Harga Elektronik Naik 5% Imbas Rupiah Ambruk
A
A
A
MAKASSAR - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap kurs dolar AS (USD) mempengaruhi harga elektronik yang rata-rata impor. Beberapa jenis audio-video yang diimpor langsung dari negara prinsipal mengalami kenaikan harga sebesar 3-5%.
Namun, industri elektronik yang sudah memiliki pabrik di Indonesia diperkirakan masih bisa mempertahankan harga dalam 3 bulan ke depan. Hal ini karena pada umumnya mereka sudah memiliki stok komponen impor sebelum USD melambung.
Praktisi bisnis ritel elektronik, yang juga Managing Director Superstore Global Elektronik Semarang, Gouw Andy Siswanto mengungkapkan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD membuat impotir mulai mengurungkan niat impor produk elektronik built-up.
Akibatnya saat ini produk audio-video impor menjadi langka, dan beberapa model stok barangnya terbatas.
Menurut Gouw, beragam perangkat elektronik home appliances dan small appliances sampai saat ini harganya masih stabil, bahkan beberapa merek Jepang dan Korea Selatan memberikan potongan harga berupa cashback dan kemudahan pembayaran dengan kartu kredit cicilan 0% hingga 24 bulan.
“Sedangkan perusahaan pembiayaan kredit elektronik bisa kredit dengan program instant approval tanpa kartu kredit. Produk dari negara Tiongkok (China) karena ada devaluasi Yuan harganya turun 8-12%,” jelas Andy.
Dari pantauan SINDO Jateng sebagian calon pembeli audio-video impor mengurungkan niatnya, karena ada penyesuaian harga, mereka menunggu hingga harga stabil.
Namun, sebagian konsumen elektronik tetap ramai membeli perangkat penyejuk udara (AC/air conditioner), lemari es, mesin cuci dan lainnya. "Karena memerlukan produk tersebut, bagi saya belanja perangkat elektronik yang penting pelayanan dan kualitas produk tak mengecewakan,” kata Syahfudin, 32, yang membeli AC dan air cooler di Global Pandanaran Semarang, Minggu (16/8/2015).
Secara terpisah, Branch Manager PT Sharp Electronics Indonesia Semarang, Anton Fatoni mengatakan, pihaknya optimistis target penjualan 2015 bisa tercapai. Karena Sharp Electronics sudah memiliki pabrik mesin cuci dan lemari es di Indonesia.
“Memang ada kenaikan tapi tidak banyak, masih relatif stabil. Kenaikan wajar karena ada beberapa komponen yang tetap harus impor,” tandasnya.
Baca: Rupiah Amblas, Harga Produk Elektronik Ancang-ancang Naik
Namun, industri elektronik yang sudah memiliki pabrik di Indonesia diperkirakan masih bisa mempertahankan harga dalam 3 bulan ke depan. Hal ini karena pada umumnya mereka sudah memiliki stok komponen impor sebelum USD melambung.
Praktisi bisnis ritel elektronik, yang juga Managing Director Superstore Global Elektronik Semarang, Gouw Andy Siswanto mengungkapkan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD membuat impotir mulai mengurungkan niat impor produk elektronik built-up.
Akibatnya saat ini produk audio-video impor menjadi langka, dan beberapa model stok barangnya terbatas.
Menurut Gouw, beragam perangkat elektronik home appliances dan small appliances sampai saat ini harganya masih stabil, bahkan beberapa merek Jepang dan Korea Selatan memberikan potongan harga berupa cashback dan kemudahan pembayaran dengan kartu kredit cicilan 0% hingga 24 bulan.
“Sedangkan perusahaan pembiayaan kredit elektronik bisa kredit dengan program instant approval tanpa kartu kredit. Produk dari negara Tiongkok (China) karena ada devaluasi Yuan harganya turun 8-12%,” jelas Andy.
Dari pantauan SINDO Jateng sebagian calon pembeli audio-video impor mengurungkan niatnya, karena ada penyesuaian harga, mereka menunggu hingga harga stabil.
Namun, sebagian konsumen elektronik tetap ramai membeli perangkat penyejuk udara (AC/air conditioner), lemari es, mesin cuci dan lainnya. "Karena memerlukan produk tersebut, bagi saya belanja perangkat elektronik yang penting pelayanan dan kualitas produk tak mengecewakan,” kata Syahfudin, 32, yang membeli AC dan air cooler di Global Pandanaran Semarang, Minggu (16/8/2015).
Secara terpisah, Branch Manager PT Sharp Electronics Indonesia Semarang, Anton Fatoni mengatakan, pihaknya optimistis target penjualan 2015 bisa tercapai. Karena Sharp Electronics sudah memiliki pabrik mesin cuci dan lemari es di Indonesia.
“Memang ada kenaikan tapi tidak banyak, masih relatif stabil. Kenaikan wajar karena ada beberapa komponen yang tetap harus impor,” tandasnya.
Baca: Rupiah Amblas, Harga Produk Elektronik Ancang-ancang Naik
(dmd)