Ini Marketplace Arsitekur Pertama
A
A
A
JAKARTA - Deufs menyediakan beragam desain rumah atau hunian dari arsitek Indonesia yang telah dikurasikan dan terbagi dalam empat tipe luasan, yakni tipe 36, tipe 45, tipe 60, dan tipe 72.
”Tujuannya untuk memfasilitasi dan memudahkan masyarakat dalam proses membangun rumah mereka.
Juga memberikan pandangan baru tentang desain arsitektur yang berbeda dari perumahan massal pada umumnya,” papar Managing Director Dform sekaligus pendiri Deufs, Mande Austriono.
Latar belakang kehadiran Deufs berawal dari hasil analisa mereka yang menyebut, bahwa kepedulian masyarakat kelas menengah Indonesia terhadap proses desain arsitektur cenderung rendah.
”Itu wajar, mengingat kemampuan ekonomi dan bujet yang terbatas seringkali mengakibatkan sisi arsitektural dari suatu bangunan bukanlah sebuah prioritas dibanding dengan biaya yang dikeluarkan,” ujarnya.
Berawal dari project sebuah studio kreatif berbasis arsitektur asal Bandung yang bernama Dform. Mande dan rekannya mengamati bahwa perkembangan desain di berbagai perumahan bertipe kecil (36, 45, 60, dan 72) di Indonesia cenderung stagnan dan tidak berkembang.
”Hal ini berbanding terbalik dengan semakin besarnya peminat dari masyarakat Indonesia yang mulai menyukai rumahrumah berukuran kecil atau sedang, serta semakin sedikitnya tanah yang tersedia di perkotaan,” jelas Mande. Layanan yang diberikan oleh Deufs menjembatani desain arsitektur dari para perancang/arsitek dan memberikannya kepada para pembeli.
Dia menjelaskan cara kerja Deufs, apabila calon pembeli tertarik akan suatu desain, mereka dapat mengisi form yang tersedia pada situs kami dan menunggu dari pihak Deufs untuk memproses pesanannya. Apabila pembayaran sudah dikonfirmasi, pembeli akan menerima satu bundle gambar kerja arsitektur berbentuk softcopy berekstensi PDF yang akan dikirimkan melalui email mereka. Gambar kerja arsitektur tersebut diharapkan dapat diserahkan oleh pembeli kepada kontraktor atau konsultan lokal yang mereka tunjuk untuk proses konstruksi bangunan.
Mande menambahkan, bahwa semua gambar kerja arsitektur yang diberikan kepada pembeli sengaja tidak dilengkapi dengan detail material, perhitungan struktur, dan lain-lain. Hal tersebut sengaja dilakukan agar setiap pembeli dapat memodikasi desain tersebut sesuai keinginan masing-masing.
Mande bercerita bahwa saat ini Deufs masih dalam tahap beta. Sejak dilakukannya soft launching pada akhir Juli lalu, pihaknya baru mempunyai 2 desain arsitektur dengan 1 konsultan yaitu Dform Studio.
Kini mereka sedang melakukan pendekatan dan memberi undangan kepada beberapa arsitek untuk memasukan karya arsitekturnya ke dalam Deufs. Arsiteknya yang ingin mengunggah dan menjual karya mereka pun akan diseleksi dulu melewati proses kurasi.
Supaya arsitek yang terdaftar dapat mempertanggung jawabkan hasil rancangannya kepada pembeli. ”Syarat utamanya mereka sudah berpengalaman di dunia arsitektur dan pernah menunjukan contoh rancangan yang sudah pernah terbangun,” tandas Mande.
Pembeli hanya akan mendapatkan lisensi atas desain tersebut bukan hak cipta desain. Mande menyebutkan ada dua jenis lisensi yang ditawarkan pada Deufs, yaitu Lisensi Standar, yang menyatakan bahwa desain tersebut hanya boleh digunakan di 1 (satu) kali di lahan yang telah ditentukan oleh pembeli.
Kemudian Lisensi Tambahan, yang menyatakan bahwa desain tersebut dapat diduplikasi di lahan yang ditentukan oleh pembeli. Lisensi Tambahan ini cocok digunakan oleh developer yang ingin mengembangkan lahannya namun belum mempunyai stok desain.
"Kami bukanlah mengambil pasar yang mereka (arsitek) miliki namun sebagai solusi untuk memperbesar jaringan yang mereka miliki sekaligus memperluas wawasan masyarakat Indonesia akan pentingnya nilai desain arsitektur di kehidupan sehari-hari,” pungkas Mande.
”Tujuannya untuk memfasilitasi dan memudahkan masyarakat dalam proses membangun rumah mereka.
Juga memberikan pandangan baru tentang desain arsitektur yang berbeda dari perumahan massal pada umumnya,” papar Managing Director Dform sekaligus pendiri Deufs, Mande Austriono.
Latar belakang kehadiran Deufs berawal dari hasil analisa mereka yang menyebut, bahwa kepedulian masyarakat kelas menengah Indonesia terhadap proses desain arsitektur cenderung rendah.
”Itu wajar, mengingat kemampuan ekonomi dan bujet yang terbatas seringkali mengakibatkan sisi arsitektural dari suatu bangunan bukanlah sebuah prioritas dibanding dengan biaya yang dikeluarkan,” ujarnya.
Berawal dari project sebuah studio kreatif berbasis arsitektur asal Bandung yang bernama Dform. Mande dan rekannya mengamati bahwa perkembangan desain di berbagai perumahan bertipe kecil (36, 45, 60, dan 72) di Indonesia cenderung stagnan dan tidak berkembang.
”Hal ini berbanding terbalik dengan semakin besarnya peminat dari masyarakat Indonesia yang mulai menyukai rumahrumah berukuran kecil atau sedang, serta semakin sedikitnya tanah yang tersedia di perkotaan,” jelas Mande. Layanan yang diberikan oleh Deufs menjembatani desain arsitektur dari para perancang/arsitek dan memberikannya kepada para pembeli.
Dia menjelaskan cara kerja Deufs, apabila calon pembeli tertarik akan suatu desain, mereka dapat mengisi form yang tersedia pada situs kami dan menunggu dari pihak Deufs untuk memproses pesanannya. Apabila pembayaran sudah dikonfirmasi, pembeli akan menerima satu bundle gambar kerja arsitektur berbentuk softcopy berekstensi PDF yang akan dikirimkan melalui email mereka. Gambar kerja arsitektur tersebut diharapkan dapat diserahkan oleh pembeli kepada kontraktor atau konsultan lokal yang mereka tunjuk untuk proses konstruksi bangunan.
Mande menambahkan, bahwa semua gambar kerja arsitektur yang diberikan kepada pembeli sengaja tidak dilengkapi dengan detail material, perhitungan struktur, dan lain-lain. Hal tersebut sengaja dilakukan agar setiap pembeli dapat memodikasi desain tersebut sesuai keinginan masing-masing.
Mande bercerita bahwa saat ini Deufs masih dalam tahap beta. Sejak dilakukannya soft launching pada akhir Juli lalu, pihaknya baru mempunyai 2 desain arsitektur dengan 1 konsultan yaitu Dform Studio.
Kini mereka sedang melakukan pendekatan dan memberi undangan kepada beberapa arsitek untuk memasukan karya arsitekturnya ke dalam Deufs. Arsiteknya yang ingin mengunggah dan menjual karya mereka pun akan diseleksi dulu melewati proses kurasi.
Supaya arsitek yang terdaftar dapat mempertanggung jawabkan hasil rancangannya kepada pembeli. ”Syarat utamanya mereka sudah berpengalaman di dunia arsitektur dan pernah menunjukan contoh rancangan yang sudah pernah terbangun,” tandas Mande.
Pembeli hanya akan mendapatkan lisensi atas desain tersebut bukan hak cipta desain. Mande menyebutkan ada dua jenis lisensi yang ditawarkan pada Deufs, yaitu Lisensi Standar, yang menyatakan bahwa desain tersebut hanya boleh digunakan di 1 (satu) kali di lahan yang telah ditentukan oleh pembeli.
Kemudian Lisensi Tambahan, yang menyatakan bahwa desain tersebut dapat diduplikasi di lahan yang ditentukan oleh pembeli. Lisensi Tambahan ini cocok digunakan oleh developer yang ingin mengembangkan lahannya namun belum mempunyai stok desain.
"Kami bukanlah mengambil pasar yang mereka (arsitek) miliki namun sebagai solusi untuk memperbesar jaringan yang mereka miliki sekaligus memperluas wawasan masyarakat Indonesia akan pentingnya nilai desain arsitektur di kehidupan sehari-hari,” pungkas Mande.
(dyt)