Kumpulkan 600.000 Data Pengguna, Meta Gugat Voyager Labs
loading...
A
A
A
CUPERTINO - Meta menggugat perusahaan pengawasan bernama Voyager Labs karena mengumpulkan 600.000 data pengguna Facebook dan Instagram untuk memprediksi kepribadian mereka.
Meta mengatakan sedang memulai tindakan hukum, di mana tindakan hukum tersebut menyusul penyelidikan Guardian yang mengungkapkan bahwa Voyager Labs telah bermitra dengan Departemen Kepolisian Los Angeles (LAPD) pada tahun 2019.
Seperti dihimpun dari Metro, Senin (16/1/2023) Voyager Labs mengklaim dapat menggunakan informasi media sosial untuk memprediksi kepribadian pengguna, termasuk siapa yang mungkin melakukan kejahatan di masa depan.
Menurut catatan publik yang diperoleh oleh Brennan Center for Justice, layanan Voyager sendiri memungkinkan polisi mengawasi dan menyelidiki orang dengan merekonstruksi kehidupan digital mereka dan membuat asumsi tentang aktivitas mereka.
Catatan menunjukkan bahwa Voyager menyatakan bahwa nama Instagram yang menampilkan kebanggaan terhadap tanah Arab atau memposting sebuah postingan tentang Islam menunjukkan tanda-tanda potensi ekstremisme.
Meta dalam tulisan sebuah blog mengtakan bahwa Voyager adalah bagian dari industri yang menyediakan layanan scraping kepada siapa pun terlepas dari pengguna yang mereka targetkan dan untuk tujuan apa.
Tidak berhenti di situ, perusahaan yang diketahui berambisi untuk menyemlurnakan ekosistem metaverse itu juga mengatakan bahwa Voyager juga dijadikan sebagai alat atau cara untuk membuat profil orang untuk perilaku kriminal.
"Industri ini secara diam-diam mengumpulkan informasi yang dibagikan orang dengan komunitas, keluarga, dan teman mereka, tanpa pengawasan atau pertanggungjawaban, dan dengan cara yang dapat melibatkan hak-hak sipil orang," ungkap Meta.
Voyager Labs, yang mengklaim menyediakan 'solusi investigasi berbasis AI', memiliki kantor di AS, Inggris, Israel, Singapura, dan Uni Emirat Arab. Voyager dituduh mengoperasikan lebih dari 38.000 akun Facebook palsu untuk mengumpulkan informasi dari lebih dari 600.000 pengguna.
Meta mengatakan sedang memulai tindakan hukum, di mana tindakan hukum tersebut menyusul penyelidikan Guardian yang mengungkapkan bahwa Voyager Labs telah bermitra dengan Departemen Kepolisian Los Angeles (LAPD) pada tahun 2019.
Seperti dihimpun dari Metro, Senin (16/1/2023) Voyager Labs mengklaim dapat menggunakan informasi media sosial untuk memprediksi kepribadian pengguna, termasuk siapa yang mungkin melakukan kejahatan di masa depan.
Menurut catatan publik yang diperoleh oleh Brennan Center for Justice, layanan Voyager sendiri memungkinkan polisi mengawasi dan menyelidiki orang dengan merekonstruksi kehidupan digital mereka dan membuat asumsi tentang aktivitas mereka.
Catatan menunjukkan bahwa Voyager menyatakan bahwa nama Instagram yang menampilkan kebanggaan terhadap tanah Arab atau memposting sebuah postingan tentang Islam menunjukkan tanda-tanda potensi ekstremisme.
Meta dalam tulisan sebuah blog mengtakan bahwa Voyager adalah bagian dari industri yang menyediakan layanan scraping kepada siapa pun terlepas dari pengguna yang mereka targetkan dan untuk tujuan apa.
Tidak berhenti di situ, perusahaan yang diketahui berambisi untuk menyemlurnakan ekosistem metaverse itu juga mengatakan bahwa Voyager juga dijadikan sebagai alat atau cara untuk membuat profil orang untuk perilaku kriminal.
"Industri ini secara diam-diam mengumpulkan informasi yang dibagikan orang dengan komunitas, keluarga, dan teman mereka, tanpa pengawasan atau pertanggungjawaban, dan dengan cara yang dapat melibatkan hak-hak sipil orang," ungkap Meta.
Voyager Labs, yang mengklaim menyediakan 'solusi investigasi berbasis AI', memiliki kantor di AS, Inggris, Israel, Singapura, dan Uni Emirat Arab. Voyager dituduh mengoperasikan lebih dari 38.000 akun Facebook palsu untuk mengumpulkan informasi dari lebih dari 600.000 pengguna.