Tarif Interkoneksi Rendah Bikin Operator Malas Investasi Jaringan

Selasa, 22 Maret 2016 - 13:37 WIB
Tarif Interkoneksi Rendah...
Tarif Interkoneksi Rendah Bikin Operator Malas Investasi Jaringan
A A A
JAKARTA - Keinginan Menkominfo Rudiantara untuk menurunkan biaya interkoneksi lebih dari 10% justru dapat memicu kemalasan operator seluler untuk melakukan investasi jaringan hingga ke seluruh wilayah Indonesia. Pasalnya biaya interkoneksi yang jauh lebih rendah dari biaya investasi dapat memicu ketidakadilan dalam industri.

Demikian dikatakan oleh Dr.Ir. Ian Yoseph, Ketua Program Studi Telekomunikasi ITB, anggota Center for Telecommunication Policy and Regulatory. Menurutnya, biaya jaringan operator tujuan ditentukan oleh biaya investasi penggelaran jaringan operator tujuan. Biaya investasi ini dipengaruhi oleh coverage, trafik yang disalurkan dan utilisasi jaringan. Semakin besar wilayah layanan operator maka semakin tinggi investasi per menit panggilan. Biaya ini akan lebih tinggi lagi apabila operator menggelar jaringan ke perdesaan.

“Dengan kondisi ini akan ada operator yang diuntungkan apabila biaya aktual investasi jaringan lebih rendah daripada biaya interkoneksi yang diperoleh dari operator lain. Sebaliknya ada juga operator akan dirugikan apabila tarif interkoneksi yang diimplementasikan dibawah biaya jaringan operator tersebut,” ujar Ian Yoseph, Jakarta, Selasa (22/3/2016).

Oleh karena itu, Ian menyarankan agar pemerintah seharusnya menetapkan kenaikan atau penurunan tarif interkoneksi itu sesuai dengan kondisi biaya investasi masing-masing operator. “Kami sangat mendukung langkah Pemerintah berusaha menurunkan tarif retail lintas operator, namun demi kesinambungan industri biaya interkoneksi sebaiknya disesuaikan dengan biaya investasi masing-masing operator,” lanjutnya.

Sebagaimana diketahui, Menkominfo Rudiantara bersikukuh menurunkan biaya interkoneksi lebih dari 10%, meskipun dalam Peraturan Menkominfo No.8/2006 yang menjadi payung hukum disebutkan dalam penentuan tarif interkoneksi menjamin pelaksanaan interkoneksi yang transparan, non-diskriminatif dan mengedepankan prinsip cost-based (sesuai biaya) yang dipandang lebih adil bagi para penyelenggara yang berinterkoneksi.

Sikap Rudiantara ini sejalan dengan CEO XL Axiata Dian Siswarini. Bahkan Dian berharap biaya interkoneksi bisa turun sangat signifikan. “Harapan kita lebih jauh dari 10%, harusnya turunnya lebih banyak, minimal 40%. Kalau turun segitu, tarif retail akan lebih kompetitif,” ujar Dian akhir pekan lalu.
(dol)
Berita Terkait
Jangkau Semua Wilayah...
Jangkau Semua Wilayah di Indonesia, SPL dan Protelindo Siapkan Teknologi HAPS
Edgepoint Bangun 15.000...
Edgepoint Bangun 15.000 Menara Telekomunikasi di Malaysia, Indonesia, Filipina
Hampir 100% Operasional...
Hampir 100% Operasional Telkomsel Dikendalikan dari Rumah
HUT ke-25 Tahun, Telkomsel...
HUT ke-25 Tahun, Telkomsel Melayani Masyarakat untuk Kemajuan Indonesia
Apjatel: Penerapan Network...
Apjatel: Penerapan Network Sharing Bisa Membuat Perang Harga
Tawarkan Layanan Data...
Tawarkan Layanan Data 'Bebas Khawatir', Benarkah akan Ada Operator Baru?
Berita Terkini
Keseringan Menggunakan...
Keseringan Menggunakan Ponsel Diklaim Menyebabkan Kepala Tertunduk
10 jam yang lalu
Nama Baru Elon Musk...
Nama Baru Elon Musk di X Menyebabkan Kripto Tiba-tiba Melonjak
11 jam yang lalu
Heboh HP Tak Kasat Mata...
Heboh HP Tak Kasat Mata Viral di TikTok
14 jam yang lalu
Switch 2 Hadirkan Fitur...
Switch 2 Hadirkan Fitur Pencarian Joy Con 2 Mirip Apple Find My
14 jam yang lalu
China Berencana Bawa...
China Berencana Bawa Bakteri dari Luar Angkasa ke Bumi
23 jam yang lalu
Chatbot AI Grok Klaim...
Chatbot AI Grok Klaim Skeptisisme Holocaust Disebabkan Kesalahan Pemrograman
1 hari yang lalu
Infografis
Sistem Perang Elektronik...
Sistem Perang Elektronik Rusia Bikin Senjata NATO Jadi Rongsokan
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved