Tarif Interkoneksi Antar Operator Mahal Bikin Inefisiensi
A
A
A
JAKARTA - Tarif interkoneksi di Indonesia saat ini sangat mahal. Berdasarkan penelusuran IDTUG, biaya terminasi lokal antar seluler adalah sebesar Rp250 per menit, sedangkan biaya terminasi jarak jauh sebesar Rp452 per menit.
"Hal ini jelas tidak masuk akal jika dibandingkan dengan tarif on-net operator," ujar Ketua Umu IDTUG, Nurul Yakin Setyabudi. Dia menjelaskan, interkoneksi sudah pasti menggunakan jaringan yang lebih sedikit dibandingkan on-net.
Hal ini karena operator hanya perlu mengantarkan panggilan dari titik bertemunya interkoneksi antar operator sampai ke nomor yang dipanggil, sedangkan untuk panggilan on-net dari nomor pemanggil sampai nomor penerima panggilan.
"Mahalnya tarif interkoneksi antar operator pada akhirnya sangat membebani pengguna, karena beban interkoneksi akan ditanggung oleh pengguna melalui tarif off-net yang mahal," ucap Nurul.
Mahalnya tarif off-net dan murahnya tarif on-net menyebabkan tingginya churn rate di masing-masing operator. Belum lagi ketidakefisienan dari pengguna karena pengguna akan cenderung menggunakan lebih dari satu nomor handphone.
Ini juga mengakibatkan tidak efisiennya penggunaan nomor, padahal kita tahu nomor adalah resources yang terbatas. "Kami berharap, apabila biaya interkoneksi bisa lebih murah, akan menjadi “domino effect” ke semua sendi kehidupan," ujarnya lagi.
Efisiensi akan terjadi dimana-mana, seperti berkurangnya penggunaaan nomor handphone lebih dari satu. Dan menurunnya churn rate pada masing-
masing operator.
"Jika operator dapat lebih efisien, maka diharapkan juga akan dapat mempercepat pemerataan pembangunan fasilitas telekomunikasi, sehingga pilihan bagi pengguna akan semakin beragam," papar Nurul.
Dia menuturkan, IDTUG meminta pemerintah dalam hal ini Kominfo, untuk segera melakukan review terhadap tarif interkoneksi, agar in-efisiensi ini bisa dikurangi dan tarif off-net bisa turun sehingga masyarakat pengguna mendapatkan layanan yang baik dan memadai dengan harga yang terjangkau.
"Diharapkan regulasi yang baru nantinya akan menjadikan tonggak sejarah baru dalam tarif telekomunikasi di Indonesia. Tarif off-net turun, sehingga pelanggan akan menikmati tarif yang lebih murah," pungkasnya.
"Hal ini jelas tidak masuk akal jika dibandingkan dengan tarif on-net operator," ujar Ketua Umu IDTUG, Nurul Yakin Setyabudi. Dia menjelaskan, interkoneksi sudah pasti menggunakan jaringan yang lebih sedikit dibandingkan on-net.
Hal ini karena operator hanya perlu mengantarkan panggilan dari titik bertemunya interkoneksi antar operator sampai ke nomor yang dipanggil, sedangkan untuk panggilan on-net dari nomor pemanggil sampai nomor penerima panggilan.
"Mahalnya tarif interkoneksi antar operator pada akhirnya sangat membebani pengguna, karena beban interkoneksi akan ditanggung oleh pengguna melalui tarif off-net yang mahal," ucap Nurul.
Mahalnya tarif off-net dan murahnya tarif on-net menyebabkan tingginya churn rate di masing-masing operator. Belum lagi ketidakefisienan dari pengguna karena pengguna akan cenderung menggunakan lebih dari satu nomor handphone.
Ini juga mengakibatkan tidak efisiennya penggunaan nomor, padahal kita tahu nomor adalah resources yang terbatas. "Kami berharap, apabila biaya interkoneksi bisa lebih murah, akan menjadi “domino effect” ke semua sendi kehidupan," ujarnya lagi.
Efisiensi akan terjadi dimana-mana, seperti berkurangnya penggunaaan nomor handphone lebih dari satu. Dan menurunnya churn rate pada masing-
masing operator.
"Jika operator dapat lebih efisien, maka diharapkan juga akan dapat mempercepat pemerataan pembangunan fasilitas telekomunikasi, sehingga pilihan bagi pengguna akan semakin beragam," papar Nurul.
Dia menuturkan, IDTUG meminta pemerintah dalam hal ini Kominfo, untuk segera melakukan review terhadap tarif interkoneksi, agar in-efisiensi ini bisa dikurangi dan tarif off-net bisa turun sehingga masyarakat pengguna mendapatkan layanan yang baik dan memadai dengan harga yang terjangkau.
"Diharapkan regulasi yang baru nantinya akan menjadikan tonggak sejarah baru dalam tarif telekomunikasi di Indonesia. Tarif off-net turun, sehingga pelanggan akan menikmati tarif yang lebih murah," pungkasnya.
(dyt)