Vendor Siap Sambut TKDN
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah vendor mengatakan dukungannya terhadap wacana pemerintah terkait Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 30-40% pada periode 2015-2017 mendatang. Kendati persiapan dan strategi setiap vendor berbeda-beda, Bolt! merupakan salah satu produsen yang sudah menyatakan kesiapannya mendukung kebijakan TKDN.
Produk modem 4G LTE MoviMax tipe Orion yang dipasarkan oleh Bolt! Itu diproduksi oleh PT. Panggung Electric Citrabuana di Sidoarjo, Jawa Timur. ”Sebagian komponennya memang masih mengadopsi teknologi luar, karena memang di Indonesia belum sanggup memproduksinya,” ungkap CEO PT Panggung Electric Citrabuana Lukito Wijaya. Dia optimistis berani katakan bahwa produk modem itu sudah memenuhi TKDN hingga 30%.
Begitu juga denga perusahaan ponsel terbesar di Indonesia, Samsung, juga sudah mengambil langkah maju dengan mengaplikasikan angka kandungan lokal sebesar 20% pada produk ponsel mereka. Angka tersebut akan terus ditingkatkan hingga 30% sesuai peraturan pemerintah pada 2017 mendatang.
Samsung telah merakit ponsel di pabrik mereka yang berada di Cikarang sejak Januari 2014 silam. Termasuk juga model flagship Samsung Galaxy S6 dan Galaxy S6 Edge, yang disusul model 4G lainnya.
”Kami perlu waktu,” ujar Vice President Corperate Business & Corporate Affair PT Samsung Electronics Indonesia Kang Hyun Lee. Menurut Lee, pemenuhan TKDN untuk pembuatan ponsel tersebut memakan biaya lebih besar dibanding melakukan impor.
“Biaya produksi lebih mahal dari impor, tapi Samsung ingin mengikuti kebijakan pemerintah,” paparnya. Mewujudkan kandungan lokal pada produk ponsel memang tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Sementara itu, Marketing Director LG Electronics Indonesia Eric Setiadi mengatakan, bahwa pihaknya memang sudah mengambil tindakan. ”Namun untuk sementara kita belum bisa menjelaskan langkah kita untuk memenuhi kebijakan pemerintah. Dalam waktu dekat kita pastikan akan punya fasilitasnya,” ungkapnya.
Ia berharap agar pemerintah bisa memahami kondisi setiap vendor yang berbeda. ”Dampak positif TKDN memang jelas. Antara lain memangkas biaya impor, membuka lapangan pekerjaan juga, bahkan memberikan devisa jika produk itu dapat diekspor,” katanya. Namun, Eric menyebut, jika prosesnya dipaksakan, tentu akan memberatkan pihak manufaktur.
Pendapat lain diungkapkan oleh ZTE Indonesia. Perusahaan asal Tiongkok yang semakin agresif terjun di bisnis ponsel itu memastikan siap untuk memenuhi TKDN sebesar 40%. ”Kami akan memenuhi dan mematuhi kebijakan pemerintah Indonesia yang telah ditetapkan,” tutur Marketing Communication Director ZTE Indonesia, Jason Guo Yingshuai.
Dia mengatakan, Indonesia merupakan pasar penting bagi ZTE. Karena itu, wacana TKDN sudah bukan hal asing. ”Sejak tiga tahun lalu kami sudah memenuhi kebijakan pemerintah terkait TKDN yang berlaku sebesar 20% untuk perangkat ZTE One Max,” papar Jason. Menurutnya, pihaknya sedang berproses untuk memenuhi hal tersebut.
”Saat ini kami bekerja sama dengan dua mitra lokal ZTE yang berada di Jakarta dan Surabaya agar semua produk ZTE nantinya bisa memenuhi syarat TKDN 40%,” pungkas Jason.
Produk modem 4G LTE MoviMax tipe Orion yang dipasarkan oleh Bolt! Itu diproduksi oleh PT. Panggung Electric Citrabuana di Sidoarjo, Jawa Timur. ”Sebagian komponennya memang masih mengadopsi teknologi luar, karena memang di Indonesia belum sanggup memproduksinya,” ungkap CEO PT Panggung Electric Citrabuana Lukito Wijaya. Dia optimistis berani katakan bahwa produk modem itu sudah memenuhi TKDN hingga 30%.
Begitu juga denga perusahaan ponsel terbesar di Indonesia, Samsung, juga sudah mengambil langkah maju dengan mengaplikasikan angka kandungan lokal sebesar 20% pada produk ponsel mereka. Angka tersebut akan terus ditingkatkan hingga 30% sesuai peraturan pemerintah pada 2017 mendatang.
Samsung telah merakit ponsel di pabrik mereka yang berada di Cikarang sejak Januari 2014 silam. Termasuk juga model flagship Samsung Galaxy S6 dan Galaxy S6 Edge, yang disusul model 4G lainnya.
”Kami perlu waktu,” ujar Vice President Corperate Business & Corporate Affair PT Samsung Electronics Indonesia Kang Hyun Lee. Menurut Lee, pemenuhan TKDN untuk pembuatan ponsel tersebut memakan biaya lebih besar dibanding melakukan impor.
“Biaya produksi lebih mahal dari impor, tapi Samsung ingin mengikuti kebijakan pemerintah,” paparnya. Mewujudkan kandungan lokal pada produk ponsel memang tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Sementara itu, Marketing Director LG Electronics Indonesia Eric Setiadi mengatakan, bahwa pihaknya memang sudah mengambil tindakan. ”Namun untuk sementara kita belum bisa menjelaskan langkah kita untuk memenuhi kebijakan pemerintah. Dalam waktu dekat kita pastikan akan punya fasilitasnya,” ungkapnya.
Ia berharap agar pemerintah bisa memahami kondisi setiap vendor yang berbeda. ”Dampak positif TKDN memang jelas. Antara lain memangkas biaya impor, membuka lapangan pekerjaan juga, bahkan memberikan devisa jika produk itu dapat diekspor,” katanya. Namun, Eric menyebut, jika prosesnya dipaksakan, tentu akan memberatkan pihak manufaktur.
Pendapat lain diungkapkan oleh ZTE Indonesia. Perusahaan asal Tiongkok yang semakin agresif terjun di bisnis ponsel itu memastikan siap untuk memenuhi TKDN sebesar 40%. ”Kami akan memenuhi dan mematuhi kebijakan pemerintah Indonesia yang telah ditetapkan,” tutur Marketing Communication Director ZTE Indonesia, Jason Guo Yingshuai.
Dia mengatakan, Indonesia merupakan pasar penting bagi ZTE. Karena itu, wacana TKDN sudah bukan hal asing. ”Sejak tiga tahun lalu kami sudah memenuhi kebijakan pemerintah terkait TKDN yang berlaku sebesar 20% untuk perangkat ZTE One Max,” papar Jason. Menurutnya, pihaknya sedang berproses untuk memenuhi hal tersebut.
”Saat ini kami bekerja sama dengan dua mitra lokal ZTE yang berada di Jakarta dan Surabaya agar semua produk ZTE nantinya bisa memenuhi syarat TKDN 40%,” pungkas Jason.
(dyt)