teknologi network dan sebagainya. Animonya tinggi karena ada sekitar 9 ribu member yang mendaftar dan ada puluhan meetup dalam setahun, jadi tidak hanya startup saja yang bisa mendapatkan fasilitas DiLo,” ungkap Ery.

Kehadiran DILo ini membuktikan peran community to community untuk memacu lahirnya technopreneur dan startup-startup baru yang jangka panjangnya bisa mendorong kemajuan digital economy di Indonesia.

Pada 2015, Telkom bersama MDI (Metra Digital Inovasi) mengembangkan program inkubasi start up dengan sillicon valley mindset. Ajang ini adalah kesempatan bagi startup digital untuk tumbuh menjadi perusahaan global bersama Telkom Group.

Para startup yang berpartisipasi dapat bekerja sama dengan seluruh perusahaan di Telkom Group, bahkan memasuki pasar global melalui representatif Telkom Group International Office di 10 negara. Ada 6 kategori produk yang dapat dipilih oleh startup, yaitu City & Goverment Solution, Business Solution, Home Solution, Commerce, Personal Apps, dan Social Media & Community.

Startup yang terpilih, mendapat dukungan inkubasi selama 7 bulan dan mendapatkan berbagai fasilitas seperti, akses pasar melalui channel pemasaran Telkom, pendampingan bisnis dan teknis oleh para mentor, serta pendanaan hingga Rp 250 juta per startup.

Selanjutnya, pendanaan itu memiliki opsi pendanaan lanjutan hingga Rp 2 miliar bagi startup yang masuk ke tahap akselerasi. Pada 2016, program Indigo Creative Nation (Indigo.id) kembali dibuka, kali ini mengusung tema : Building Strong Indonesia Digitalpreneuer with Disruptive Mindset. Dan startup yang tertarik untuk bergabung di program Indigo bisa mendaftarkan startupnya kapan saja sepanjang 2016.

Ke depan, dengan penyempurnaan pembinaan startup melalui wadah Indigo Creative Nation diharapkan makin banyak melahirkan technopreneur baru yang memiliki passion membangun digital company, sehingga jangka panjangnya bisa mendorong kemajuan digital economy di Indonesia.
(dol)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6035 seconds (0.1#10.140)